NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Bos Galak

Menjadi Istri Bos Galak

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Kehidupan di Kantor / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nfzx25r

Menjadi sekretarisnya saja sudah sulit, apalagi kini aku jadi istrinya.
Dia bos galak yang tak kenal kompromi.
Dan aku… terjebak di antara cinta, gengsi, dan luka masa lalu yang siap menghancurkan segalanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nfzx25r, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17

Dina merangkul pelan bahu Aruna, membawanya keluar dari toilet setelah tangisnya agak reda. “Ayo, Na. Udara di luar lebih enak daripada di sini. Jangan biarkan tempat ini jadi saksi air matamu,” katanya lembut.

Aruna menurut, meski langkahnya masih berat. Matanya sembab, wajahnya pucat, tapi ia berusaha menegakkan kepala.

Begitu pintu toilet terbuka, langkah mereka langsung terhenti. Di depan, hanya beberapa langkah dari mereka, berdiri Arkan dengan wajah tegang. Pandangannya langsung tertuju pada Aruna, jelas-jelas menunggu sejak tadi.

Dina refleks menelan ludah, lalu menoleh sebentar pada Aruna. “Na… aku—aku duluan ya. Ada yang harus aku kerjain.” Suaranya terdengar gugup. Tanpa menunggu jawaban, Dina segera melangkah cepat menjauh, meninggalkan Aruna sendiri berhadapan dengan Arkan.

Aruna terdiam, jantungnya berdetak kencang. Ia bisa merasakan tatapan dalam Arkan menusuknya, seakan ingin menjelaskan segalanya. Tapi justru itulah yang membuatnya semakin tidak nyaman.

“Aruna…” suara Arkan pelan, penuh ragu. “Aku—”

Aruna buru-buru memotong, menundukkan kepala agar tatapannya tidak bertemu dengan mata Arkan. “Maaf, Pak. Saya harus kembali ke meja. Masih banyak dokumen yang harus saya kerjakan.”

Nada suaranya datar, dingin, meski di balik itu hatinya gemetar.

Arkan melangkah setengah maju. “Aruna, tolong dengarkan aku sebentar. Apa yang kamu lihat tadi—”

“Aku tidak perlu tahu, Pak,” sela Aruna cepat, mencoba terdengar tegar. “Urusan pekerjaan lebih penting sekarang. Saya… tidak ingin membuang waktu.”

Ia lalu menundukkan sedikit kepalanya, lalu berjalan melewati Arkan tanpa menoleh. Langkahnya cepat, seakan takut jika terlalu lama berdiri di sana, air matanya akan kembali pecah.

Arkan menoleh, menatap punggung Aruna yang menjauh. Tangannya sempat terulur, namun akhirnya ia hanya mengepalkannya di sisi tubuh. Rasa sesal menumpuk di dadanya, tapi ia tahu Aruna sedang menjauh bukan karena benci—melainkan karena terluka.

Dan itu membuat Arkan semakin ingin membuktikan sesuatu.

Sore itu, langit mulai berwarna jingga keemasan. Cahaya matahari menembus jendela kaca kantor, memantul di layar komputer yang mulai dimatikan satu per satu oleh karyawan yang hendak pulang. Lorong kantor terasa lebih lengang, hanya suara langkah kaki yang terdengar sesekali.

Aruna merapikan mejanya dengan tenang, menyusun berkas-berkas agar siap diproses kembali esok hari. Matanya masih sembab, meski ia berusaha menutupinya dengan riasan tipis. Dalam hati, ia hanya ingin segera pulang, beristirahat, dan menenangkan pikirannya dari segala kekacauan hari ini.

Saat ia baru saja menutup tasnya, terdengar suara riang yang begitu dikenalnya.

“Na!” Dina menghampiri dengan senyum lebar, membawa dua cup kopi dingin di tangannya. “Aku sempat mampir ke bawah, beli kopi kesukaanmu. Nih, biar soremu agak manis dikit.”

Aruna sempat tertegun, lalu tersenyum tipis menerima. “Makasih, Din. Kamu selalu tahu gimana caranya bikin aku tenang.”

Dina mengedip nakal. “Tentu dong, sahabat sejati itu tugasnya jadi penghibur pribadi.” Ia lalu menarik kursi dan duduk di samping Aruna. “Oh ya, ngomong-ngomong…” wajahnya tiba-tiba berbinar penuh semangat. “Besok kan hari spesial aku. Ulang tahun!”

Aruna terbelalak sebentar. “Serius? Kenapa kamu nggak bilang dari kemarin-kemarin?”

Dina terkekeh sambil menyeruput kopinya. “Aku sengaja. Mau kasih kejutan kecil, biar aku bisa lihat wajahmu kayak gitu sekarang. Hahaha!”

Aruna menggeleng tak percaya, tapi bibirnya melengkung lebih lebar. “Dasar. Jadi, mau dirayain di mana?”

“Nah, itu dia yang mau aku omongin.” Dina mencondongkan tubuhnya, wajahnya penuh antusias. “Aku mau rayain sederhana aja. Mungkin makan malam bareng temen-temen dekat. Dan… aku harap banget kamu datang, Na. Kamu kan bagian terpenting di hidupku.”

Aruna terdiam sesaat, hatinya yang sejak tadi berat seakan sedikit lebih ringan. Kehangatan yang Dina bawa terasa menyapu perih yang masih melekat. Ia menatap sahabatnya dengan tulus.

“Tentu aku datang, Din,” jawabnya lembut. “Aku nggak akan melewatkan momen pentingmu.”

Mata Dina berbinar lega. “Yes! Aku tahu aku bisa ngandelin kamu.” Ia lalu meraih tangan Aruna sebentar, menggenggamnya penuh makna.

Di luar, matahari semakin tenggelam. Hari yang penuh luka itu, setidaknya ditutup dengan secercah harapan.

Setelah beberapa menit berbincang hangat, Dina akhirnya berdiri sambil meraih tasnya. “Aku duluan ya, Na. Besok jangan lupa datang, oke? Aku tunggu banget!” ucapnya sambil melambaikan tangan ceria.

Aruna tersenyum tipis dan mengangguk. “Hati-hati di jalan, Din.”

Kini meja Aruna kembali sunyi. Ia menunduk, merapikan sisa berkas yang masih berserakan, menaruhnya ke dalam map agar tidak tercecer. Dalam hati, ia merasa sedikit lebih tenang, meski bayangan kejadian siang tadi masih menyesakkan.

Saat ia hendak berdiri, tiba-tiba sebuah suara berat terdengar.

“Aruna.”

Aruna menoleh cepat. Arkan berdiri tak jauh dari mejanya, masih dengan kemeja kerja yang kini tampak kusut karena ia banyak bergerak. Tatapannya serius, namun ada rasa bersalah yang jelas terbaca.

“Aku antar kamu pulang,” ucap Arkan singkat, nada suaranya mantap tapi penuh keraguan di baliknya.

Aruna terdiam, lalu menggeleng perlahan. “Tidak usah, Pak. Saya bisa sendiri.” Suaranya datar, tegas, berusaha menjaga jarak.

Arkan maju selangkah. “Aku nggak bisa tenang kalau kamu pulang sendiri dalam keadaan begini.”

Aruna menghela napas dalam. “Saya baik-baik saja. Lagi pula, saya tidak ingin ada pembicaraan yang tidak perlu. Jadi tolong, jangan mempersulit.” Ia meraih tasnya dan berusaha melangkah pergi.

Namun belum sempat Arkan merespons, langkah high heels terdengar mendekat.

“Arkan…” suara manja itu langsung membuat suasana menegang. Rani masuk dengan senyum menggoda, melangkah cepat seolah memang mencari Arkan sejak tadi.

Ia langsung meraih lengan Arkan tanpa peduli keberadaan Aruna. “Aku tadi nungguin kamu, loh. Gimana kalau kita pulang bareng aja?” ucapnya genit, tubuhnya sengaja bersandar manja pada Arkan.

Aruna berhenti sesaat, jemari di gagang tasnya mengepal erat. Ia menunduk, menahan gejolak yang kembali muncul di dadanya, lalu melangkah cepat melewati mereka tanpa sepatah kata pun.

Arkan yang sejak tadi menahan diri, kali ini benar-benar kehilangan kesabaran. Ia menepis kasar tangan Rani, bahkan mendorong tubuhnya menjauh. Dorongan itu cukup kuat hingga tubuh Rani terhantam pinggiran meja di samping mereka.

“Aakh!” Rani terjatuh, meringis kesakitan sambil memegang kakinya yang terkena ujung meja.

Arkan menatapnya tajam, suaranya dingin dan penuh muak. “Cukup, Rani! Jangan pernah muncul di hadapanku dengan cara seperti ini lagi. Aku sudah bilang, semuanya sudah berakhir. Mengerti?!”

Wajah Rani memucat. Untuk pertama kalinya, senyumnya hilang tergantikan kemarahan bercampur malu.

Sementara itu, Arkan menoleh cepat ke arah pintu, melihat bayangan Aruna yang sudah menghilang di balik lorong. Dadanya terasa sesak—karena perempuan yang ingin ia lindungi justru semakin menjauh darinya.

1
Surati Surati
kok udh selesai thoorrr ???bersambung nya mana??
Nfzx25r: Belummmmm, ini lagi bikin naskah baruuu, jadi tunggu update selanjutnya yaa!!
total 1 replies
Surati Surati
smoga itu hanya mimpi yg jadi bunga tidurmu naa bukan kenyataan yg pahit yg akan kamu trima ntinya justru sebaliknya naa kamu akan benar""bahagia bersama arkan dan tk seorangpun yg bisa memisahkan kaliyan amiinn dan arkan akan selalu menlindungimu dan mencintaimu slamanya /Heart//Rose/lanjut thorr
Surati Surati
job dina jadi tameng buat aruna slalu kuatkan aruna dan semangatilah aruna slalu ok dinaa sepulu jempol buatmu dinaa/Good//Good//Good//Good//Good//Good//Good//Good//Good//Good/
Surati Surati
ayolah arunaa arkan akan benar""mencintamu dan melindungimu dari diapapun yg brani mengusikmu dan siapapun yg akan mencelakaimu runaa bukalah hatimu lebar""buat arkan dan bahagialah bersamanya lanjut thorr dan smoga arkan benar""bucin sama aruna amiinn/Heart//Heart/lanjut thorr/Coffee//Coffee//Coffee//Rose//Rose//Rose/
Surati Surati
job thorr buat arkan tambah bucin sama aruna ya thorr dan aruna jg makin bucin jg sama arkan /Smile/lanjut thorr/Coffee//Coffee//Coffee//Rose//Rose//Rose/
Surati Surati
iya aruna kamu pasti kuat dan bisa melawan rani ulet bulket ituu dan percayalah arkan pasti akan melindungimu dari ancaman apapun yg membayakanmu runaa lanjut thorr
Surati Surati
alhamdullah aruna dilimdungi oleh Ibu yg baik hati nsn lembut,dan tegas melawan ullet bulket ,/Tongue/ tapi ttp hati"kamu aruna jangan pergi kluar sendirian yaa takut rani menemukanmu sendiri dan buat macem"sama kamu ,dan arkan jangzn lengah lindungi slalu aruna yaa pasang bodyguard mu buat menjaga aruna arr
Surati Surati
alhmdullah akhirnya aruna di bela sama mama arkan dan smoga arkan bisa bucin sama aruna lanjut thoorr dan sirani ulet bulket jauh""sana dari hidup arkan dan kluarga nya lanjut thorr
Surati Surati
karna kamu mulai jacin sama arkan runa....lanjut thoorr
Surati Surati
buatlah arkan dan aruna saling bucin thorr dan aruna berdamailah dengan hati dan rasa nya pada arkan si ceo kutub,/Grin/moga perjodohannya langgeng dan menua bersama aminn🤲🤲💓lanjut thorr
Surati Surati
aq suka bc smua cerita nya thorr
YULI ANI
ga ada kelnajutan nya lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!