NovelToon NovelToon
One Night Stand

One Night Stand

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Fatzra

Aruna terjebak ONS dengan seorang CEO bernama Julian. mereka tidak saling mengenal, tapi memiliki rasa nyaman yang tidak bisa di jelaskan. setelah lima tahun mereka secara tidak sengaja dipertemukan kembali oleh takdir. ternyata wanita itu sudah memiliki anak. Namun pria itu justru penasaran dan mengira anak tersebut adalah anaknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fatzra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Julian terdiam sejenak, lalu menatap kepala sekolah. "Ya, tentu saja, aku ayahnya," jawabnya dengan tatapan meyakinkan. Ia berpamitan untuk pulang.

Para guru wanita terpesona dengan ketampanan Julian, mereka berbisik satu dengan yang lainnya. "Aku tidak tidak menyangka, Raven punya ayah yang sangat tampan,"

Berhubung sebentar lagi jam pulang sekolah, Julian memutuskan untuk menunggu Raven. Ia sudah menyiapkan kejutan untuk anak itu, dan berharap hubungan di antara mereka semakin dekat.

"Hari ini aku akan memastikan, apakah Raven itu anakku atau bukan. Percuma saja kalau terus memaksa Aruna untuk mengakuinya, kurasa sampai kapan, pun dia tetap tidak akan mengaku," gumamnya seraya menatap kosong ke arah depan.

Bel pulang sekolah pun, berbunyi. Dengan teliti Julian mengamati anak-anak yang keluar satu persatu. Akhirnya dia melihat Raven , lalu memanggilnya seraya melambaikan tangan.

Wajah Raven seketika berubah ceria, "Ayah," ucapnya seraya berlari mendekat.

Julian tersenyum menyambut anak itu. "Bagai mana hari ini, kau bahagia?" tanya Julian seraya menggendong anak itu masuk ke dalam mobilnya.

"Aku bahagia, Ayah. Tadi aku menghabiskan bekalku dengan lahap, dan memperhatikan guru dengan cermat. Teman-temanku juga bersikap baik hari ini, bahkan aku seperti raja di sekolah," ucap Raven dengan gerakan-gerakan lucu, membuat Julian oleh tingkah anak itu.

Julian mencubit pelan hidung Raven, lalu tersenyum. "Kau beruntung hari ini, aku juga menyiapkan sesuatu untukmu, tapi kau harus pulang dulu, ya. Nanti kita ajak mama juga."

"Hore, semenjak aku punya ayah hidupku lebih bahagia. Terima kasih, Ayah," ucap anak itu dengan bahagia.

Julian memeluk Raven erat. "Tunggu, di rambutmu ada kotoran, kau puas main hari ini?" ia mengusap rambut anak itu berharap ada yang rontok. Berhasil dia mendapatkan dua helai rambut Raven untuk melakukan tes DNA.

pria itu sudah tidak mau menunggu lebih lama lagi, ia sudah sangat penasaran. Kalaupun malam itu terjadi sesuatu, dan Raven benar anaknya, ia berniat tanggung jawab. Karena seharusnya memang begitu.

"Iya, tadi teman-temanku mengajak bermain petak umpet, dan aku bersembunyi di semak-semak, mereka kesulitan mencari aku," jawab Raven, lalu tertawa.

Julian sangat bahagia melihat Raven yang ceria, pas awal-awal mereka bertemu, ia sudah bisa menebak kalau anak itu pemurung dan suka marah. Seperti saat Aruna telat pulang dan ia memarahi ibunya.

Akhirnya mereka telah sampai di rumah Aruna. karena kejadian kemarin ia memutuskan untuk tidak membuka restorannya, mungkin hingga beberapa waktu ke depan.

Julian menggendong Raven dengan bahagia masuk ke dalam rumah itu. Tampak Aruna sedang bersih-bersih, seraya mendengarkan musik menggunakan earphone yang menyumpal telinganya.

"Mama, lihat aku sedang terbang," ucap Raven yang masih berada di atas bahu Julian.

Aruna menoleh ke arahnya. "Astaga, anakku jadi sangat tinggi," ucapnya, lalu tertawa. Ia mengulurkan tangan untuk Raven turun dari bahu Julian.

"Raven, akhir-akhir ini pasti kau makan lebih banyak, badanmu lebih berat dari beberapa hari yang lalu." Julian merebahkan tubuhnya ke sofa.

Raven hanya cekikikan melihatnya, lalu menoleh ke arah Aruna. "Mama, Ayah kelelahan karena menggendongku, mama bisa memijatnya?" tanya anak itu polos.

Aruna tersenyum masam melirik Julian, kenapa permintaan Raven seperti itu? ia tidak terbiasa memijit. "Mama, tidak bisa memijat, Raven ganti baju, ya," ucap Aruna beralasan.

Julian hanya terkekeh, sementara Raven berlari ke kamarnya. Pria itu menarik Aruna hingga jatuh di pelukannya. "Pijit bahuku," perintahnya.

Aruna bergerak salah tingkah, lalu menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. "Tidak mau," ucapnya dengan wajah datar.

Julian beringsut duduk, lalau menatap wanita itu seraya tersenyum. "Rumahmu sangat bersih, kau lelah?" tanyanya.

Aruna ingin bangun, tapi pria itu menahannya. "Sial!" desis Aruna di dalam hati. "Kau jangan sok perduli!" ucapnya ketus.

Julian terdiam sejenak, ia hanya ingin menunjukkan perhatiannya kepada wanita itu. Namun, sikapnya sudah terlihat tidak suka, padahal niatnya baik. "Ayo pergi, ajak Raven juga," ucapnya.

Aruna menatap pria itu. "Ke mana?" tanyanya dengan dahi berkerut.

Julian membantu Aruna duduk, lalu tersenyum ke arah wanita itu. "Piknik," jawabnya singkat.

"Apa?"

"Sudah, ayo panggil Raven. Aku tunggu di mobil. Lima menit untukmu ganti baju, mulai dari sekarang," ucap Julian, lalu keluar dari rumah itu.

Tujuan Julian mengajak mereka piknik salah satunya untuk membangun kedekatannya dengan Raven. Entah kenapa dia sangat yakin kalau anak itu adalah darah dagingnya. ia juga ingin lebih dekat dengan Aruna dan meluluhkan hatinya. Baginya wanita itu sangat berbeda, tidak seperti Celine.

Aruna wanita yang sangat sederhana, pekerja keras dan sangat menyayangi Raven. Jiwa keibuannya membuat Julian tertarik. Ia juga tidak suka belanja berlebihan, bahkan menerapkan itu kepada anaknya. Pria itu merasa kagum.

Setelah lima menit, Aruna keluar menggandeng tangan Raven berlari kecil menuju mobil Julian, lalu masuk. Mereka duduk di bangku belakang. Anak itu memilih duduk di pangkuan Julian. sementara mobilnya di kendalikan oleh Vincent. Anak buahnya yang setia.

Vincent melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Di bangku belakang Julian bercanda dengan Raven. Ia mencuri kesempatan untuk menggandeng tangan Aruna. Wanita itu hanya bisa pasrah, tak mampu melawan. Ia tidak berdaya saat ada anaknya.

Sesekali Julian melirik Aruna. Namun wanita itu mengalihkan pandangannya menatap ke luar jendela. Dan hanya menoleh kalau Raven memanggilnya. Sejujurnya ia bingung dengan perasaan pria itu. Ia tidak tahu tujuan pria itu mendekatinya, jadi harus tetap waspada. Ia tidak mau terluka lagi karena pria itu.

Setelah tiga puluh menit perjalanan mereka sampai di pinggir danau. Suasana sore hari dengan cahaya sunset yang indah mewarnai piknik mereka kali ini. Semua sudah di persiapkan oleh Julian, sangat rapi dan indah.

"Wah, Ayah menyiapkan ini semua?" tanya Raven terkesima.

Julian tersenyum, lalu menganggukkan kepalanya. sementara hanya terdiam, ia tidak tahu lagi harus mengatakan apa pada pria itu. yang sudah baik kepadanya dan juga Raven.

Seperti memahami keadaan, Vincent berinisiatif mengajak Raven bermain, ia mendekati anak itu. "Raven, mau mancing ikan besar bersama paman?" tanyanya.

Anak itu menoleh. "Apakah di sini banyak ikan, paman?" ia balik bertanya.

"Tentu saja, ayo cari ikan biar nanti di masak mamamu," jawab Vincent.

"Ayo, paman. Aku suka ikan bakar, paman suka ikan apa?" tanya anak itu dengan riang ia sangat senang.

Sementara Julian menarik lengan Aruna untuk duduk di atas tikar yang susah di sediakan. Wanita itu hanya menurut, matanya memandang mengelilingi tempat itu. kenapa ia baru menyadari ada tempat sebagus itu di kota ini.

Karena angin di sana cukup kencang, Julian berinisiatif melepaskan jasnya, lalu memberikannya kepada Aruna. "Pakai saja, bajumu terlalu tipis." ia mengulurkan jasnya.

Aruna mengambil jas itu lalu memakainya. Baunya khas banget dengan parfum pria. Wanita itu bisa terngiang-ngiang jika sewaktu-waktu menciumnya.

Julian menoleh ke arah wanita itu. " kau suka tempat ini?" tanyanya.

Aruna menganggukkan kepalanya. "Di sini menegangkan. Terima kasih sudah mengajak kita ke tempat ini," jawabnya.

Julian tersenyum, menundukkan kepalanya sejenak. "Kau selalu mengucapkan terima kasih kepadaku. Semoga jika aku pernah melukaimu, perilaku baikku bisa menebusnya,"

"Terkadang aku bingung, kenapa kau selalu baik padaku. Jadi itu alasannya?" tanya Aruna, lalu menatap pria itu.

Julian terdiam sejenak. Ia pun bingung dengan perasaannya. Entah itu penebusan dosa atau karena dia mulai jatuh cinta pada wanita itu. "Banyak alasan yang tidak bisa aku jelaskan. Yang pasti aku ingin berbuat baik pada kalian," jawabnya dengan perasaan yang tidak di mengerti.

sepertinya kali ini pria itu berkata apa adanya, Aruna tersenyum, lalu menggenggam tangan Julian. "Berusahalah lebih keras," ucapnya.

Merasa dapat dukungan Julian tersenyum menatap wanita itu, lalu mengeratkan genggaman tangan mereka. "Sudah pasti," ucapnya.

Mereka saling memandang dan tersenyum. Rupanya sudah tidak ada lagi keraguan di dalam hatinya. Bahkan kebenciannya yang sempat mendarah daging telah sirna begitu saja. Julian menggeser tubuhnya lebih dekat dengan Aruna, hingga jaraknya hanya sejengkal. Ia mengusap kepalanya dengan lembut, karena sangat dekat pria itu hampir menciumnya.

1
Fatzra
Halo semuanya, terima kasih yang sudah membaca cerita ini. jangan lupa follow + like+ komen, ya. biar Author semangat updatenya 🥰
Terima kasih.
Ritsu-4
Datang ke platform ini cuma buat satu cerita, tapi ternyata ketemu harta karun!
Sterling
Asik banget bisa nemuin karya yang apik seperti ini.
Murasaki Kuhouin
Jauh melebihi harapanku.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!