NovelToon NovelToon
Istri Rahasia Guru Baru

Istri Rahasia Guru Baru

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Perjodohan / Cinta Seiring Waktu / Idola sekolah / Pernikahan rahasia
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: ijah hodijah

Gara-gara fitnah hamil, Emily Zara Azalea—siswi SMA paling bar-bar—harus nikah diam-diam dengan guru baru di sekolah, Haidar Zidan Alfarizqi. Ganteng, kalem, tapi nyebelin kalau lagi sok cool.

Di sekolah manggil “Pak”, di rumah manggil “Mas”.
Pernikahan mereka penuh drama, rahasia, dan... perasaan yang tumbuh diam-diam.

Tapi apa cinta bisa bertahan kalau masa lalu dari keduanya datang lagi dan semua rahasia terancam terbongkar?


Baca selengkapnya hanya di NovelToon

IG: Ijahkhadijah92

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ijah hodijah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menjadi Istri

"Ish... Sekarang berani banget civm-civm aku." Emily mendorong pelan Haidar supaya masuk ke dalam kamar.

Haidar tidak menjawab, dia langsung duduk di sofa dan terdiam.

"Aku bersih-bersih duluan, ya, bapak batu..." ledek Emily. Bagaimana Haidar tidak gemas, Emily selalu meledeknya. Bahkan untuk pakaian pun Emily selalu memakai pakaian yang biasa dia pakai saat akan tidur. Haidar hanya menghela napas panjang. Tapi dia juga tidak akan tidak tanggung jawab jika suatu hal terjadi seperti yang tidak Emily inginkan. Keduanya hanya perlu meyakinkan satu sama lain supaya percaya bahwa pernikahan mereka itu benar dan bukan untuk dipermainkan.

Haidar tidak menjawab lagi, dia memalingkan wajahnya. Emily terlalu mengg0danya.

Emily masuk ke kamar mandi sambil bersenandung kecil. Haidar hanya menatap punggung Emily sampai pintu tertutup.

"Aku yakin sih, aku sudah beberapa kali meminta petunjuk dan memang ini jawabannya." gumam Haidar. Yang perlu ia lakukan sekarang adalah meyakinkan Emily kalau pernikahan tidak akan pernah selesai.

Tidak lama kemudian, Haidar duduk di tepi ranjang untuk merapikan tempat tidur mereka, tidak lama kemudian Emily keluar dari kamar mandi sudah mengenakan piyama pendek dan rambut yang masih sedikit basah. Langkahnya pelan saat menuju lemari kecil, mengambil minyak kayu putih, lalu duduk di meja rias.

Haidar memperhatikannya lewat pantulan cermin. Ada yang berbeda malam ini. Emily terlihat lebih kalem, tapi jelas pikirannya sedang ramai.

“Kamu capek?” tanya Haidar pelan, memecah keheningan.

Emily mengangguk sambil mengoleskan minyak ke leher. “Agak pusing. Tapi lebih karena kaget, sih.”

“Maaf aku gak bilang dari awal soal perusahaan dan aset-aset lainnya.”

Emily menoleh, menatap Haidar dari cermin. “Kamu tahu?”

“Ayah cerita waktu kita sudah di rumah mama. Tapi dia minta aku nggak bilang dulu sama kamu. Kata ayah, gak mau kamu terlalu kepikiran.”

Emily mengangguk pelan. “Jadi, kamu udah tahu lebih dulu dari aku…”

“Ya. Tapi aku juga nggak sangka ternyata kamu baru tahu hari ini.”

Emily berdiri, lalu menghampiri ranjang, duduk di sisi berlawanan dari Haidar. Jarak mereka cukup dekat, tapi suasananya kaku.

“Bapak Haidar,” ucap Emily pelan, “aku… bingung harus gimana ke depannya. Rasanya semua berubah cepat banget.”

“Kamu masih nyesel nikah sama aku?” tanya Haidar tiba-tiba.

Pertanyaan itu membuat Emily menoleh cepat. “Bukan gitu… Aku cuma belum terbiasa aja. Kita belum saling kenal lama, tapi harus tinggal serumah. Harus tidur sekamar. Dan semua orang berharap kita akur.”

“Jadi kamu… keberatan?” Haidar menatap Emily dalam-dalam.

Emily menunduk, memainkan ujung selimut. “Bukan keberatan. Tapi... aku cuma pengen semuanya pelan-pelan. Aku masih sekolah, masih belajar jadi istri. Aku nggak mau kehilangan diriku sendiri.”

Haidar menghela napas. Ia mencondongkan badan sedikit, menatap wajah Emily yang masih tertunduk.

“Waktu kamu bilang jangan sentuh kamu sampai lulus… aku sempat tersinggung,” katanya jujur. “Tapi sekarang aku ngerti. Aku juga lagi belajar untuk yakin, untuk menerima semua. Karena aku juga sudah diberi petunjuk. Jodohku memang kamu.”

Emily mendongak pelan. “Yakin?”

“Iya. Selama ini aku ngikutin maunya Papa. Tapi kamu, pernikahan ini, semua ini... bikin aku sadar kalau hidup aku sekarang udah nggak bisa ngambang terus. Harus ambil sikap.”

Suasana hening sesaat. Tapi bukan hening yang canggung—lebih ke ruang yang memberi tempat untuk berpikir.

Setelah beberapa menit, Emily bersandar pelan di sandaran ranjang. Haidar mengikuti, duduk di sisi yang sama.

“Bapak Haidar…”

“Hm?”

“Kalau nanti aku nggak bisa jadi istri yang kamu harapkan, kamu bakal kecewa?”

Haidar menggeleng. “Aku nggak pernah naruh harapan terlalu tinggi sama kamu, Emily. Yang penting, kita jujur satu sama lain.”

Emily tersenyum tipis. “Janji ya?”

“Janji.” Haidar ikut tersenyum.

Malam itu, tak ada pelukan atau ciuman. Tapi keheningan mereka di ranjang yang sama terasa hangat. Ada jeda, tapi juga ada saling pengertian yang mulai tumbuh diantara keduanya.

***

Pagi harinya, waktu menunjukan pukul empat dini hari.

Cahaya remang dari lampu tidur masih menyala temaram di sudut kamar. Haidar terbangun lebih dulu. Pandangannya langsung tertuju pada Emily yang tertidur di sampingnya—wajahnya damai, napasnya teratur, dan tangan mungilnya secara refleks memeluk tubuh Haidar dalam posisi menyamping.

Haidar terdiam. Hatinya berdesir melihat istri bocilnya yang bahkan dalam tidur pun seperti mencari perlindungan padanya. Ia menatap wajah Emily lama-lama, bahkan saat matanya mulai kabur oleh bayangan-bayangan yang tidak seharusnya.

Perlahan, ia mencium kening Emily. Lalu turun ke pipinya, dan akhirnya menyentuh bibirnya dalam civman yang lembut dan lama.

Emily menggeliat, tapi tidak menolak. Bahkan civman itu dibalasnya samar, masih dalam kantuk yang setengah sadar.

Namun saat Haidar mulai menekan tubuhnya lebih dekat, Emily membuka mata perlahan. "Mas..." bisiknya, lirih.

Haidar langsung menghentikan gerakannya, menahan napas. “Maaf… aku kembali nggak bisa kontrol.”

Emily terdiam beberapa saat, lalu bergumam, “Aku takut hamil, Mas…”

Haidar menarik napas panjang. “Kita bisa saling jaga, Sayang. Aku nggak akan maksa. Tapi... kamu tahu kan, perasaan ini makin besar.”

Emily menatap mata suaminya yang sayu, penuh harap, juga ketegangan. Ia tahu Haidar sedang menahan diri. Dan dia pun mulai merasa bersalah jika hanya terus menolak tanpa memberi pengertian.

Emily mengangguk kecil. “Aku ngerti. Aku juga nggak mau kamu merasa disia-siain.”

Haidar memejamkan mata. Ia menenggelamkan wajahnya ke leher Emily, hanya berdiam di sana, menghirup aroma istrinya yang membuatnya tenang dan sekaligus tersiksa.

"Kita belajar lebih menerima lagi. Pernikahan ini sudah takdir yang harus kita jalani. Aku yakin, seiring waktu kita bisa menerima satu sama lain." bisiknya. Haidar mengangkat wajahnya. Lalu ia menatap Emily, "Mau kan, kamu tetap menjadi istriku?"

Emily menatap Haidar penuh, kemudian mengucek matanya.

"Kamu gak percaya aku berkata begitu?" Haidar mengusap lembut pipi Emily.

"M-maksudnya, Bapak ngajak aku nikah?"

"Kita sudah menikah, Sayang."

Blush! Wajah Emily memerah, ia memalingkan wajahnya. Kenapa juga dia bisa salah tingkah hanya karena Haidar memanggilnya dengan kata 'sayang'.

"Kita jalani rumah tangga ini bukan karena keterpaksaan seperti sebelumnya. Kita berkomitmen untuk menjaga pernikahan ini, mau, kan?"

Emily mengerjapkan matanya, seolah tidak percaya. "A-aku takut bapak..."

"Jangan panggil bapak. Tadi kan sudah panggil Mas,"

Wajah Emily kembali memerah, Haidar mencubitnya, dia merasa gemas.

"Apa yang kamu takutkan?"

"A-aku takut M-mas ninggalin aku kalau nanti aku kena masalah lagi..." suaranya tercekat bercampur gugup. Emily memang masih ketakutan dengan orang-orang terdekatnya yang meninggalkan dia diwaktu dia terpuruk.

Haidar menghela napasnya panjang. Kemudian dia berkata, "Di dalam suatu hubungan, apalagi hubungan pernikahan seharusnya kita menguatkan satu sama lain, bukan meninggalkan."

"Aku pernah ditinggalkan dan kamu juga pernah ditinggalkan. Tapi untuk kita, untuk hubungan ini, kita rawat bersama, jangan ada yang saling meninggalkan. Saat kita ada masalah, kita bisa mendiskusikannya terlebih dahulu dan dicari jalan keluarnya. Aku akan tetap berada di samping kamu, begitu pun kamu... Bersedia tetap berada disampingku saat aku jatuh. Tapi kita berdoa semoga hubungan kita selalu dalam lindungan Allah... Kita serahkan semuanya sama yang memberi perlindungan. Kita tinggal menjalani dan mensyukuri apa yang sudah ada pada kita." ucap Haidar panjang lebar.

Emily tidak bisa berkata-kata, ia hanya mengusap air matanya yang perlahan membasahi pipinya. Emily mengangguk dan ia memeluk Haidar.

Keheningan tercipta beberapa saat, sampai akhirnya terdengar ketukan di pintu.

Tok. Tok. Tok.

“Nak, Emily… sudah bangun belum?” suara Indira terdengar dari balik pintu.

Spontan, Emily dan Haidar terlonjak. Emily cepat-cepat duduk, wajahnya masih memerah, dan napasnya belum sepenuhnya tenang.

“I-iya, Bunda. Aku baru bangun,” sahut Emily sambil merapikan rambutnya dan mengusap wajahnya.

“Bunda mau pinjam kunci mobil, Nak. Maaf, mobil Ayah ada di paling dalam.”

“Oh, iya. Sebentar ya.”

Haidar langsung masuk ke kamar mandi untuk mandi. Karena dia sudah terbiasa mandi pagi sebelum salat subuh.

Sementara Emily mengambil kunci di laci nakas dan berjalan pelan ke pintu, menyembunyikan kegugupan di wajahnya.

Begitu pintu dibuka, Indira tersenyum tanpa curiga. “Terima kasih, ya, Sayang. Tidurnya nyenyak?”

Emily mengangguk. “Iya, Bun... lumayan. Memangnya ayah mau ke mana?”

"Bunda mau ke pasar..."

Emily mengerutkan keningnya."Ke pasar ngapain, Bunda, jam segini?"

"Siangan dikit juga macet di jalan menuju pasarnya. Lebih baik bunda duluan sambil salat di sana."

"Aku ikut, gak?"

"Gak usah, temani suami kamu aja di rumah, siapin sarapannya. Bisa, kan, cuma buat kopi atau teh?"

"Hehe, iya, Bunda. Ya, udah hati-hati di jalan."

Indira mengangguk, lalu berbalik dan menuruni tangga.

Setelah pintu tertutup kembali, Emily bersandar sebentar di baliknya. Ia menarik napas panjang, lalu tersenyum samar.

Baru seminggu menikah, dan rasanya seperti naik roller coaster tanpa sabuk pengaman.

"Mandi, Sayang..."

Glek!

Bersambung

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!