NovelToon NovelToon
DiJadikan Budak Mafia Tampan

DiJadikan Budak Mafia Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Mafia / Balas Dendam / Lari Saat Hamil / Berbaikan / Cinta Terlarang / Roman-Angst Mafia
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: SelsaAulia

Milea, Gadis yang tak tahu apa-apa menjadi sasaran empuk gio untuk membalas dendam pada Alessandro , kakak kandung Milea.
Alessandro dianggap menjadi penyebab kecacatan otak pada adik Gio. Maka dari itu, Gio akan melakukan hal yang sama pada Milea agar Alessandro merasakan apa yang di rasakan nya selama ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SelsaAulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Sinar matahari pagi menyelinap masuk melalui celah-celah tirai, menari-nari di atas wajah Milea. Ia mengerjap, cahaya yang terlalu terang membuatnya sedikit silau. Ketika matanya mulai fokus, sosok Gio tertangkap pandang. Ia duduk di kursi dekat ranjang, wajahnya serius, tangannya cekatan mengupas buah apel merah segar. Aroma manis apel memenuhi ruangan kecil itu, mencampur aroma khas pagi hari yang tenang.

"Sudah bangun?" Suara Gio lembut.

Milea hanya mampu mengangguk, bibirnya masih terasa berat. Namun, senyum tipis terukir di wajahnya. Warna kulitnya tampak lebih cerah, rona merah muda tipis menghiasi pipinya.

 Efek obat dan istirahat semalam memang luar biasa. Kelelahan yang mencengkeramnya kemarin kini sirna, digantikan oleh rasa segar yang menyegarkan. Tubuhnya terasa lebih ringan, lebih bertenaga. Ia merasa, dirinya yang baru ini, lebih siap menghadapi apapun yang akan terjadi.

  Apel yang sudah dikupas Gio diulurkan padanya. Milea menerimanya dengan senyum tipis, merasakan hangatnya sentuhan Gio di ujung jari mereka yang bersentuhan sekejap.

"Setelah sarapan dan minum obat, kita akan segera pulang ke mansion," kata Gio, suaranya terdengar lebih tegas dari biasanya. Kalimat itu melayang di udara, menciptakan keheningan sesaat yang terasa berat.

Milea hanya mengangguk lagi, responnya yang minim membuat dada Gio sesak. Tatapannya yang tadi berbinar kini redup, seperti bintang yang terhalang awan tebal. Keheningan itu terasa menusuk, mengingatkan Gio pada dinding es yang selalu ia temukan di antara dirinya dan Milea.

Sebuah gelombang kekecewaan membanjiri hati Gio. Ia ingin sekali Milea meresponnya dengan lebih antusias, menunjukkan sedikit rasa ingin tahu atau bahkan sekadar rasa syukur. Sikap diam Milea membuatnya merasa seperti berbicara pada dinding.

Amarah mulai menggeliat di dalam dirinya, Namun, sebelum amarah itu meledak, Gio berhasil mengendalikannya. Tangannya mengepal sebentar, kemudian ia melepaskannya perlahan. Ia tak mau mengulangi kesalahan yang sama. Tak mau lagi melukai Milea yang baru saja menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.

"Aku hanya mengasihani dia. Hanya itu. Dia budakku, tidak lebih," bisik Gio dalam hati, kata-kata itu terasa pahit di lidahnya sendiri.

Ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri, menutupi perasaan yang sebenarnya jauh lebih rumit daripada sekadar rasa kasihan. Perasaan yang membuatnya gelisah, yang membuatnya tak bisa tenang. "Ini hanya sebatas perasaan kasihan antara tuan dan budak," ia mengulang lagi, namun kata-kata itu terdengar hampa, tak mampu membendung gelombang emosi yang bergulung di dalam dirinya.

Sebuah piring berisi bubur hangat disodorkan Gio kepada Milea. Gerakannya terkesan kaku, tak seperti tadi yang lebih lembut dan penuh perhatian. "Makanlah," perintahnya, suaranya datar, tanpa sedikitpun kelembutan. Ia ingin segera meninggalkan tempat itu, ingin segera kembali ke mansion yang terasa lebih nyaman daripada berada di dekat Milea.

Kehadiran Milea, dengan segala kelembutan dan kerentanannya, menimbulkan perasaan yang tak mampu ia artikan.

Milea menyadari perubahan sikap Gio yang drastis. Tatapannya yang tdi hangat kini terasa dingin, menciptakan jarak yang tak terlihat namun terasa begitu nyata.

Tak ingin kembali menyulut emosi Gio, Dengan patuh, ia menerima bubur itu dan mulai memakannya, mencoba mengabaikan perasaan gelisah yang mulai menghimpit hatinya. Ia berharap, perjalanan pulang ke mansion akan segera tiba, dan mungkin, di sana, ia akan menemukan sedikit ketenangan walau ia harus bersiap jika sewaktu waktu Gio kembali menyiksa nya.

*

*

*

Ketegangan memenuhi setiap sudut mansion. Marco mondar-mandir dengan gelisah, langkah kakinya tak pernah berhenti. Detik-detik terasa begitu panjang, menyiksa kesabarannya. Ia terus melirik ke arah pintu masuk, menunggu kedatangan Gio dan Milea.

Begitu pintu besar itu terbuka, menampakkan Gio dan Milea yang baru saja tiba, Marco langsung berlari menghampiri mereka, wajahnya pucat pasi, mata penuh kepanikan.

"Tuan!" serunya, suaranya bergetar, menunjukkan betapa cemasnya ia.

Gio, yang masih merasakan sisa-sisa ketegangan dari perjalanannya, menatap Marco dengan tajam. "Ikut aku ke ruang kerja," perintahnya, suaranya dingin dan tegas. Kemudian, dengan tatapan yang tak kalah dingin, ia beralih kepada Milea. "Dan kamu, Milea, kembali ke kamar."

Tanpa menunggu jawaban Milea, Gio berbalik dan melangkah menuju ruang kerjanya, Marco mengikuti di belakangnya dengan langkah tergesa-gesa. Suasana tegang menyelimuti mereka berdua.

Di ruang kerja yang luas dan gelap, Gio duduk di kursi besarnya, menatap Marco dengan tatapan yang menuntut penjelasan.

"Katakan, ada apa?" suara Gio terdengar berat, menunjukkan keseriusannya.

Marco menelan ludah, keringat dingin membasahi dahinya. "A… anu, Tuan… Alessandro… ia menginterogasi anak buah Anda… tetapi… dia tidak membocorkan identitas Anda sebagai bos narkoba itu…" ujarnya terbata-bata, suaranya hampir tak terdengar.

Gio mengangguk, perlahan. Ia sudah menduga hal ini akan terjadi. "Beri kompensasi kepada keluarganya," perintah Gio, suaranya tetap dingin, tetapi kali ini terdengar lebih tegas. "Cari salah satu anggota keluarganya yang bisa dipercaya, buat pertemuan rahasia. Pastikan mereka dan keluarga mereka bungkam selamanya."

"Baik, Tuan," jawab Marco, suaranya terdengar mantap, menunjukkan kesetiaannya yang tak pernah luntur. Ia akan menjalankan perintah tuannya, apapun resikonya.

Dalam menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh Alessandro, Gio memilih strategi yang licik namun efektif. Ia menghindari pertempuran terbuka, mengingat konfrontasi langsung dapat berisiko tinggi dan berpotensi membahayakan poposisinya

Sebaliknya, ia menggunakan taktik manipulasi yang halus, mengarahkan jalannya peristiwa agar menguntungkan dirinya. Dengan cermat, ia mengendalikan kerusakan yang telah terjadi, meminimalisir dampak negatif terhadap bisnisnya dan reputasinya. Keputusan ini menunjukkan kecerdasan Gio dalam menjaga keamanan dan kelangsungan usahanya, meski dengan cara yang kurang terpuji.

1
it's me NF
lanjut... 💪💪
Siti Hadijah
awalnya cukup bagus,, semoga terus bagus ke ujungnya ❤️
SelsaAulia: terimakasih kaka, support terus ya ☺️❤️
total 1 replies
Elaro Veyrin
aku mampir kak,karya pertama bagus banget dan rapi penulisannya
SelsaAulia: terimakasih kaka
total 1 replies
Surga Dunia
lanjuttt
Theodora
Lanjut thor!!
Surga Dunia
keren
Theodora
Haii author, aku mampir nih. Novelnya rapi enak dibaca.. aku udah subs dan like tiap chapternya. Ditunggu ya update2nya. Kalau berkenan mampir juga yuk di novelku.
Semangat terus kak 💪
SelsaAulia: makasih kakak udh mampir 🥰
total 1 replies
✧༺▓oadaingg ▓ ༻✧
karya pertama tapi penulis rapi bget
di tunggu back nya 🥰
SelsaAulia: aaaa.. terimakasih udah mampir☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!