Skandal Dengan Adik Ipar

" Andra,"

" Eh mama sudah pulang?"

" Kata nanny kemarin kalian nginep di rumah nenek ya? Kenapa nggak bilang dulu sama mama?" tanya Esther begitu melihat Arvin dan Andra masuk berbarengan ke ruang tamu.

" Kita nggak mau ganggu kesibukan kamu," sahut Arvin.

Sore hari Arvin kembali membawa Andra pulang ke rumah. Sesampainya di rumah ia mendapati istrinya sudah pulang.

" Ya sudah kalau begitu. Andra mandi terus istirahat ya," ucap Esther menyuruh anaknya. Tak lama setelah berkata demikian, seorang nanny pengasuh datang mengajak Andra untuk masuk ke kamarnya.

" Aku juga mau mandi mau istirahat," ucap Arvin turut mengikuti langkah Andra.

Di dalam kamar Esther membantu Arvin menyiapkan pakaian. Ini bukanlah rutinitasnya, hanya sesekali saja jika perempuan itu mau. Esther terlalu malas untuk melakukan pekerjaan rumah tangga.

" Aku tidak ingin memakai piyama yang ini, piyama ini terlalu kekecilan" timpal Arvin ketika melihat Esther mengambil salah satu piyama di almari.

" Benarkah? Tapi piyama ini diletakkan di tumpukan yang paling atas, berarti kamu sering memakai piyama ini"

" Sepertinya komunikasi kita makin memburuk. Kamu salah membuka almari. Almari baju yang biasa aku pakai sebelah sini," jawab Arvin kemudian membuka almari sebelahnya. Esther hanya menyunggingkan senyuman tipis, sebagai istri ia merasa tersentil hatinya.

" Maaf aku tidak tahu,"

" Aku sengaja mengajak kita semua pulang ke Indonesia agar hubungan kita membaik, kamu terlalu sibuk dengan geng sosialita mu di Aussie. Tapi di sini pun kamu masih tetap sibuk. Aku tidak pernah melarang mu melakukan apapun bahkan menghabiskan jumlah uang berapa banyaknya aku tidak peduli. Hanya saja tolong kamu pikirkan tentang Andra. Anak itu terlalu sering diasuh nanny. Nanny adalah orang luar , bisa saja memberikan pengaruh buruk untuk Andra," ucap Arvin panjang lebar. Tidak biasanya laki-laki itu berucap banyak. Ia selalu memberi kebebasan untuk istrinya.

" Aku gampang bosan di rumah mas, kamu paham lah hal ini,"

" Ya aku tahu itu,"

Arvin bergegas menuju ke kamar mandi sembari menenteng piyama yang akan ia pakai. Tampak guratan lelah terpancar di wajahnya. Esther terdiam sesaat sebelum akhirnya angkat bicara lagi.

" Kamu sama Andra habis jalan sama Kak Yasmin? Kenapa nggak bilang sama aku? Sengaja? Kamu mau deketin Kak Yasmin?"

" Andra butuh healing. Dia baru di sini, dia butuh penyesuaian lebih. Kita sebagai orang tua harus lebih peka,"

" Aku tahu kamu sayang banget sama Andra, tapi kenapa harus melibatkan Kak Yasmin. Kak Yasmin bukan siapa-siapa,"

" Dia tantenya Andra. Aku lebih percaya Yasmin untuk mengurus Andra ketimbang nanny,"

" Bohong banget. Bilang aja kamu manfaatin Andra untuk ngedeketin Kak Yasmin. Aku nggak nyangka ya mas selera kamu turun drastis. Dari pria yang tidak pernah kekurangan wanita kini mengejar perempuan kolot dan cupu seperti Kak Yasmin," Esther berucap sembari melipat kedua tangan di depan dada. Ia mulai merasa kesal karena Arvin berpihak kepada Yasmin.

" Dia kakak mu kalau kamu lupa,"

" Aku paham dari dulu kamu tidak bisa menetap sama satu wanita, tapi ini Kak Yasmin. Selera kamu yang tinggi terhadap wanita sedang dipertanyakan,"

" Aku lelah dan ingin mandi, sana kamu temani Andra main. Dia kangen sama kamu,"

" Ingat ya kalau kamu sampai ketahuan selingkuh aku aduin ke mama Joyce. Biar mama Joyce yang bertindak, kamu akan menjadi miskin karena seluruh harta Dhananjaya akan menjadi milik ku,"

" Itu kan memang mau mu, menguasai harta Dhananjaya,"

...****************...

^^^Pak Arvin^^^

^^^Kirimkan dokumen hasil rapat kemarin.^^^

Ting,,, ponsel Yasmin berdenting. Yasmin yang sedang asyik menonton televisi mengalihkan perhatiannya untuk melihat isi ponselnya.

^^^Yasmin^^^

^^^Sekretaris bapak sedang sibuk? Bukankah bapak bisa meminta dokumennya ke sekretaris bapak sendiri. Lagian kan saya kemarin tidak ikut rapat, saya sibuk menemani ayah dan anak bermain di time zone.^^^

Yasmin mengetik dengan kesal, hari ini mood nya sedang tidak baik karena sindrom pre menstruasi nya. Hal yang lumrah dialami setiap wanita per bulan.

^^^Pak Arvin^^^

^^^Oh iya ya, kamu yang paling antusias main di time zone, saya seperti mengasuh dua bocah 😉^^^

^^^Yasmin^^^

^^^Hasil rapat 16/07/2025.doc^^^

Yasmin mengirimkan file ke nomor Arvin. Entah mengapa pria itu seperti ingin berbasa-basi dengan Yasmin.

^^^Pak Arvin^^^

^^^Kok punya hasil rapatnya? Katanya kemarin nggak ikut rapat?^^^

^^^Yasmin^^^

^^^Ternyata di grup divisi sudah di share^^^

^^^Pak Arvin^^^

^^^Tapi ini file nya dalam bentuk word, saya maunya yang pdf.^^^

^^^Yasmin^^^

^^^Hasil rapat 16/07/2025.pdf^^^

^^^Pak Arvin^^^

^^^Kamu sudah makan? Cuek banget balas pesan saya. Mau gajinya dipotong?^^^

Yasmin tidak membalas pesan Arvin. Pesan Arvin membahas masalah di luar job desk yang biasa Yasmin lakukan. Perempuan itu memilih mengabaikan pesan Arvin. Ia kembali menikmati acara televisi yang ia tonton.

^^^Pak Arvin^^^

^^^Tolong bilang pada Riri besok suruh ganti jadwal saya di perusahaan utama. Saya tidak jadi mengadakan rapat di sana karena mau meninjau acara festival pemerataan aplikasi kesehatan perusahaan kita yang telah diperbarui.^^^

^^^Yasmin^^^

^^^Kenapa harus lewat saya? Kenapa bapak nggak bilang sendiri?^^^

^^^Pak Arvin^^^

^^^Ini menjadi tugas dan tanggung jawab kamu karena besok saya perginya sama kamu. Jangan lupa persiapkan data-data sponsor yang akan ikut festival.^^^

^^^Yasmin^^^

^^^Kenapa mendadak sekali?😭. Saya masih harus menyusun laporan keluhan client besok. Lagian ini bukan job desk saya, ini bisa dilakukan asisten pribadi Pak Arvin.^^^

^^^Pak Arvin^^^

^^^Saya bos nya😎^^^

Simpel dan seenaknya, seperti itulah definisi Arvin untuk saat ini. Simpel dalam memberikan tugas meskipun di luar job desk, seenaknya menyuruh orang tanpa melihat kesulitan orang tersebut. Kalau Arvin terus menyuruhnya melakukan pekerjaan di luar tanggung jawabnya bagaimana pekerjaannya akan selesai. Yasmin merasa Arvin adalah bos yang buruk. Tetapi meskipun begitu, perusahaannya tetap berkembang pesat.

" Menyebalkan," gumam Yasmin yang tidak sengaja didengar Bu Dini. Wanita paruh baya itu ikut bergabung menonton acara televisi karena kebetulan sinetron kesukaan ibu dan anak tersebut sama.

" Berantem sama pacarmu?" tanya Bu Dini yang sedari tadi mengawasi putrinya berbalas pesan di aplikasi gawai.

Tidak biasanya putrinya ini berbalas pesan menggunakan ekspresi. Biasanya Yasmin hanya akan menjawab singkat, jika diperlukan perempuan itu akan memilih menelepon dan berucap seperlunya. Tapi kali ini berbeda, Yasmin larut dalam aktivitasnya berbalas pesan. Seperti layaknya perempuan yang sedang berkomunikasi dengan lawan jenis yang disukainya melalui ponsel, kali ini Yasmin tampak seperti wanita normal.

" Yasmin nggak punya pacar ma,"

" Terus chatting sama siapa? Nggak biasanya kamu chatting sambil ekspresi wajah kesel begitu. Biasanya kalau begitu lagi jatuh cinta namanya,"

" Ada orang kantor yang ngeselin ma. Yasmin nggak lagi jatuh cinta,"

" Ohhhh, terus kapan kamu jatuh cinta Yasmin? Usia mu sudah sangat matang untuk menikah. Mama disalahin tetangga karena biarin adik kamu nikah duluan. Karena efeknya kamu jadi telat nikah,"

" Nanti kalau memang jodoh juga bakal ketemu ma. Mungkin belum saatnya aja,"

" Selalu itu jawaban kamu. Mama kenalin anak teman mama ya? Dia baik, tentara pula. Pingin deh punya mantu tentara biar ada yang melindungi,"

" Meminta perlindungan kepada Allah ma, bukan kepada tentara,"

" Kamu ini bercanda mulu. Mama udah atur jadwal kencan buta kamu sama anak teman mama. Akhir pekan ini, kamu nggak boleh nolak. Tahun ini kamu harus menikah pokoknya,"

" Yasmin sibuk ma,"

" Nggak ada alasan Yasmin. Kalau kamu menolak sama aja kamu jadi anak durhaka," mau bagaimana lagi kalau sudah berkata seperti itu Yasmin hanya bisa pasrah.