NovelToon NovelToon
My Boss Duda Anak Dua

My Boss Duda Anak Dua

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Ibu Pengganti / Cerai / Ibu Tiri
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Demar

Nesa Callista Gambaran seorang perawat cantik, pintar dan realistis yang masuk kedalam kehidupan keluarga Wijaksono secara tidak sengaja setelah resign dari rumah sakit tempatnya bekerja selama tiga tahun terakhir. Bukan main, Nesa harus dihadapkan pada anak asuhnya Aron yang krisis kepercayaan terhadap orang lain serta kesulitan dalam mengontrol emosional akibat trauma masa lalu. Tak hanya mengalami kesulitan mengasuh anak, Nesa juga dihadapkan dengan papanya anak-anak yang sejak awal selalu bertentangan dengannya. Kompensasi yang sesuai dan gemasnya anak-anak membuat lelah Nesa terbayar, rugi kalau harus resign lagi dengan pendapatan hampir empat kali lipat dari gaji sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arthur Menyebalkan

Arthur membaca beberapa laporan diatas meja kerjanya dengan teliti. Laporan yang tidak sesuai akan terlempar ke box merah. Tidak perlu bicara, Gerald sudah mengerti artinya di laporan itu ada yang salah dan dia harus bekerja keras untuk menemukan kesalahannya dimana. Jangan harap Arthur mau memberitahu, pria itu melatih otaknya dengan keras sejak dulu hingga sekarang.

Tok tok tok

Gerald memasuki ruangan diikuti OG dibelakangnya dengan nampan berisi makan siang. OG itu meletakkan makanan di atas meja dengan hati-hati lalu pamit untuk keluar.

“Makan dulu Bos.” Ujar Gerald duduk di sofa. Sekarang sudah memasuki jam makan siang jadi dia bisa bersikap lebih santai pada Arthur. Mereka sudah lama bersama, tentunya sudah terjalin kedekatan personal yang tidak sama dengan karyawan lainnya.

Arthur membuka jas dan melipat lengan kemejanya membuat penampilannya terlihat lebih santai. Dia memperhatikan makanan yang sudah tersaji di atas meja, entah kenapa makanan itu menjadi tidak menarik dimatanya.

“Apakah chefnya diganti? Rasanya berbeda.”

Gerald mencoba makanan yang sama, “Sama saja Bos.”

“Lidahmu perlu dikoreksi. Jelas-jelas rasanya berbeda. Ingatkan ke bagian dapur saya tidak mau chef yang memasak untuk saya diganti-ganti.” Ujar Arthur meletakkan sendoknya. Dia tidak berselera untuk makan padahal perutnya sudah terasa lapar.

Gerald mencoba makanan itu sekali lagi. ‘Sama saja.’ Batinnya kebingungan. Gerald tidak mengungkapkannya lagi, sebab Arthur terlihat sangat kesal sekarang.

“Coba rasakan ini, apa rasanya aneh?” Ujar Gerald pada salah satu staf pria yang sedang membuat kopi di pantry. Staf itu dengan patuh melaksanakan apa yang diperintahkan oleh asisten kepercayaan CEO mereka.

“Enak Pak.” Kata staf tersebut setelah mencicipi makanan.

“Kau tidak berbohong?” Gerald mencari kebohongan pada wajah staf itu.

“T-tidak Pak, sungguh.” Ucap pria itu dengan gemetar. Dari gestur tubuhnya Gerald menduga sepertinya dia staf baru disini.

“Sudah tidak usah ketakutan begitu. Kau ini, saya hanya bertanya saja. Pergilah.”

“B-baik Pak, terimakasih. Saya permisi Pak.” Staf itu terburu buru pergi dari pantry.

“Hei… tunggu!” Panggil Gerald. Gerald mengelengkan kepala menoleh pada kopi di atas meja. Gerald hanya ingin mengingatkan kopinya belum dibawa tapi pria itu sudah menghilang bak angin putting beliung.

Gerald sudah menghubungi bagian dapur dan mereka sudah berulang kali memastikan bahwa orang yang memasak makanan tadi adalah chef yang sama seperti biasanya. Menurut Gerald juga rasanya sama saja dan staf tadi juga mengatakan rasanya enak.

“Bos, saya sudah memastikan chef yang memasak makanan tadi adalah chef yang sama. Kita juga sudah koreksi rasa dan menurut mereka rasanya enak seperti biasa bos.”

“Jadi maksudmu lidahku yang salah begitu?” Arthur mendelik tajam.

“T-tidak begitu Bos.” Gerald menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bos besar selalu benar bukan? “Mungkin lidah kami yang salah Bos.” Ucap Gerald mengalah. Daripada Bosnya badmood lebih baik mengalah sajalah. Gerald mau pulang on time hari ini jadi harus dipastikan mood bosnya terjaga sampai waktunya pulang.

“Sudahlah, lanjutkan pekerjaanmu sana.” Perintah Arthur.

“Baik Pak.” Gerald segera meninggalkan ruangan Arthur. Rasanya lega seperti keluar dari kandang singa.

Entah kenapa Arthur tergerak untuk membuka story pengasuh anaknya di salah satu aplikasi chat berwarna hijau. Arthur menelan air liur, foto masakan gadis sengklek itu terlihat sangat menggiurkan. Arthur mematikan ponselnya, pria itu menutup mata mencoba menekan selera makan yang timbul hanya karna sebuah foto.

‘Sial… Apa yang terjadi denganku?’ Berulang kali Arthur memaki dirinya sendiri. Gerald sudah bolak-balik keruangannya menawarkan makanan lain akan tetapi tak satu pun yang menarik perhatiannya. Justru masakan Nesa semakin menari-nari dipikirannya. Pada akhirnya Arthur menahan lapar sampai pekerjaannya selesai.

“Saya pulang dulu, kamu juga boleh pulang.” Ujar Arthur pada Gerald yang masih sibuk di meja kerjanya sendiri. Pria itu bergegas pergi dengan terburu-buru.

Gerald mengucek matanya berulang kali memastikan jam tangannya tidak salah.

“Benar kok masih jam 17.00 Wib.” Bisiknya. “Yes… yes… yes…” Gerald melompat kegirangan. Untuk pertama kalinya dia pulang tepat waktu. Tidak, bahkan pulang sebelum waktunya. Gerald tidak peduli lagi apa yang terjadi pada bosnya yang penting dia harus segera pulang dan bersiap-siap untuk pergi kencan buta. Ibunya sangat cerewet, Gerald sudah kehabisan alasan menjawab pertanyaan ibunya kapan menikah kapan menikah dan kapan menikah. Asisten Arthur itu segera mematikan komputer miliknya dan berkemas untuk pulang.

Arthur memasuki apartemen, mainan yang berserak menyambutnya di ruang tamu. Oke, Arthur akan berusaha tidak terganggu dengan situasi ini. Aroma khas tercium dari arah dapur, lagi-lagi Arthur menelan ludah tidak sabar untuk mengisi perutnya yang sudah kelaparan. Melihat anak-anaknya sedang sibuk bermain, pria itu berjalan dengan pelan menuju dapur supaya mereka tidak menyadarinya. Tubuhnya sedang lemas sekarang.

“Anda sudah pulang?” Tanya Nesa. Dia terlihat kebingungan melihat Arthur pulang secepat ini, biasanya pria itu pulang saat matahari sudah tenggelam.

“Yah…” Arthur meletakkan jasnya di atas meja makan. Nesa sangat gelisah melihatnya, gadis itu baru akan mengingatkan Arthur supaya tidak meletakkan jasnya sembarangan tetapi tidak jadi saat melihat wajah pria itu terlihat pucat dan lemas.

“Ada apa dengan wajah Bapak? Anda terlihat sangat mengenaskan.” Nesa mengambil air hangat dan memberikannya untuk Arthur. “Minumlah, apa Bapak sudah makan?”

Arthur menggeleng pelan.

“Anda ini bagaimana, kerja sih kerja tapi harus jaga kesehatan juga dong.” Gerutu Nesa. Walau mulutnya bawel tangannya tetap bekerja untuk menyiapkan makan untuk Arthur. Untung dirinya sudah selesai memasak, Nesa memasak sop daging dan campuran tahu segar. Bukan tidak ingin membuat makanan bervariasi tetapi Aron sangat menyukai makanan berkuah. Selagi anak itu lahap dan tidak bosan Nesa akan terus membuatkannya. Dibanding makanan yang digoreng, makanan yang di rebus tentu jauh lebih sehat.

“Tunggu Pak, jangan dimakan dulu.” Nesa menahan Arthur yang sudah tidak sabar memakan masakannya,

“Apa lagi?”

“Sudah lemas pun masih galak Pak. Tunggu dulu sebentar jangan langsung dimakan, please nurut!” Tegas Nesa. Tak lama Nesa kembali ke dapur dengan membawa obat.

“Nih makan dulu Pak obatnya.” Nesa menyodorkan sebutir capsul pada Arthur.

“Saya tidak sakit, untuk apa kamu memberi saya ini.”

“Ini obat lambung, Bapak sendiri yang bilang belum makan dari tadi. Jangan langsung makan, minum ini dulu supaya nanti tidak sakit perut.” Ujar Nesa.

“Sok pintar kamu.”

Menjelaskan kepada orang dewasa memang lebih sulit dibandingkan anak-anak.

Nesa menghela nafas panjang, “Saya perawat, terserah Bapak mau makan obatnya atau tidak. Bodo amat.”

Nesa meletakkan capsul obat itu di samping makanan Arthur. Yang penting sudah di beri tahu, kalau tidak mau ya sudah. Arthur bukan anak-anak yang harus dibujuk, bahkan dia sudah tua bangka cuma tidak sadar diri saja. Seharian Nesa sudah sangat lelah mengurus rumah dan anak-anak. Katanya akan ada ART yang datang membantu tapi sampai sekarang belum ada datang sama sekali. Nesa juga tidak memiliki nomor kontaknya jadi tidak bisa menghubungi. Tidak mungkin Nesa membiarkan bajunya dan anak-anak menumpuk sehingga dia memutuskan untuk mencucinya sendiri. Belum lagi membersihkan apartemen yang sedikit-sedikit sudah berantakan, maklumlah ada dua bocil.

1
Putu Suciptawati
aku baru lihat cerita ini dan baca secara maraton, aku suka ceitanya bagus
Demar: Halo Putu, thanks sudah ikutin karyaku ya. Support terus dengan follow, like dan komen supaya aku semakin semangat update.
total 1 replies
Elen Gunarti
double up Thor 👍
Demar: Thank you Elen, jangan lupa follow like dan komen karyaku supaya aku semakin semangat update. Ikutin terus ceritaku ya...
total 1 replies
Hesi Hesi
semangat thor
Demar: Thank you Hesi
Ikutin terus karyaku ya
total 1 replies
Nur Cahyani
Luar biasa
Demar: Halo, episode baru sudah ku upload.
Like dan komen terus ceritaku supaya aku mengupload beberapa episode dalam satu hari ya. Terimakasih
total 1 replies
Elen Gunarti
lanjut thor
Demar: Halo, episode baru sudah ku upload.
Like dan komen terus ceritaku supaya aku mengupload beberapa episode dalam satu hari ya. Terimakasih
total 1 replies
Demar
Tujuh
Demar
Good
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!