NovelToon NovelToon
Gadis Dari Utara

Gadis Dari Utara

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Romansa Fantasi / Fantasi Wanita / Pengawal / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:941
Nilai: 5
Nama Author: moonlightna

SEASON 1!

Di balik luasnya wilayah utara, setelah kematian Duke Xander. Desa Valters hampir punah dan hancur.

Desa Valters desa yang tidak mengetahui titisan Xander...

Daren... seorang gadis berambut perak, di buang dan dibesarkan sebagai prajurit di barak utara yang ilegal. Tanpa identitas ia tidak tahu siapa dirinya, hanya tahu bahwa hidupnya adalah tentang bertahan.

Namun, saat pasukan Kekaisaran menyerbu barak utara. Ada nama yang dibisikkan. Xander Estelle. Ada mata-mata yang mulai memperhatikannya. Dan di ujung dunia, dari reruntuhan wilayah Utara yang dibekukan oleh sejarah, sesuatu yang mengerikan mulai bergerak.

Hidupnya mulai bergerak menuju takdir yang tak pernah ia minta. Tapi mungkinkah hidupnya juga akan berubah… menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar bertahan?

Di tengah perubahan hidup dan pengakuan darahnya, adakah sosok yang membuatnya semakin kuat? seseorang yang menantangnya untuk berdiri, meski dunia ingin menjatuhkannya?

Happy reading 🌷🌷

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moonlightna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ISTANA, HUTAN, DAN ORANG MISTERIUS

Kabut turun lebih tebal dari biasanya, menggulung perlahan di antara pepohonan yang menjulang seperti bayang-bayang raksasa. Tim pelacak kerajaan bergerak dalam diam, kuda mereka kini dituntun, bukan ditunggangi, demi menghindari suara ranting patah atau daun remuk yang bisa memancing perhatian musuh tak kasat mata.

George. Ketua pelacak sekaligus ayah dari Jaden... berjalan paling depan, matanya menyipit tajam menatap tiap gerak semak dan gemerisik angin. Di punggungnya, pedang tua berukir lambang kerajaan tampak usang, namun belum kehilangan tajinya.

“Sangat aneh…” gumam seorang prajurit di sampingnya, suaranya hanya setipis napas. “Suku Umbra menyerang istana…”

George tak menjawab, tapi ia tahu kegelisahan itu merambat pada seluruh rombongan. Yang lain menyambung, pelan, “Suku Umbra tinggal sangat jauh… dibatasi tembok dan hutan tak berujung. Mereka bahkan telah meninggalkan tradisi memakan manusia sejak puluhan tahun lalu.”

“Kita tidak bisa buang waktu menebak,” sela George akhirnya, suaranya berat. “Fokus kita satu: temukan Pangeran Gerald, Jaden, Benson… dan satu gadis kecil berkepala perak,”

“Tapi jika istana jatuh pada pemimpin yang salah…”

"Gerald memiliki banyak musuh, tapi aku yakin dia tidak akan mati begitu saja, dia sudah beberapa kali membuktikan dirinya sebagai pemimpin,"

potong George tajam. “Satu ketakutan akan melahirkan sepuluh kegagalan, dan anak itu tidak memiliki ketakutan.”

Langkah mereka terhenti tiba-tiba.

Dari balik kabut, terdengar suara berat dan mencemooh, “Mau ke mana kalian?”

Muncul seorang pria berjubah hitam pekat, wajahnya tersembunyi di balik tudung. Napasnya tak terlihat, tapi hawa dingin seketika melingkupi seluruh area. Di baliknya, bayang-bayang lain bermunculan... bukan sepuluh, lebih dari itu... banyak sekali sosok manusia dengan baju lusuh dan senjata yang tampak tak lazim: pedang besar yang berkilat hitam, tombak bergerigi, busur lengkung dari tulang.

“Siapa kalian?” tanya George lantang. Ia melangkah maju, tubuhnya tegak. “Ini wilayah kerajaan,”

Salah satu musuh terkekeh. “Wilayah? Tidak ada garis yang bisa kau lukis di tanah hutan ini. Kau pikir kau mengenal Umbra? Kami... lebih tua dari legenda yang kalian tulis di istana emas itu.”

George menyipitkan mata. “Umbra… tidak menyerang seperti ini. Mereka hanya bertahan jika wilayahnya dilanggar.”

Pria berjubah tak menjawab. Ia hanya memiringkan kepala dan dalam sekejap, anak buahnya menyerbu.

Delapan pelacak melawan dengan gerak mereka yang terlatih, serangan mereka akurat. Tapi jumlah lawan terlalu banyak. Dentang senjata membelah udara, kabut bergulung terpecah oleh ayunan besi, dan suara jeritan mulai terdengar.

George menebas satu penyerang, lalu dua, namun bahunya terluka ketika tombak tajam nyaris menancap jantungnya. Ia berbalik dan memanggil, “Formasi! Jaga punggung masing-masing!”

Namun belum sempat mereka menyusun barisan, satu ledakan bayangan melesat dari arah pria berjubah. Tanah di kaki mereka retak, seperti diserap oleh pusaran tak kasat mata. Empat pelacak tersungkur... salah satunya tertarik ke dalam akar-akar hitam yang menyembur dari tanah.

“Bertahanlah!” teriak salah satu prajurit, menarik sekuat tenaga tangan rekannya yang sudah setengah tertarik ke dalam jeratan akar-akar hitam.

Teriakan itu terdengar menggema, dibalut rasa putus asa yang mulai menular. Tubuh prajurit yang diselamatkan menggeliat, wajahnya dipenuhi tanah dan darah, sementara akar-akar tajam terus mencengkeram kakinya seperti tangan iblis yang kelaparan.

“Jangan lepaskan aku! JANGAN!”

Dengan satu hentakan keras, prajurit itu akhirnya berhasil ditarik keluar. Namun sepatu dan bagian bawah celananya tercabik habis, kulitnya penuh goresan dalam yang berdarah.

Akar-akar itu mendesis aneh, seolah hidup dan marah karena mangsanya lepas.

Pria berjubah tetap berdiri diam. Tak menyerang, tak bicara... hanya mengamati.

Matanya tersembunyi, namun George bisa merasakan tatapan itu: dingin, menilai… dan mengenal.

"Siapa kau sebenarnya…” bisik George lirih.

Seolah mendengar, pria itu akhirnya membuka tudungnya sedikit. Rambutnya panjang, berwarna kuning pucat, dan kulitnya kelabu pucat. Tanda hitam membelah matanya seperti bekas luka ritual.

“Cari putramu, George,” katanya pelan, suara beratnya seperti desiran api tua. “Sebelum dia menjadi alasan istanamu runtuh.”

Wajah pria itu kini terlihat jelas di bawah tudung yang tersingkap angin: mata tajam, bekas luka melintang di pipi, dan… wajah yang sangat dikenalnya.

“Kau… t-tidak mungkin…” bisik George, terbelalak, napasnya tercekat antara kemarahan dan keterkejutan yang membakar dadanya.

Pria itu menghilang, seperti asap ditelan malam.

George berdiri terengah, darah mengalir dari pelipisnya. Beberapa anak buahnya tumbang menggigil, bukan karena luka, tapi karena ketakutan purba yang mulai menyelinap di hati mereka.

Bahkan alam pun kini menolak menyentuh kebenaran yang akan datang.

Dan di sudut terdalam istana, ketika bayangan ketakutan mulai menjalari dinding marmer dan suara genderang perang menggema dari kejauhan… Sang Kaisar berdiri di balkon tertinggi, jubah kebesaran telah ditanggalkan, dan kini mengenakan zirah tempur penuh. Kanel, sang adik, telah bersiap lebih dulu... pedang tergantung di pinggang, mata penuh tekad namun lelah oleh gelisah yang tak bisa diungkapkan.

Angin dingin menyibak rambut pirangnya saat ia menatap ke arah hutan jauh di kejauhan. Di balik kabut yang bergulung-gulung, di situlah anak-anak itu kini berada...terlalu muda untuk memahami bahaya, terlalu berani untuk mundur.

Kanel menggenggam erat sarung pedangnya, lalu berbisik nyaris tak terdengar.

“Gerald… Daren… Jaden, Benson… Bertahanlah. Pulanglah dalam keadaan utuh. Kumohon, jangan biarkan aku kehilangan kalian… seperti aku kehilangan mereka."

Sejenak, bayangan masa lalu menyelip di balik matanya. Darah. Teriakan. Dan kehampaan yang tak pernah benar-benar sembuh.

Langkah sepatu baja menggema dari belakang. Kaisar Theron menoleh sebentar ke arah adiknya. Tak ada kata, hanya tatapan yang saling memahami: malam ini bukan sekadar perang melawan musuh di luar… tapi juga melawan kehilangan yang bisa datang dalam sekejap.

Sementara itu, jauh di dapur istana yang sepi dan hangat, seorang anak lelaki dengan rambut acak-acakan bersembunyi di bawah meja, memeluk lutut dan menggigit kukunya. Petrus.

Di hadapannya, Selir Clarysta duduk berlutut, tidak dengan amarah, tapi dengan senyuman yang nyaris menusuk.

“Petrus,” ucapnya pelan, seperti sedang membacakan dongeng yang menipu, “kau ingin dunia melihatmu hanya sebagai bayangan kakakmu? Atau kau ingin mereka memanggilmu pewaris takhta?”

Clarysta menggenggam tangan Petrus erat, lalu mendekatkan wajahnya. Suaranya berubah menjadi bisikan tajam yang dibalut senyum lembut.

“Ini kesempatan bagus, Petrus… karena pewaris takhta itu tidak ada di sini.”

Petrus mengerjapkan mata, gemetar.

“Gerald sedang jauh di luar sana, entah hidup atau tidak. Dan kau di sini... di jantung istana, di tempat takhta itu berada. Apakah kau akan tetap sembunyi di bawah meja, atau kau akan ambil langkah pertama… menuju singgasana yang bisa menjadi milikmu?”

Petrus mendongak perlahan. Mata beningnya bergetar.

“Jika kau bisa bangkit dan berbaris, kau bukan hanya anak yang sembunyi dari pedang. Kau bisa jadi pangeran… yang mereka segani.”

Clarysta mengulurkan tangan, memaksa Petrus dengan tatapannya.

“Dunia hanya tunduk pada mereka yang berani.”

Namun saat suara langkah bergema di lorong batu, Clarysta mendongak.

Permaisuri melintas perlahan di ambang pintu... rambut putih terangnya disanggul tinggi, mata menyala dingin, dan tubuh rampingnya kini dibalut zirah perang berlapis baja. Wajahnya tidak menunjukkan ragu. Hanya ketegasan seorang pemimpin… dan luka seorang ibu.

Clarysta terdiam. Namun, dadanya sesak.

Seketika itu juga, kenangan lama membanjiri pikirannya. Tentang permaisuri, yang dulu berdiri di medan pertempuran, memimpin seratus pasukan melawan pengepungan perbatasan utara. Tentang bagaimana ia... Selir Clarysta yang dulu masih muda, menyaksikan dari balik dinding istana, dengan rasa iri yang dibungkus senyum.

Permaisuri tidak menatapnya. Hanya berjalan melewati, seperti bayangan yang pernah mengukir sejarah. Tapi setiap derap langkah zirahnya terdengar seperti pukulan genderang perang bagi Clarysta. Dingin. Tegas. Tak tergoyahkan.

Clarysta menggenggam tangan Petrus lebih erat.

“Lihatlah, Petrus… Bahkan ibumu, yang mereka hina karena bukan permaisuri, tidak pernah berhenti melindungi takhta ini. Tapi dia... dia adalah pedang kerajaan itu sendiri.”

Clarysta memalingkan wajah, suara lirihnya mulai bergetar.

“Kalau kau tetap bersembunyi… sejarah hanya akan mencatat satu nama.”

1
Hatus
Kasihan banget Daren, masih bayi tapi cobaan hidupnya berat banget😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!