NovelToon NovelToon
Menikah Dengan Dosen Killer

Menikah Dengan Dosen Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Nikahmuda
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: santi puspita

Naya, gadis kaya raya yang terkenal dengan sikap bar-bar dan pembangkangnya, selalu berhasil membuat para dosen di kampus kewalahan. Hidupnya nyaris sempurna—dikelilingi kemewahan, teman-teman yang mendukung, dan kebebasan yang nyaris tak terbatas. Namun segalanya berubah ketika satu nama baru muncul di daftar dosennya: Alvan Pratama, M.Pd—dosen killer yang dikenal dingin, perfeksionis, dan anti kompromi.

Alvan baru beberapa minggu mengajar di kampus, namun reputasinya langsung menjulang: tidak bisa disogok nilai, galak, dan terkenal dengan prinsip ketat. Sayangnya, bagi Naya, Alvan lebih dari sekadar dosen killer. Ia adalah pria yang tiba-tiba dijodohkan dengannya oleh orang tua mereka karna sebuah kesepakatan masa lalu yang dibuat oleh kedua orang tua mereka.

Naya menolak. Alvan pun tak sudi. Tapi demi menjaga nama baik keluarga dan hutang budi masa lalu, keduanya dipaksa menikah dalam diam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Tiga Hari Kemudian – Hari Akad Nikah

Hari yang dinanti dua keluarga akhirnya tiba.

Langit cerah, angin lembut, dan aroma melati memenuhi udara.

Tamu-tamu sudah memenuhi kursi-kursi yang tertata rapi di halaman belakang rumah keluarga Naya tempat pernikahan diselenggarakan secara khidmat dan megah.

Arya berdiri di antara para undangan, mengenakan kemeja abu lembut dan jas gelap. Senyum tipis terpasang di wajahnya bukan karena bahagia, tapi karena berusaha tetap kuat.

Hari ini, ia datang bukan sebagai teman biasa. Ia datang untuk menyaksikan wanita yang diam-diam dicintainya... akad menikah dengan pria lain.

Di depan, Pak Penghulu sudah duduk siap, dengan suara pelan menyiapkan dokumen.

Alvan, mengenakan jas putih dan kopiah senada, duduk di kursi akad. Wajahnya tenang, tapi telapak tangan dingin, jantungnya berdetak cepat tak biasa. Entah karena gugup... atau entah lah sulit untuk dijelaskan.

---

Di Kamar Naya

Cermin besar memantulkan sosok Naya yang duduk bersimpuh.

Kebaya putih gading menghiasi tubuhnya, lengkap dengan riasan lembut dan sanggul elegan membuat siapapun yang melihat pasti terpikat.

Tapi tidak dengan matanya.

Tatapannya kosong. Datar. Sunyi.

Tak ada binar bahagia, hanya isyarat bahwa sesuatu di dalamnya sedang mati perlahan.

Bik Marni berdiri di belakangnya, menggenggam tangan Naya dengan lembut.

“Cantik sekali kamu hari ini, Nduk... seperti bidadari.”

Naya hanya tersenyum kecil. Pahit.

“Apa gunanya cantik kalau hatiku penuh luka, Bik?”

Bik Marni menunduk. Tak tahu harus berkata apa.

Dia tahu, Naya melangkah bukan karena cinta... tapi karena ingin bebas.

---

Kembali ke Area Akad

Ketika Naya keluar dari dalam rumah, semua mata tertuju padanya.

Termasuk Alvan, yang terpaku.

Ia belum pernah melihat Naya secantik itu. Tapi yang membuatnya tercekat... adalah sorot mata Naya yang begitu dalam, misterius, dan... entah kenapa, seperti menyimpan luka.

Arya berdiri terpaku.

Wajahnya menegang, tapi matanya tetap menatap Naya.

Saat tatapan mereka bertemu hanya sebentar Naya langsung mengalihkan pandangannya. Tapi cukup untuk membuat dada Arya bergemuruh.

Seluruh tamu kini menahan napas.

Pak Firman duduk di sisi Pak Penghulu, menjadi wali nikah putri semata wayangnya.

Di hadapan mereka, Alvan duduk tegap namun gugup, kedua tangannya saling menggenggam erat di atas pangkuan.

Naya, dengan gaun kebaya putih dan wajah cantik berhias air mata yang disembunyikan, duduk di sebelah Alvan. Tangannya mengepal pelan di atas pangkuan gaunnya.

Pak Penghulu membuka kitab nikah, lalu memandang semua yang hadir.

“Baik. Saudara Alvan Hermawan bin H. Riyadi...

Saya nikahkan engkau dengan Naya Firmanisa binti Firman dengan mas kawin seperangkat alat salat dan emas 10 gram dibayar tunai.”

Seisi ruangan sunyi.

Semua mata tertuju pada Alvan.

Alvan mengangguk.

Napasnya ditahan sejenak.

“Saya terima nikahnya Naya Firmanisa binti Firman dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.”

Suara Alvan lantang.

Tegas. Tanpa keraguan di luar.

Namun ketika Pak Penghulu menoleh ke arah Naya, semua seakan berhenti.

“Saudari Naya... apakah engkau menerima pernikahan ini dengan ikhlas?”

Naya menoleh.

Matanya tajam, tapi wajahnya lembut.

Ia menatap ayahnya, lalu ke arah Alvan.

Terakhir… ke arah seseorang di antara kerumunan Arya Mereka bertatapan sekejap cukup untuk menyampaikan berjuta makna.

Naya menunduk.

“Saya... ikhlas.”

Suaranya pelan, nyaris seperti bisikan. Tapi cukup terdengar oleh penghulu dan para saksi.

---

Ruang Meledak oleh Doa dan Ucapan Selamat

Orang-orang mulai menyalami pasangan pengantin baru.

Tawa, doa, dan bunga-bunga mewarnai suasana.

Tapi... bagi Naya, semuanya bagai gema jauh dari telinga.

Ia berdiri dengan Alvan di sampingnya, menerima ucapan selamat.

Tapi tubuhnya kaku. Hatinya kosong.

Ia seperti tamu di pernikahannya sendiri.

---

Sisi Lain

Arya melangkah menjauh ke sudut halaman.

Ia tak tahan berdiri terlalu lama menyaksikan semuanya.

Sarah menyusul pelan, menatap punggung Arya yang terlihat lebih rapuh dari sebelumnya.

“Arya…”

Arya mengusap wajahnya.

“Dia sekarang sudah menikah, Sar... Sekarang Naya sudah punya orang lain itu artinya aku udah gak punya harapan lagi"

Sarah menggigit bibirnya.

“Iya tapi kamu harus tegar,Naya sahabat kita jangan bersedih di acara ini setidaknya tunjukkan senyum mu, aku tidak bermaksud apa-apa tapi terkadang kita tidak bisa memaksa sesuatu.”

“Ya. Dan aku... cuma bisa berdiri diam.”

___

Setelah Acara Usai – Senja di Halaman Rumah Keluarga Naya

Matahari telah tenggelam sepenuhnya.

Lampu-lampu gantung di halaman masih menyala temaram, memberi cahaya lembut pada suasana yang mulai sepi.

Tamu undangan sudah pulang satu per satu.

Kini tinggal keluarga besar Naya dan Alvan... dan dua orang sahabat yang belum juga beranjak: Sarah dan Arya.

Mobil hitam yang akan membawa Naya dan Alvan ke rumah keluarga Alvan telah siap di depan. Supirnya sudah siaga, sementara beberapa koper kecil telah dimasukkan ke bagasi.

Naya berdiri kaku di anak tangga depan rumah, masih mengenakan kebaya putihnya, meski sebagian riasan telah memudar. Matanya sembab, tapi ia tersenyum senyum yang dipaksakan untuk mengucap “baik-baik saja.”

Sarah lebih dulu menghampiri.

“Aku nggak tahu harus bilang apa... Tapi selamat ya"

Naya menarik sahabatnya dalam pelukan erat.

Sarah menahan air matanya.

Kemudian... Arya melangkah pelan.

Ia menatap Naya beberapa detik.

Tak bicara. Hanya diam, dan akhirnya membuka kedua lengannya.

Naya langsung memeluknya.

Bukan pelukan romantis.

hanya pelukan sahabat.

“Aku... nggak bisa jaga kamu. Tapi aku tahu dia bisa.”

Naya tidak menjawab. Tapi genggaman tangan mereka erat sesaat sebelum dilepas.

Arya kemudian menoleh ke Alvan, yang berdiri tak jauh, mengawasi dalam diam.

Arya mengulurkan tangan.

“Jaga dia. Jangan sakiti dia, pak.”

“Naya itu keras kepala, nyebelin... tapi kalau dia udah sayang, dia kasih semua yang dia punya.”

Alvan menyambut jabatan tangan itu.

Saling menatap mata.

“Iya"jawabnya singkat dan tersenyum samar.

---

Tak lama kemudian, mobil itu melaju pelan keluar dari pekarangan rumah.

Sarah dan Arya berdiri berdampingan, menatap lampu belakang mobil yang perlahan menghilang.

Di dalam mobil, Naya menyandarkan kepala ke kaca jendela.

Rambutnya tergerai pelan. Matanya menerawang.

🍒🍒🍒

1
Reni Anjarwani
bagus bgt ceritanya doubel up thor
sanpus: heheh iya
total 1 replies
Reni Anjarwani
buat naya jatuh cinta pak dosen dan buat dia bahagia
sanpus: copy 😀
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut thor
sanpus: siap🙏😅
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!