NovelToon NovelToon
PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ranimukerje

Istri kedua itu memang penilaiannya akan selalu buruk tapi tidak banyak orang tau kalau derita menjadi yang kedua itu tak kalah menyakitkannya dengan istri pertama yang selalu memasang wajah melas memohon simpati dari banyak orang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ranimukerje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17. mie instan

"Ayo pulang"

febri sudah selesai merapihkan diru setelah mereka sehabis sarapan tadi wisnu kembali mengulang kegiatan seperti semalam. Febri tak menolak selain karena memang kewajibannya menyenangkan suami karen febri juga menyukai kegiatan itu. Awalnya memang menyiksa bagi febri yang baru pertama kali melakukannya tapi setelahnya ada nikmat yang ia rasakan. Jadilah, diam-diam febri pun mendamba saat saat wisnu menyentuhnya.

Wisnu duduk di sofa dengan tampilan yang juga sama-sama sudah rapih. Mereka baru saja selesai mandi dan bersiap lagi. Tapi dari sorot matanya bahkan kebimbangan diwajah wisnu menyiratkan keengganan.

"Mas" panggil febri sambil berjalan mendekat.

"Kenapa?" Tanya febri setalah mendudukkan dirinya disamping wisnu dengan masih menyisakan jarak.

Wisnu tak langsung menjawab ada setitik ragu disana.

Febri yang menyadari ada sesuatu yang disembunyikan suaminya memilih diam. Bukan tidak penasaran bukan juga tak mau bertanya lebih banyak tapi febri ingin memberi waktu pada wisnu untuk merasa tenang sebentar dan juga berfikir. Benar saja, hampir setengah jam mereka saling diam dan akhirnya wisnu membuka suara lebih dulu.

"Dirumah ada nara."

Satu kalimat yang langsung febri pahami kenapa sejak tadi suaminya terlihat bingung. Ada nara dirumah dan febri yakin itu rumah mertuanya tempat yang febri pilih untuk tinggal.

"Ya sudah disini aja dulu, biar aku telpon kebawah kalau kita mau tambah hari."

Wisnu menggeleng.

"Aku udah telpon tadi, katanya ga bisa sudah ada yang booking."

Febri mengangguk paham.

"Keapartemen ku aja kalau gitu. Ga jauh kok dari sini."

Wisnu sempat diam beberapa saat sampai akhirnya mengangguk tanda setuju. Keluarlah mereka melewati lorong sepi dan masuk kedalam lift. Saat didalam lift tak ada yang buka suara, mereka sama-sama diam.

Ting

Lift terbuka.

"Kamu duduk aja, biar aku yang urus cek out nya."

Tak memberi tanggapan, febri langsung melangkah kearah sofa dan mendudukkan dirinya disana. Membuka sling bag, meraih ponsel dan memeriksa beberapa chat yabg sejak semalam ia abaikan. Ada beberapa chat penting dan langsung febri respon walau sudah agak terlambat dan tak lama dari itu ponselnya berdering. Nama intan sang manager tertera disana.

"Ya mba in, kenapa?"

pertanyaan sederhana yang febri lontarkan langsung mendapan serangan dari seberang telpon. Melengkingnya suara intan sampai membuat febri sedikit menjauhkan ponselnya yang tadi menempel ditelinga.

"Mba in, aku ga tuli." Desis febri karena langsung pening saat kembali mendengar ocehan intan.

"Kamu itu kemana? Hah, aku hubungi dari semalam ga ada respon aku takut kamu kecelakaan atau apa."

"Ssstt, astaga. Kenapa mba in berlebihan banget. Aku kan udah bilang kalau semalam ikut kondangan dan ......"

"Dan setelahnya menghilang tanpa kabar. Kamu itu aset feb, aset berharga yang aku miliki. Kalau sampai kamu kenapa napa aku rugi tau ......"

Ya tuhan, febri ingin mengumpat managernya ini. Berlebihan memang sikapnya tapi selama dirantauan memang hanya intan yang bisa ia andalkan untuk segala hal. Jadi, mau intan mengoceh panjang lebar bahkan memarahinya saat sakit pun febri tetap diam tak melawan dan sering pasrah.

Setengah jam berkendara, akhirnya mereka sampai. Wisnu memperhatikan apartemen istrinya yang memiliki 2 kamar tidur. Sedikit sempit bagi wisnu tapi tak mengapa toh selama ini istrinya tinggal sendiri kan.

"Mas mau minum apa?"

"Memang kamu masih punya stok makanan dan minuman disini?"

"Harusnya masih, karena manager dan asisten ku sering kesini buat siap-siapin keperluan ku."

Febri melenggang kedapur mini yang selama ini menjadi tempatnya memasak.

"Ada soda sama jus kemasan, mas mau?" Seru febri dari arah dapur.

Tak langsung menjawab, wisnu malah mencari keberadaan istrinya. Febri sedang menunduk dan wisnu langsung mendekap tubuh ramping istrinya dari arah belakang. Sempat terkejut dengan reaksi tubuh yang kaku tapi akhirnya febri bisa menormalkan diri.

"Kamu tegang?" Tanya wisnu dengan suara lihir.

Febri menggeleng kepala pelan.

"Cuma kaget aja juga ga biasa."

Wisnu terkekeh.

"minum jus kemasan dan makan mie instan kayaknya enak."

Febri tersenyum simpul.

"Mas suka makan mie instan juga?" Febri berbalik, menghadap kearah wisnu dengan tangan wisnu tetap dipinggangnya.

"Sesekali aja, saya juga kadang rindu rasa makanan instan yang banyak penyedap itu."

Febri merotasi bola matanya.

"Yaudah, lepas dulu. Aku masakin mienya."

"Oke"

Wisnu menjauh, tapi tetap berada diarea dapur karena ia memilih duduk dikursi yang ada disana. Memperhatikan kecekatan tangan istrinya menyiapkan semua bahan untuk memasak mie permintaannya.

Ini sederhana tapi kenapa selalu bikin aku senang, dia masak sarapan bahkan makan malam dan sekarang aku bisa duduk menontonnya masak makanan yang aku mau, wisnu berucap dalam hati sambil matanya tak lepas dari gerak febri didepannya.

"Sudah jadi"

Febri berseru ceria. Wajahnya cerah walau ada setitik keringat didahinya.

Wisnu yang sejak tadi diam tapi memperhatikan mengulas senyum.

"Ayo makan, aku buat 3 bungkus sekaligus. Ada bakso sayut juga telur."

Wisnu terkekeh.

"Apa bakalan habis?" Raut wajahnya menunjukkan ketidakyakinan disana.

"Hmm, habis. Pasti habis, soalnya ini tu enak banget, dijamin."

Mereka mulai makan. Hanya mie instan yang ditambah bakso sayur juga telur tapi entah kenapa begitu nikmat dilidah wisnu. Sampai tak sadar tangannya terus menyendok mie juga kuahnya.

"Nah kan, habis."

Febri terkekeh juga wisnu. Mereka berkeringat tapi nampak diwajah mereka kalau perasaan puas itu ada. Puas akan nikmatnya makan berdua sambil sesekali mengobrol ringan. Menceritakan hal hal random dan tertawa bersama.

Mereka tak pernah saling bertanya satu sama lain tapi semuanya mengalir seperti air. Tidak deras tidak juga tenang karena didalam benak masing-masing mereka juga masih tetap menjaga satu sama lain. Biduk rumah tangga yang mereka jalani ini memang tidak mudah tapi keduanya sepakat akan membiarkan semuanya mengalir begitu saja walau tetap dalam diam.

Siang menjelang sore, ponsel milik febri berdering dan itu telpon dari dewi ibu mertuanya. Febri tidak merasa canggung bahkan sungkan, langsung menggeser gambar hijau dan menyapa dengan sopan.

"Kalian dimana?" Tanya dewi lembut saat sudah saling membalas salam.

"Diapartemen ku ma, mama butuh sesuatu?"

"Kalian mau menginap disana atau pulang?"

"Pulang" jawab febri cepat tapi matanya melirik kearah wisnu yang sedang berbaring diranjang miliknya.

Wisnu yang mendengar percakapan antara ibu dan istrinya mengangguk setuju dengan jawaban yang istrinya berikan.

"Yasudah, mama minta bibi masak. Mau dibuatkan sesuatu?"

"Apa aja ma, atau kita bisa makan makanan kesukaan papa malam ini."

Senyum disudut bibir wisnu terbit, lagi lagi hatinya menghangat karena sikap febri yang benar benar tulus.

"Ga keberatan kalau kita makan makanan kesukaan papa?"

"Hehe, memang papa sukanya apa ma?"

Dewi tertawa, kepolosan febri ini benar-bensr membuatnya terhibur. Polosnya febri ini bukan berarti dia b*doh hanya saja setelah beberapa hati bersama, dewi sedikit demi sedikit mengetahui kalau febri adalah anak manis yang penurut juga penuh rasa sayang.

#Happyreading

1
Anonymous
Syukkaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!