Apa jadinya jika ustadzah cantik nan sholihah sekelas Jasmine Qurattul Ain dijodohkan dengan CEO tampan yang memiliki karakter dingin sedingin kutub Utara? Dialah Keenandra Nareswara Kalandra, pengusaha sukses diusianya yang baru menginjak dua puluh tujuh tahun.
Apalagi Keduanya memiliki adab dan akhlak yang saling bertolak belakang. Jasmine dengan kelembutan dan ketegasannya. Sedangkan Keenandra dengan sikap arogan dan keangkuhannya yang sangat di luar batas wajar.
"Kamu bukanlah tipe wanita idamanku. Jadi, jangan berharap aku akan menyentuhmu selayaknya pasangan suami-istri! " ~ Keenandra Nareswara Kalandra
"Aku pun tidak sudi disentuh oleh lelaki yang tak beradab dan berakhlak sepertimu! aku bukanlah wanita bodoh dan lemah seperti yang kamu pikirkan!" ~ Jasmine Qurattul Ain
Bagaimana kelanjutan kisah Jasmine dan Keenandra? Akankah pernikahan keduanya bertahan lama saat orang ketiga turut andil mewarnai biduk pernikahan mereka? Yuk, simak ceritanya only di noveltoon. Terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alinatasya21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Sesak Di Dada
Jasmine terisak kecil di balik cadarnya. Beruntung Keenandra tidak mengetahui jika dirinya sedang meringis menahan rasa sesak di dada yâng kian menghimpit raga.
"Ya Allah, kuatkan hamba dalam melalui semua proses ini! Kalau bukan memikirkan bahwa pernikahan adalah sesuatu yang sakral, tak ingin aku meneruskan ikatan ini ya Rabb. Dia tidak boleh tahu jika aku sedang tertekan," batin Jasmine yang kini sudah basah air mata.
Gadis bercadar hitam itu membelakangi sang suami. Sedangkan Keenandra sendiri masih dalam kegamangan karena kekasihnya Celline tak bisa dihubungi. Tetapi, hatinya sedikit merasa senang karena dapat melukai Jasmine.
"Pasti dia sedang terluka! Aku puas saat melihat dia tertohok. Tapi, suaranya sudah tidak terdengar lagi! Aku ingin sekali melihatnya menangis dan mengemis di hadapanku," harap Keenandra.
Jelas-jelas harapannya itu tidak akan pernah bisa terjadi, karena Jasmine lebih kuat dari terumbu karang di lautan. "Kau pikir aku akan tunduk padamu? Tidak! Sekalipun kamu suamiku jika kau menyiksa lahir dan batinku, aku tidak akan menyerah!" gumam Jasmine sembari menahan sesak di dada yang kian membuncah.
Malam itu dua insan yang saling bertolak belakang itu tidur saling membelakangi. Tak ada malam pertama seperti pengantin pada umumnya. Mereka justru bersikap seperti orang asing yang tidak pernah saling mengikrarkan janji.
Di tengah malam Jasmine pun terbangun. Dia melihat waktu sudah menunjukkan pukul satu malam. Gadis itu hanya terlelap selama tiga jam. Dia merasa tak nyenyak karena memikirkan pria yang begitu sangat berharap nantinya mereka bisa bersanding di pelaminan.
"Mas Cairo, maafkan aku! Aku pun tidak bisa menghubungimu. Ponselku sudah retak oleh ulah pria arogan yâng kini telah menjadi suamiku. Aku harap kamu tak terkejut jika nantinya mendapati aku sudah menikah."
Jasmine merintih di tengah keheningan malam. Dia pun bangkit dari sofa. Gadis itu segera berwudhu dan menggelar sajadah. Ia tenggelam dalam sujud dan do'anya yâng begitu sangat menyesakkan dada.
Ya Allah ya Rabb, bukan pernikahan seperti ini yang hamba inginkan. Tetapi, mengapa Engkau mengujiku dengan biduk pernikahan dengan pria yang sama sekali tidak pernah aku harapkan dalam hidupku?
Aku kira dia adalah pemuda yang sholih. Tetapi, ternyata pria arogan yang begitu sangat tak berperasaan. Dia pun telah meno-dai biduk pernikahan dengan menyelipkan wanita lain dalam pernikahan kami.
Ya Allah, jika pernikahan ini tidak layak untuk hamba perjuangkan, ikhlaskan hati ini jika pada saatnya nanti semua ini akan berakhir tanpa makna.
Ya Allah, hamba pun minta maaf karena telah mengingkari janji yang sempat kami ucapkan bersama mas Cairo. Berikan takdir terbaik untuk kami ya Rabb agar hati ini senantiasa ikhlas dan sabar dalam menerima segala qodho dan qodar-Mu.
Jasmine mengakhiri munajatnya dengan do'a sapu jagad sebagai penutup do'a agar senantiasa diberikan kebahagiaan dunia dan akhirat serta terhindar dari siksaan api neraka.
"Apa ini? Kenapa hatiku terasa berdesir dan melihatnya sedang berdo'a? Apa aku ini terlalu kejam sehingga membuatnya tersiksa?" Keenandra yang merasa terganggu dengan munajat Jasmine diam-diam terbangun dan menyaksikan untaian do'a sang istri yang begitu menyentuh hati.
"Tidak, aku tidak boleh lemah dan mengasihaninya. Apa pun yang ia do'akan sama sekali tidak bermakna untukku. Aku tidak boleh simpati," gumam Abraham dengan berpura-pura tidur. Ia tidak ingin ketahuan Jasmine jika ia sudah terbangun.
Wanita yang sedang bersimpuh Di atas sajadah tersebut tidak menyadari jika sang suami melihatnya sedang berdo'a dengan begitu hikmat. Ia terlalu fokus dan khusyuk dalam munajatnya.
"Pernikahan seperti apa ini ya Rabb, iya sama sekali tidak menjalankan ibadah sholat lima waktu. Bangun malam pun tidak," gumam Jasmine dengan perasaan sesak.
Gadis itu pun melanjutkan dengan muroja'ahnya berulang-ulang kali. Tinggal berapa juz lagi dia akan bisa menghafalkan semua surah-surah dalam Al Qur'an. Kali ini ia muraja'ah surah terpanjang dalam Al Qur'an yakni akhir surah Al Baqarah ayat 285 - 286.
Amanar-rasụlu bimā unzila ilaihi mir rabbihī wal-mu`minụn, kullun āmana billāhi wa malā`ikatihī wa kutubihī wa rusulih, lā nufarriqu baina aḥadim mir rusulih, wa qālụ sami'nā wa aṭa'nā gufrānaka rabbanā wa ilaikal-maṣīr.
"Artinya, Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali," (Al Baqarah ayat 285).
Jasmine mengulangi hafalan surah Al Baqarah beserta artinya, Keenandra yang berpura-pura tertidur merasa tersentuh mendengar lantunan ayat-ayat suci Al Quran sang istri. Hanya saja rasa ego lebih mendominasi, sehingga ia seolah tak merasakan apa-apa. Padahal, dalam hati kecilnya ia begitu sangat menghayati setiap apa yang keluar dari lisan Jasmine.
Lā yukallifullāhu nafsan illā wus'ahā, lahā mā kasabat wa 'alaihā maktasabat, rabbanā lā tu`ākhiżnā in nasīnā au akhṭa`nā, rabbanā wa lā taḥmil 'alainā iṣrang kamā ḥamaltahụ 'alallażīna ming qablinā, rabbanā wa lā tuḥammilnā mā lā ṭāqata lanā bih, wa'fu 'annā, wagfir lanā, war-ḥamnā, anta maulānā fanṣurnā 'alal-qaumil-kāfirīn.
Artinya: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir," (Al Baqarah ayat 286).
Jasmine mengakhiri muraja'ahnya. Dia merasa tenang saat menjadikan Allah dan rasul-nya untuk memperkokoh keimanan dan hati yang semula rapuh.
"Alhamdulilah ya Allah, akhirnya hamba bisa menghafal kalam-Mu. Ada beberapa surah setelahnya yang belum hamba hafal lagi," gumam Jasmine sembari tersenyum lembut.
Keenandra memperhatikan sang istri yang tampak mengenakan niqabnya. "Dia membelakangiku. Mungkin karena wajah buruk rupanya tidak mau terlihat olehku," batin Keenandra.
Pria berwajah dingin itu kembali mencerca sang istri setelah beberapa saat lalu mengagumi Jasmine dalam beribadah pada Tuhannya. Dia pun pura-pura terpejam saat Jasmine melirik ke arahnya.
"Dia masih tertidur pulas. Ya sudahlah aku tak perlu mengatur dan memperdulikannya. Aku ingin melihat bagaimana reaksinya ketika diabaikan olehku," gumam Jasmine.
Gadis itu malah membaringkan tubuhnya di sofa bed. Dia tidak menyadari jika sang suami dari sejak tadi memperhatikannya.
"Masih ada waktu tiga jam untuk istirahat sejenak. Bismillah semoga bisa terbangun shubuh di awal waktu." Jasmine tersenyum tegar bak akar pohon yang tetap berdiri kokoh saat angin kencang menerpa.
"Arghhhh, dia tertidur lagi! Mengapa tidak membangunkanku? Padahal, mulanya dia sangat cerewet sekali, aku harus ini! Harus itu! Tetapi, kenapa jadi cuek?" batin Keenandra yang merasa kesal diabaikan sang istri.
"Aku kenapa? Sepertinya aku sudah gila?" tuding Keenandra yang mulai bingung dengan sikapnya sendiri.
Keenandra pun bangkit dari tempat tidurnya. Ia memperhatikan Jasmine yang kini kembali tertidur pulas. Hatinya sedikit merasa bersalah karena telah membuat seorang wanita tersiksa.
"Salahmu sendiri mengapa masuk dalam kehidupanku? Andai kamu tidak mengiyakan perjodohan kita tentunya aku tidak akan sesadis ini."
Keenandra dilema dengan perasaannya sendiri. Sekeras-kerasnya hati seorang Keenan dia masih memiliki rasa simpati terhadap manusia. Hanya saja ia kesal karena menikahi Jasmine bukan Celline kekasih hatinya.
"Mas Cairo, maafkan aku! Jangan pergi!" ucap Jasmine terdengar lirih di dalam igauan mimpinya.
"Kurang ajar, berani-beraninya dia memanggil nama laki-laki lain!" kesal Keenandra saat mendengar Jasmine juga memiliki seorang yang dicintai.
"Hanya aku yang boleh membagi kasih!" tegas Keenandra dengan tangan mengepal erat, apalagi melihat airmata Jasmine menetes di balik niqabnya.
"Mas Cairo ...."
Jasmine terus memanggil nama Cairo hingga membuat Keenandra hilang kesabaran. Pria arogan itu pun mengamuk seketika.
"Brughhhh."