NovelToon NovelToon
BERTUKAR NASIB

BERTUKAR NASIB

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin / Mengubah Takdir / Si Mujur
Popularitas:39.1k
Nilai: 5
Nama Author: Reny Rizky Aryati, SE.

Kisah ini bercerita tantang dua orang gadis yang memiliki kehidupan jauh berbeda sekali satu sama lainnya.

Valeria dan Gisela yang merupakan anggota academy musik di Soleram Internasional dan sama-sama menimba ilmu sebagai seorang murid disana untuk menjadi penyanyi terkenal.

Sayangnya nasib mujur bukan berpihak pada Gisela namun pada Valeria karena karya lagunya menjadi viral dan hits hingga mancanegara dan mengantarkannya sebagai penyanyi populer.

Penasaran mengikuti kelanjutan serial dua gadis yang berseteru itu !

Mari ikuti setiap serialnya, ya... 😉

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17 GISELA HAMPIR MENYERAH

Suara merdu milik Gisela mengalun indah di ruangan itu, semua penonton terlihat takjub ketika mendengar suaranya.

Tiba-tiba lampu padam seketika dan suasana berubah hening.

Sedetik kemudian lampu kembi menyala namun keberadaan Gisela telah menghilang dari atas panggung.

"Kemana perginya gadis gemuk itu ?" tanya Martha kebingungan.

"Entahlah, aku juga tidak tahu kemana perginya dia", sahut perempuan bermata gothik itu.

"Aduh, sayang sekali padahal dia menyanyi sangat merdunya, jarang ada orang bertalenta seperti dia", kata Martha.

Dari arah kejauhan terdengar suara berteriak keras kepada dua perempuan itu.

Dua perempuan itu langsung mengalihkan pandangan mereka berdua ke arah suara orang yang berteriak keras.

"Aduh, si bos besar datang kemari, bagaimana ini ???" ucap Martha.

"Apa mau dia ?'' tanya perempuan bermata gothik.

"Mana aku tahu tujuan si bos besar kemari ?!" sahut Martha sembari tertunduk cemas.

"Ini semua gara-gara ulahmu sehingga si bos besar kemari, pasti dia akan marah besad pada kita karena adanya gadis aneh itu", kata perempuan bermata gothik sembari menoleh kebingungan.

"Kau juga penyebabnya, kalau kau tidak mengundang artis itu dan dia tidak datang, pastinya semua akan baik-baik saja, mungkin aku tidak terpaksa mencari gadis lainnya sebagai pengganti artis itu tampil", sahut Martha.

"Kau menyalahkanku ???" tanya perempuan bermata gothik.

"Siapa lagi yang bertanggung jawab dengan urusan di atas panggung kalau bukan kamu, Lolly !" sahut Martha mulai kesal.

"Kau ini, selalu saja menyalahkanku", kata Lolly lalu merengut.

"Ya, bagaimana lagi kalau aku tidak menyalahkanmu lantas siapa yang harus kusalahkan atas kekacauan ini ???" tanya Martha.

"Sudah, sudah, sudah, jangan berdebat lagi, percuma", sahut Lolly.

"Ya, baiklah...", kata Martha.

Tampak seorang pria bertubuh gemuk sedang berjalan tergesa-gesa ke arah mereka berdua.

"Ssst..., diamlah..., si bos besar datang kemari... !" bisik Martha.

"Iya...", sahut Lolly ikut berbisik.

Si bos besar menyapa mereka dengan kata-kata ramah lalu tersenyum simpul kepada dua perempuan itu.

"Hai, kalian...", ucapnya lalu mengeluarkan lembaran uang dari dalam saku celananya.

"Ya, bos, apa kabarnya ?" tanya Martha sembari melambaikan tangannya kepada pria yang disebutnya si bos besar itu.

"Baik", sahut pria bertubuh gemuk itu tersenyum.

"Ada apa bos kemari, maksudku ada pekerjaan lainnya buat kami ?" tanya Lolly menyambung pembicaraan diantara mereka bertiga.

"Katakan padaku siapa gadis bertubuh sintal yang tadi selesai benyanyi itu, apakah kalian mengenalnya ?" tanya si bos besar sambil menghitung lembaran uang kertas yang ada di tangannya.

"Oh, dia, kami menemukan gadis itu ketika dia masuk ke ruangan ini, dan aku yang menyuruhnya tampil menyanyi tadi", sahut Martha.

Si bos besar menatap serius ke arah Martha, lama terdiam kemudian berkata.

"Siapa namanya ?" tanyanya seraya menyerahkan tiga lembar uang kertas kepada Martha.

"Te-terus terang saja kami berdua tidak tahu siapa nama gadis itu, kami menemukannya secara tak sengaja ketika dia masuk kemari, kebetulan juga artis yang kami undang tidak datang", sahut Martha takut-takut.

"Be-benar bos, kami terpaksa meminta gadis asing itu menyanyi karena artis bernama Valeria tidak kunjung datang untuk mengisi acara hari ini padahal bos telah membayar artis itu", sambung Lolly.

Si bos besar melirik tajam ke arah Martha dan Lolly secara bergantian.

"Ambil uang ini, dan cari dia sampai ketemu, bawa gadis itu ke hadapanku, aku memberi kalian waktu hingga tiga hari, mengerti !" kata si bos besar.

"Apa bos ???" sahut dua perempuan itu dengan terkejut kaget.

Martha dan Lolly saling berpandangan satu sama lainnya sembari berpikir serius terhadap ucapan si bos besar pada mereka.

"Ba-bagaimana kami bisa mencari gadis itu, bos ???" tanya mereka berdua kompaknya.

"Cari saja dia, aku yakin kalau kalian pasti menemukan dia, pokoknya cari sampai ketemu dan bawa dia kepadaku, titik !" perintah bos besar lalu memberikan segepok lembaran uang kertas kepada dua perempuan yang ada di hadapannya sekarang ini.

Si bos besar melangkah pergi dari hadapan Martha dan Lolly setelah dia memberi perintah pada kedua perempuan ceroboh itu.

Martha dan Lolly hanya terpaku diam dengan pandangan kebingungan, tak tahu harus bagaimana sekarang ini, untuk menyelesaikan tugas baru dari si bos besar mereka sedangkan kedua perempuan itu tidak mengenal gadis yang tadi tampil di atas panggung.

...

Di tempat lainnya.

"BRUUUUK... !!!"

Seseorang terjatuh keras ke atas sofa panjang.

"Aduh !!!" pekiknya kesakitan saat tubuh gemuknya terhempas keras di atas badan sofa diruangan kecil itu.

Tampak Gisela terbaring dengan tubuh menelungkup ke arah bawah.

"Meong...", terdengar suara kucing mengeong seperti menyapa Gisela yang baru tiba di rumah itu.

"Yeah...", sahut Gisela yang masih berbaring diam karena dia merasakan sekujur tubuhnya nyeri semuanya.

"Kau sudah datang, Gisela", sapa Amur yang duduk berbaring di atas lantai ruangan kecil itu.

"Yeah..., aku datang", sahut Gisela yang wajahnya masih berada di atas sofa.

"Bagaimana perjalananmu, menyenangkan bukan ?" tanya Amur seraya mengibaskan ekornya.

"Semua terjadi layaknya rollercoaster, bagaiamana bisa aku menikmati semua perjalanan aneh itu ???" sahut Gisela yang terlihat letih.

"Tapi, itu adalah sebagian dari pengalaman barumu setelah kamu mengalami hidup baru dengan bertukar nasib", kata Amur.

"Dan kamu pikir bahwa hal itu adalah sesuatu yang menyenangkan bagiku, tentu saja tidak, jujur aku mengatakannya kalau semua itu sangat melelahkan buatku", kata Gisela.

"Yah, bagaimana lagi, semua telah terjadi pada kalian dan tidak akan pernah kembali lagi seperti sediakala", kata Amur dengan ekspresi datar.

"Tidakkah kita mencari cara lain untuk keluar dari masalah ini ???" tanya Gisela yang masih berbaring di atas sofa dengan pandangan tertuju pada Amur.

"Sayangnya tidak ada...", sahut Amur sembari menggelengkan kepalanya cepat.

"Ah, yah, ini sungguh melelahkan buatku", kata Gisela lalu beranjak duduk.

Gisela terdiam sejenak dengan pandangan ke arah bawah seperti dia sedang berpikir sesuatu.

"Bagaimana kalau kita datangi saja dukun tua yang membantu Valeria bertukar nasib denganku ?" tanya Gisela.

Gisela melirik perlahan-lahan ke arah Amur yang berbaring di lantai ruangan rumah bercat kuning itu.

"Mendatangi dukun tua, untuk apa ?" tanya Amur.

"Ya, untuk mengembalikan jiwaku kepada tubuhku seperti dulu lagi, bukankah hal itu cara yang benar buatku", sahut Gisela seraya mendongakkan kepalanya ke atas.

Gisela tampak putus asa karena harus bertahan hidup layaknya Gisela padahal dia bukanlah Gisela akan tetapi Valeria sejatinya.

Sulit sekali bagi dirinya harus beradaptasi menjadi seorang Gisela sedangkan hal itu tidaklah mudah dia lakukan karena harus hidup sebagai orang lain dan bukan dirinya sendiri.

Gisela menghela nafas panjang lalu tertunduk dalam.

"Kapan semua ini dapat berakhir cepat ?" ucapnya putus asa.

"Jangan pesimis seperti itu, kau harus terus melanjutkan hidupmu yang baru meski harus menjadi orang lain, sebagai Gisela !" kata Amur memberi semangat pada Gisela yang mulai menyerah.

"Tapi..., ini sangat sulit untukku, Amur...", sahut Gisela murung.

"Masih banyak jalan lain menuju Roma, dan yakinlah kau pasti bisa melewati semua ini dengan hati lapang dada, Gisela", kata Amur.

Gisela mengalihkan pandangannya kepada Amur yang berbaring di atas lantai ruangan kecil ini.

"Sebagai Gisela, tetap menjadi dia...", ucapnya dengan sorot mata sedih.

"Karena takdir yang telah digariskan sekali oleh Sang Maha Pencipta hanya datang cuma sekali seumur hidup dan kau tahu bahwa suratan takdir telah tertulis sebelum manusia itu terlahir ke bumi ini, Gisela", kata Amur.

Ucapan Amur yang menjelaskan tentang takdir sedikit melonggarkan perasaan Gisela yang berkecamuk kalut.

"Ada dua takdir yang tertulis pada garis hidup setiap manusia yaitu takdir yang bisa diubah dengan berdoa sesuai usaha keras dari pemilik takdir itu lalu..."

Amur menghentikan ucapannya sejenak kemudian melanjutkan kembali kata-katanya.

"Dan satunya lagi ada takdir yang tidak bisa diubah oleh manusia karena merupakan ketetapan dari Yang Maha Kuasa yang tidak dapat diganggu gugat", lanjutnya bijak.

"Apa itu nasib ?" tanya Gisela.

"Bukan nasib akan tetapi takdir..., Gisela...", sahut Amur dengan sorot mata tajam menatap ke arah Gisela yang sedang duduk di atas sofa panjang yang ada diruangan kecil di rumah bercat kuning ini.

1
Reny Rizky Aryati, SE.
💞💞💞
Tina Andara
hadir...
Anonymous
lanjut thor...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!