Lionel Danny, adalah pria berpengaruh yang kejam. Karena dendam ia terpaksa menikahi putri musuhnya sendiri.
Namun, tepat setelah pernikahan selesai dilangsungkan, ia justru menghabisi seluruh keluarga istrinya, Maura.
Karena benci dan dendamnya akhirnya Maura sengaja mendekati pria kaya raya bernama Liam. Siapa sangka jika Liam benar-benar jatuh hati kepada Maura.
Mungkinkah Danny luluh hatinya dan berusaha merebut kembali miliknya?
Bagaimana jadinya jika ternyata Liam justru pria yang lebih kejam dari Danny?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Salah Sasaran
Danny berlari mendekati Maura dengan perlindungan para pengawalnya. Langkahnya semakin cepat dengan senjata Glock di tangannya.
Sesekali ia mengarahkan pistol ke beberapa arah yang berusaha menyerang.
Maura tak mau diam. Ia merangkak cepat Di sekitar reruntuhan. Lalu saat ia sudah dalam jarak dekat dengan Danny, pemuda itu menariknya ke dalam dekapannya.
Sementara Paman Luo, ia tersenyum getir kemudian melarikan diri.
Rahang Danny seketika menggeretak. Lalu menatap Maura.
"Kamu tidak apa-apa?" tanyanya berusaha memastikan keadaan Maura yang terlihat berantakan.
"Aku pusing, Danny." Kemudian Maura pingsan dalam pelukan Danny.
"Maura, bangun, Maura." Danny menepuk-nepuk pipi istrinya berulangkali.
Tetapi Maura tetap tidak bergerak. Tubuhnya lemas tidak merespon panggilan suaminya yang bahkan setengah berteriak.
Akhirnya, pria itu bergegas mengangkat tubuh mungil yang kini lemas itu dan membawanya ke dalam mobil yang sengaja di parkir di bahu jalan.
Jaraknya lumayan jauh. Tetapi ia sanggup melakukannya.
Dengan bantuan Julio, akhirnya Danny berhasil melumpuhkan keadaan di sekitar keributan itu.
***
Maura membuka kelopak matanya perlahan. Lalu, netranya mengedar ke sekeliling ruangan. Matanya terbelalak saat ia menyadari berada di ruangan bercat hitam. Kamar Lionel Danny.
Maura hendak bangkit, tetapi Danny langsung menahannya.
"Kamu aman. Aku akan berjaga di sini, Sayang. Jangan cemas. Beristirahatlah," kata Danny.
Keduanya saling menatap satu sama lain. Seperti dua insan asing yang saling jatuh cinta.
Nada suara pria itu, terkesan berbeda dari biasanya. Tidak ada sorot mata menyeramkan darinya. Bahkan ia sempat memamerkan senyuman melengkung indah yang menghiasi bibirnya. Ya, meski hanya sedikit senyuman. Setidaknya itu membuatnya terlihat berbeda.
Maura tercenung menatap suaminya. Ada rasa tak percaya hingga banyak pertanyaan melintas di benaknya.
"Kenapa?" Danny bertanya sembari menyelipkan anak rambut Maura di belakang telinga.
Ia terlihat lebih perhatian dari sebelumnya.
'Sayang? Apa aku tidak salah dengar?' batin Maura bertanya-tanya.
"Maura, kau baik-baik saja?" tanya Danny dengan raut yang berubah cemas.
Senyuman yang sempat melengkung indahpun perlahan memudar, lalu sepenuhnya hilang.
"Liam memaksaku menelan obat penggugur janin. Aku terpaksa menelannya."
Mata Danny mendelik mendengarnya. Ia tersentak. Rupanya pria itu lebih kejam darinya.
Danny lalu duduk tepat di sebelah Maura.
"Bukankah kamu bilang tidak menginginkan bayi ini? Apa kau mencemaskannya sekarang? Kenapa?" tanya Danny mencecar.
Wanita itu menatap ragu. "Kenapa kamu bisa menyusulku? Kenapa kamu tidak berpikir aku melarikan diri bersama Liam?"
"Karena jika kamu ingin lari, tidak mungkin berteriak memanggil namaku."
Danny langsung memanggil Julio. Ia melambaikan tangan sebagai isyarat agar pria berbadan tinggi besar itu berlari mendekati.
"Lalu aku dan semua anak buahku akhirnya mencarimu." Danny langsung mendaratkan kecupandi kening Maura.
Wanita itu tercengang.
"Jadi kalian mencariku?" Maura mengulang.
Sepasang mata Maura melebar, seperti baru menyadari betapa perhatiannya Danny kepadanya.
"Itu tidak penting, anak buahku berhasil melemparkan GPS di salah satu mobil. Hal terpenting sekarang adalah kau sudah selamat," kata Danny.
"Danny, bisakah kamu berjanji membantuku menyelamatkan anak ini?" Ia menatap sendu ke arah suaminya.
Danny langsung memeluknya erat. Ia tak percaya Maura mengatakan hal itu kepadanya.
"Apa artinya ini, Maura?"
"Karena kamu sudah melakukan hal besar untukku. Kau tidak kenal paman Luo, Danny."
Pria bergaris wajah tegas itu hanya bisa menghela napas berat.
Kemudian Danny memerintahkan agar Julio memanggil dokter pribadinya. Untuk melakukan pemeriksaan terhadap Maura karena ia telah menelan obat penggugur janin.
***
Hari ini Maura tertidur nyenyak, saat ia membuka matanya. Wajah tampan itu tampak begitu dekat dengan dirinya. Mungkin jaraknya hanya beberapa sentimeter saja.
Maura meraba wajah Danny. Biasanya pria itu selalu dingin dan serius. Tetapi ketika sedang tertidur begini wajahnya terlihat menggemaskan.
Dan menit setelahnya, akhirnya Danny pun membuka mata. Ia tersenyum samar.
"Kau sudah bangun? Aku punya kejutan untukmu," kata Danny bersemangat.
Lalu ia memberikan isyarat menepuk ke-dua tangannya, tak lama berselang pintu kamar akhirnya terbuka lebar diikuti seseorang dengan wajah yang masih dibalut perban sedang didorong duduk di kursi roda memasuki ruangan kamar.
Tangan Maura langsung memeluk erat lengan suaminya. Bukan takut, tetapi ini menandakan ia sangat tegang.
Setelah sekian lama, ia akhirnya dipertemukan dengan Yura. Jantungnya berdegup kencang. Ia bahkan bingung mengekspresikan rasa senangnya.
Namun, ketika jarak keduanya sudah sangat dekat, rasa yang semula bahagia itu berubah kecewa.
Maura tercekat, diikuti bulir kristal yang mengalir deras di pelupuk matanya.
"Kenapa kau membawanya padaku, Danny?" tanya Maura dengan napas terengah karena dadanya mulai terasa sesak.
Kening Danny berkerut. Ia panik melihat Maura terlihat tidak suka dengan kehadiran perempuan yang duduk di kursi roda itu.
"Apa ini artinya kamu tidak senang dengan kehadiran adikmu? Jangan membuatku bingung dan khawatir, Maura." Danny mengangkat dagu perempuan di hadapannya sambil menatap lekat.
Maura menggelengkan kepalanya berulangkali. "Dia bukan Yura."
Danny langsung memejamkan matanya sejenak lalu ia mengeram.
"Julio!" teriaknya.
Pria itu berlari mendekat. "Ya, Tuan Danny."
"Apa kamu sudah memeriksa sebelumnya?" Danny meragukannya.
"Dia memakai gelang yang sama dengan milik Nyonya Maura," jelasnya.
Danny langsung mengacak-acak rambutnya sendiri, seolah memberi tanda frustasi.
Lalu ia menghela balas berat. "Hanya berdasarkan gelang yang sama kamu membawanya padaku?"
Julio tertunduk, diam.
Danny berdiri lalu menarik perban masih menutupi wajah perempuan yang masih duduk di kursi roda itu.
Dan betapa terkejutnya semua orang, saat melihat wanita yang berada di sana adalah perempuan yang sama dengan yang sebelumnya pernah ingin mencelakai Maura di kamar mandi.
Mata Maura menelusuri setiap lekuk tubuh perempuan itu yang kebetulan ia mengenakan pakaian minim karena sebelumnya dibalut perban.
Pandangan Maura terhenti di beberapa bagian tubuh wanita itu yang sepertinya sengaja disulut rokok olwh seseorang. Ada juga bekas luka sayatan ringan di sana sini, termasuk di area dada dan juga di lengan dan kakinya.
Kedua alis Maura akhirnya saling bertautan.
"Siapa kamu sebenarnya?" tanya Maura bingung.
"Kenapa kamu benci sekali padaku? Kenapa kamu ingin mencelakai aku?" Maura masih duduk di atas ranjang.
"Ayahmu menjadikan aku pelacur, Maura. Hidupku hancur!" Wanita itu menuduhnya sambil menunjuk ke arah Maura.
Maura nyaris menimpali. Tetapi ia langsung meringis kesakitan.
"Danny, perutku sakit. Sakit. Tolong aku, Danny. Sakit sekali...."
Danny langsung mengangkat Maura.
***
Maura kini terbaring di ranjang berseprei serba putih. Tubuhnya lemas, sementara sebelah tangannya ditusuk jarum infus.
"Maura, jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan ... percayalah, aku akan membuat Liam membayarnya dengan nyawanya. Bajingan itu akan mati di tanganku. Dan kepalanya akan kuhadiahkan padamu."
update lebih bnyk lgi sehari 2-3 bab hehe...