Hidup ini bukan tentang bagaimana caranya kita bahagia,tapi tentang.
Bagaimana cara nya kita menerima luka ini.
ikhlas bukan berarti tak terluka.kehadiran nya membawa keramaian di ruang yang kosong.
Raga ini untuk suami ku,tetapi hati dan pikiran untuk dirinya.
aku...memang bersalah di sini,telah membuka hati untuk yang lain tetapi luka yang di guriskan suami ku, sungguh sangat amat menyakitkan.
Dari dia ku belajar artinya tenang dan ikhlas.
Di kekosongan ini dia memberikan banyak cinta untuk ku yang tak ku dapatkan dari sosok suami ku.
Oh, Yan...begitu ku memanggilnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dedek Iting, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
Di depan rumahnya Yan bersiap lalu menyalakan motornya dan menarik gas motornya.
Yan melajukan motornya sangat ugal-ugalan karena,Ia sangat kawatir dengan keadaan Tami yang tak bangun-bangun.
Di perjalanan Yan ngedumel sendiri
"Bangsat Lo ya Rizal,dasar lelaki tak bertanggung jawab, istri sakit malah di tinggal pergi,bencong Lo!"dumelan Yan,sangkin kesalnya Yan sampai memukul setang motornya.
Dalam benak Yan ada laki-laki Seperti itu, yang tak bertanggung jawab dengan rumah tangganya.
Tak lama Yan sampai di alamat tersebut,dan Yan menghampiri bapak-bapak yang duduk di depan rumahnya.
"Maaf pak,mau tanya?"
"Iya mas ada apa?"ujar bapak itu
"Rumah bang Rizal di mana ya pak?"tanya Yan
"Maaf kalau boleh tau,mas siapanya bang Rizal?"tanya bapak tersebut sebab penasaran dengan Yan
"Saya adik sepupu mbak Tami pak"ujar Yan berbohong,mau gimana lagi harus Yan berbohong.karena sebab ini lah jalan satu-satunya untuk membawa istri orang ke rumah sakit.
"Oh sepupu mbak Tami toh,itu mas rumah nomor 15 yang berpager hitam ya"ujar sang bapak sembari menunjuk ke arah rumah Tami.
"Iya pak, terimakasih"Ya mengucapakan trimakasih sambil mengangguk.
"Permisi pak" ujar Yan lagi sembari tersenyum ke arah sang bapak.
"Iya mas"sahut bapak itu
Yan lalu menyalakan mesin motornya,Yan melajukan motornya secara pelan-pelan kearah rumah yang di tunjukkan bapak itu.
Yan melihat rumah tersebut ramai dengan ibuk-ibuk.yan berhenti di depan rumahnya itu dan melihat seorang anak perempuan kecil.yan berasumsi bahwa itu Vania anaknya Tami.
Yan lalu membuka kaca helmnya.
"Vania kan?"ujar Yan
"iya om,om capa ya?"tanya Vania
"Ini om Yan,maminya masih di dalam sayang?"ujar Yan
"Iya om"
"Mbak boleh mintak tolong ikut masuk kedalam juga,takut nya nanti jadi fitnah kalau saya masuk kedalam seorang diri."ujar Yan
"Iya mas,saya temanin "ujar tetangga Tami
Yan masuk kedalam rumah Tami dengan kedua ibuk-ibuk dan Vania.vania memberi tau di mana ibunya sekarang.
Yan lalu masuk kedalam melihat Tami dengan wajah yang sangat pucat pasi dan suhu badannya pun sangat panas sekali.
Yan menggelengkan kepalanya, sungguh malang nasip wanita satu ini,Yan melihat keadaan Tami ini sangat prihatin.
Yan mengendong Tami ala bridal style lalu membawa Tami keluar dari kamar tesebut.
"mbak boleh tidak satu ikut duduk di belakang biar ada yang pegangin mbak Tami"ujar Yan memintak tolong
"Adek om"ujar Vania sembari menangis
"Adek di rumah,nanti setelah Bawak mami om jemput adek,janji"ujar Yan
"janji ya om"ujar Vania sembari menangis dan mengulurkan jadi kelingking ke arah Yan.
"Iya sayang"ujar Yan merasa mempunyai anak
Yan lalu mendudukan Tami di atas motornya,lalu membawa Tami ke bidan(kelinik)terdekat.kondisi Tami sangat lemah sekali,tensinya saja 80/70 mmhg,Tami juga terkenal tipes maka panas di tubuhnya sering naik dan turun.
Tami hanya diam sewaktu tangannya di tusuk jarum infus,Yan melihat Tami tak bicara Yan pun tak ada mengeluarkan sepatah kata juga.
"Abang Suaminya"ujar buk bidan
"buka saya adiknya"jawab Yan
"Oh,kirain suaminya,soalnya kalau tidak ada perkembangan kita bawa kerumah sakit ya bang"ucap buk bidan
Yan bingung.
udah muncul bibit² pembinor😆