Jessica Collins sangat bahagia ketika di nikahi oleh seorang duda tampan dan kaya raya, namun kebahagiaannya sirna saat mengetahui tujuan pria itu menikahinya hanya karena ia mirip dengan istri pertamanya dan rupanya pria itu tak benar-benar menyukainya.
"Apa di saat menyentuhku, kau sedang membayangkan istrimu yang lain ?"
Sungguh Jessica sangat sakit hati haruskah ia bertahan atau justru pergi menjauh di saat mengetahui dirinya sedang mengandung janin pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~17. Hadiah untuk calon ayah mertua
"Tuan, saya mendapatkan informasi jika nona Jessica sedang dekat dengan seseorang." lapor seorang pria pada sang tuan pagi itu.
Pria dengan kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya itu langsung mengangkat wajahnya menatap sang asisten. "Seorang pria ?" ucapnya menanggapi.
"Benar tuan, sepertinya hubungan mereka sudah terlalu dekat." terang pria bernama Jack tersebut yang langsung membuat James Collins langsung mengeraskan rahangnya.
Sepertinya pria itu belum rela jika putri keduanya mulai menyukai seorang pria apalagi itu pria asing. "Katakan siapa pria lancang yang berani mendekati putriku, Jack? jangan bilang kau memberikanku informasi yang tak akurat." tanyanya dengan tak sabar.
"Saya sudah menyelidikinya tuan, beliau seorang pengusaha kaya raya di Paris." terang Jack kemudian.
"Siapa ?" James nampak memicing menatap pria itu.
"Tuan Jason Alvares." sahut Jack.
"Jason Alvares ?" James nampak mengernyitkan keningnya.
"Kau yakin pria itu Jason Alvares? bukankah dia seorang duda? dan usianya jauh di atas putriku." imbuhnya lagi, tentu saja ia mengetahui pria tersebut. Sebagai seorang pebisnis ia mengetahui banyak pengusaha sukses meskipun tak begitu mengenalnya.
Tak berapa lama pintu ruangannya tersebut di ketuk dari luar dan setelah mendapatkan sahutan darinya, sekretarisnya itu segera melangkah masuk. "Selamat pagi tuan, ada bingkisan untuk anda." ucap wanita itu seraya membawa sebuah bingkisan berbentuk kotak memanjang.
"Dari mana ?" James langsung memicing menatapnya.
"Dari tuan Jason Alvares." terang sang sekretaris yang langsung membuat James mengernyit tak percaya, padahal baru saja ia membicarakan pria itu.
Jack segera mengambil bingkisan tersebut kemudian meletakkan di atas meja, lalu pria itu bergegas membukanya untuk memastikan jika benda dalam kotak tersebut tidak membahayakan sang tuan.
"Wine ?" lirih James saat melihat dua botol wine di dalam kotak tersebut, kemudian pria itu segera mengambil salah satunya.
"Ini Wine yang sangat langkah Jack, karena telah di fermentasi selama puluhan tahun." ucapnya setelah mengamati botol Wine yang masih bersegel tersebut.
"Sepertinya beliau sangat memahami selera anda, tuan." timpal Jack.
"Tentu saja, sepertinya dia sedang berusaha mengambil hatiku." James terlihat senang karena telah mendapatkan barang kesukaannya tersebut, meskipun ia bukan seorang peminum ulung namun bisa memiliki barang tersebut adalah sebuah kebanggaan tersendiri dan para relasi bisnisnya pasti akan iri jika tahu itu.
Tapi tentu saja ia takkan menukar putrinya dengan barang-barang tersebut dan ia akan tetap memastikan jika seorang Jason Alvares adalah pria yang baik, lagipula usia mereka terpaut jauh dan bagaimana bisa putrinya itu menyukainya. Sepertinya ia harus segera memerintahkan sang putri untuk segera pulang.
"Selidiki lebih jauh tentang pria itu, Jack !!" perintahnya kemudian.
"Baik, tuan." sahut Jack.
Sementara itu di tempat lain Mr Jason nampak berbicara dengan seseorang. "Apa barang yang saya kirim kemarin sudah sampai ?" ucapnya pada seseorang di ujung telepon.
"Baiklah, terima kasih." imbuhnya setelah memastikan, lantas pria itu segera mengakhiri panggilannya tersebut.
Mendengar samar-samar suara seorang pria membuat Jessica yang masih bergelung dengan selimut nampak mengerjapkan matanya.
"Apa suaraku membangunkanmu, hm ?" ucap Mr Jason seraya melangkah mendekati gadis itu.
"Hm, apa ini sudah pagi ?" tanya Jessica kemudian.
"Baru pukul 8 pagi, apa kamu ada kuliah hari ini ?" tukas Mr Jason yang kini nampak duduk di tepi ranjang.
Jessica menggeleng. "Dua hari ini aku tidak ada kelas." sahutnya kemudian.
"Apa semalam kita...." Jessica menjeda ucapannya lantas menoleh ke sisih ranjangnya.
"Aku tidur di kamar lain." ucap Mr Jason yang mengerti akan kekhawatiran gadis itu.
Jessica mengangguk kecil, ada kelegaan di wajahnya saat mengetahui mereka semalam tak tidur bersama.
"Kenapa kamu tidak pergi bekerja? aku bisa pulang agar tidak mengganggumu." ucap Jessica mengingat ini bukanlah hari libur bagi pria itu, namun hingga pukul 8 kekasihnya tersebut masih belum bersiap-siap.
"Aku bisa bekerja dari rumah, lagipula Leon sedang kurang sehat jadi ada beberapa dokter yang akan datang memeriksanya." sahut Mr Jason kemudian.
"Sepertinya kau sangat menyayanginya." timpal Jessica ingin tahu.
"Tentu saja, bukankah kita harus menyayangi sesama makhluk hidup." tukas Mr Jason lantas mengusap lembut puncak kepala gadis itu.
"Baiklah segera bersihkan dirimu, aku tunggu di meja makan." imbuhnya seraya beranjak dari duduknya.
"Hm." Jessica mengangguk kecil.
Beberapa saat kemudian Jessica yang baru keluar dari dalam kamar mandi nampak melihat sebuah paper bag dan gadis itu segera melihat isinya yang rupanya sebuah gaun berwarna merah muda.
Namun sepertinya bukan gaun baru karena tak ada labelnya di sana, tapi entahlah mungkin pria itu sebelumnya telah melepasnya. Lagipula ia tak peduli tentang hal itu, karena yang penting baginya ia mendapatkan pakaian yang layak. Kemudian gadis itu segera memakainya dan terlihat pas di tubuhnya meskipun ia kurang menyukai modelnya.
Saat baru keluar dari kamarnya Jessica langsung berjingkat kaget karena tiba-tiba nyonya Dakota sudah berdiri di depan pintu dan wanita itu terlihat menyipitkan matanya saat melihat gaun yang ia kenakan.
"Tuan menunggu anda di meja makan, nona." ucapnya kemudian.
"Terima kasih." Jessica nampak mengulas senyumnya namun nyonya Dakota hanya menatapnya datar.
Tak ingin ambil pusing Jessica segera berlalu melewatinya, namun baru beberapa langkah pelayan itu mengeluarkan suaranya hingga membuat langkah gadis itu terhenti.
"Nona, apa kau benar-benar menyukai tuan Jason ?" ucapnya yang langsung membuat Jessica berbalik badan menatapnya.
"Hm, aku tidak hanya menyukai Mr Jason tapi aku juga mencintainya." tegas Jessica menatap wanita itu.
"Anda masih sangat muda, apa tidak ada pria lain yang kamu sukai ?" tanya nyonya Dakota lagi.
"Memang ada masalah dengan umurku? bukankah cinta tak pernah memandang usia ?" Jessica balik bertanya.
"Lebih baik anda berpikir ulang dan segera menjauhi tuan Jason sebelum anda menyesal di kemudian hari." ujar nyonya Dakota memperingatkan.
"Terima kasih, tapi aku yakin aku takkan menyesal." tegas Jessica menatap lekat wanita itu lantas segera berbalik badan dan berlalu pergi meninggalkannya.
Sepanjang melangkah Jessica nampak menggerutu kesal, memang siapa wanita itu berani sekali melarangnya berhubungan dengan tuannya.
Sementara itu Mr Jason yang kini sudah duduk di meja makan nampak terpesona ketika melihat kedatangan Jessica, kemudian pria itu segera beranjak dari duduknya. "Kau terlihat sangat cantik dengan pakaian itu." pujinya kemudian.
"Terima kasih, tapi pakaian ini terlalu seksi." timpal Jessica seraya menatap pakaian yang ia kenakan, sebuah terusan ketat dengan leher berbentuk V hingga sedikit memperlihatkan belahan dadanya.
Sebagai seorang calon designer tentu saja Jessica kurang menyukai desain gaun yang terlalu dewasa itu, mengingat ia seorang gadis yang baru berusia 22 tahun.
"Tapi bagiku kamu terlihat sempurna." puji Mr Jason lantas menarik pinggang gadis itu untuk mendekat padanya.
Saat pria itu hendak mendekatkan wajahnya tiba-tiba terdengar sebuah deheman kecil hingga membuat pria itu langsung menoleh.
keren karya tulis mu k🤗🤗🤗