Hidup Arabella hancur ketika pamannya tega menjualnya pada Edward Frederick, seorang mafia berkedok Ceo yang terkenal kejam, dingin, dan arogan, hanya demi melunasi hutang akibat kebangkrutan perusahaan.
Dengan kaki kanan yang cacat karena kecelakaan di masa lalu, Arabella tak punya banyak pilihan selain pasrah menerima perlakuan sang suami yang lebih mirip penjara ketimbang pelindung.
Perlahan, keduanya terseret dalam permainan hati, di mana benci dan cinta tipis perbedaannya.
Mampukah Arabella bertahan dalam pernikahan tanpa cinta ini? Ataukah justru dia yang akan meluluhkan hati seorang Edward Frederick yang sekeras batu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27
Ara kebingungan setengah mati. Ia sudah berusaha sekuat tenaga untuk membuat milik Edward muntah, sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh pria itu.
Segala cara sudah ia lakukan, mulai dari mengurut lembut hingga memijat dengan sedikit tekanan.
Dan hasilnya? Edward benar-benar mengeluarkan cairan begitu banyak dan berceceran di tangannya.
“Cairan apa ini?” gumam Ara.
Berbeda dengan Edward, pria itu menarik napas lega.
Lega karena akhirnya senjatanya berfungsi kembali, meskipun belum sepenuhnya. Namun, sayangnya, pengaruh obat yang diberikan oleh Bobby belum sepenuhnya hilang.
“Brengsek! Berapa banyak yang Bobby memasukkannya ke dalam wine? Kalau istriku yang meminumnya, aku tidak bisa membayangkan akan seliar apa dia.” gumam Edward dalam hati.
Ara cemberut sambil menatap Edward dengan kesal. Ia merasa lelah dan mengantuk.
“Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya Edward dengan nada dingin, berusaha menyembunyikan rasa gugupnya.
“Berapa lama lagi? Aku sudah lelah dan mengantuk!” ketus Ara, memalingkan wajahnya.
Ara sudah mengurut milik Edward sampai tangannya pegal. Tapi, Edward tak menunjukkan tanda-tanda puas.
Pria itu malah diam, menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Oh astaga! Betapa menggemaskan sekali Ara di mata Edward saat ini.
Edward ingin sekali mengatakan itu pada Ara, tapi egonya terlalu besar untuk mengakui perasaannya.
“Hei,” ucap Edward tiba-tiba, memecah keheningan. “Kau mau dapat pahala tidak?”
Ara mengangkat alisnya, menatap Edward dengan tatapan bingung.
“Tentu saja aku mau,” jawab Ara.
“Kalau begitu, lepaskan semua pakaianmu sekarang dan lakukan kewajibanmu sebagai seorang istri,” ucap Edward dengan wajah datar.
Tidak mungkin bukan, Edward langsung ke intinya untuk meminta malam pertama?
Ara terdiam. Ia tahu, apa yang akan Edward inginkan. Hanya itu satu-satunya miliknya yang paling berharga dan masih ia jaga sampai saat ini.
Karena Ara berharap akan memberikannya pada suaminya kelak.
Edward menarik dagu Ara agar wanita itu menatapnya. Ia bisa melihat keraguan dan ketakutan di mata Ara.
“Kalau tidak mau, aku tidak akan memaksa,” ucap Edward, berusaha menenangkan Ara.
Ayolah, Edward yang biasanya kasar kenapa jadi lembek begini? Benar-benar bukan dirinya!
Apakah Edward mulai luluj pada istrinya sendiri?
“Bukan begitu maksudku, Ed,” lirih Ara malu. “Ini pertama kalinya.”
Jelas, pria seperti Edward pasti sudah pernah melakukannya dengan wanita lain. Apalagi dengan pesona dan ketampanan Edward yang selalu membuat wanita menatap dan menginginkannya.
Edward menelan ludah. “Pertama kali dia bilang?” batinnya. Ia tidak menyangka Ara masih perawan.
Tanpa menunggu lama, Edward meraup bibir Ara dengan lembut. Ia membopong wanita itu menuju ranjang, tidak peduli dengan tubuh mereka yang basah kuyup karena air.
“Dan kau juga satu-satunya wanita yang sudah mencuri keperjakaanku, Ara,” bisik Edward dalam hati. Ia tidak akan pernah mengatakan itu pada Ara.
Edward tidak ingin wanita itu besar kepala.
Edward membaringkan Ara di ranjang dengan hati-hati. Ia menatap wanita itu dengan tatapan yang sulit diartikan.
“Aku mulai,” ucap Edward.
Ara mengangguk. Bagi Ara, setelah dia menikah maka tubuh dan seluruh jiwanya adalah milik suaminya.
“Tak peduli jika setelah ini kau mencampakkan aku, Ed, asalkan aku sudah melakukan kewajibanku sebagai seorang istri, itu sudah cukup. Dan aku tak akan pernah menyesalinya.” batin Ara dalam hati dengan mata terpejam.
pernah lihat film ga Thor
si detektif kecil kayak Conan 😄😄😄..
badannya aja yg pitik ga sama isi kepala nya,,
dari pada uncle mu yg 1/2 ons
aihhh mau ngapain merek apa Edward mau ngetes lolipop nya Sam Jul Jul