Bagaimana jika sikap baik dan penuh perhatian sang suami ternyata adalah sebuah sandiwara untuk menutupi kesalahannya?
Dara Jelita tidak pernah menyangka kalau Raditya Pratama, suami yang sangat dicintainya ternyata menyimpan banyak rahasia. Cinta yang ditunjukkan oleh suaminya ternyata hanyalah sebuah topeng untuk menutupi kebohongan yang selama ini disembunyikannya selama bertahun-tahun.
Akankah Dara tetap bertahan dalam pernikahannya setelah tahu rahasia yang disembunyikan oleh suaminya?
Yuk, simak kisahnya di sini. Jangan lupa siapin tisu karena cerita ini mengandung banyak bawang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nazwa talita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KAMU MEMANG BRENGSEK, RADITYA!
Raditya sampai di depan gerbang rumahnya. Lelaki itu membuka pintu gerbang. Raditya sampai di rumah Dara setengah jam setelah 4 mobil besar yang membawa barang-barang miliknya dan juga Dara pergi dari rumah itu.
Bahkan Dara sendiri langsung pulang ke apartemennya setelah selesai makan malam dengan Pratama.
Raditya membuka pintu dengan kunci cadangan. Kondisi rumah sangat gelap saat Raditya baru saja membuka pintu. Biasanya, semalam apapun dirinya pulang ke rumah, Dara pasti akan menunggunya di ruang keluarga.
Namun, kini, jangankan Dara, sekedar bayangannya pun tidak ada.
Apa dia sudah tidur?
Tangan Raditya memencet saklar, menyalakan lampu ruang tamu. Kedua matanya membola saat melihat keadaan rumahnya. Raditya sangat terkejut melihat rumahnya terlihat kosong. Tidak ada satu barang pun tersisa di sana.
"Apa yang terjadi? Kenapa rumah ini kosong? Kemana semua barang-barang yang ada di sini?" Raditya merasa panik.
"Apa rumah ini baru saja kemalingan?" Raditya menyalakan semua lampu di seluruh ruangan.
Semuanya tampak kosong. Raditya berlari ke lantai atas. Pria itu berteriak memanggil Dara.
"Dara!"
"Sayang, kamu di mana?" Raditya berteriak panik. Apalagi saat melihat rumahnya benar-benar kosong tanpa perabotan yang tersisa satupun.
Sebenarnya apa yang telah terjadi?
Raditya berlari menuju kamarnya setelah menyalakan lampu di lantai atas. Saat masuk ke dalam kamarnya, Raditya dibuat terkejut. Keadaan kamarnya sama seperti di ruangan lain. Kosong, tidak ada apapun.
"Dara!" Rasa khawatir seketika menyelinap dalam hati Raditya.
Tangannya bergerak meraih ponsel yang berada di saku celananya. Jarinya bergerak mencari nomor ponsel Dara.
"Halo, Sayang, kamu ada di mana? Kenapa rumah kita kosong nggak ada isinya? Apa ada perampok yang merampok rumah kita? Kamu di mana, Sayang, kamu baik-baik saja 'kan?" Serentetan pertanyaan keluar dari mulut Raditya saat panggilannya diangkat oleh Dara.
"Aku sengaja mengeluarkan semua perabotan dan juga barang-barang yang ada di dalam rumah. Aku berniat menjual rumah itu." Suara Dara terdengar. Namun, kalimat yang diucapkan oleh perempuan yang masih sah menjadi istrinya itu membuat kedua mata Raditya membola.
"Jangan bercanda, Sayang. Apa maksud kamu dengan menjual rumah kita?" Jantung Raditya seolah berhenti berdetak mendengar ucapan Dara. Istri penurut yang selama ini selalu patuh padanya.
"Aku tidak bercanda. Aku sudah mengembalikan uang dua ratus juta yang dulu kamu berikan untuk membeli rumah itu. Kamu boleh cek rekeningmu sekarang." Dara berbicara dengan santai. Semenjak mengetahui perselingkuhan Raditya, Dara sudah tidak sudi memanggil pengkhianat itu dengan sebutan 'Mas.'
"Dara! Apa yang kamu katakan? Kamu mengembalikan uangku yang dulu aku berikan untuk membeli rumah itu?" Raditya kembali terkejut. Kenapa dalam waktu beberapa menit saja banyak kejutan yang menyapanya?
"Orang yang dulu meminjamiku uang, meminta uangnya kembali. Kamu pikir, dapat uang darimana aku untuk membayar hutang yang dulu aku pinjam untuk membayar rumah itu?"
"Dara." Kedua mata Raditya kini nyaris melompat. Bagaimana ia bisa lupa kalau sebagian uang yang dulu dia pakai untuk membeli rumah itu adalah uang yang telah Dara pinjam dari temannya?
"Aku tidak punya cara lain selain menjual rumah itu untuk membayar hutang. Salah satu temanku ada yang berminat untuk membeli rumah itu. Dia juga sudah memberikan uang muka sebesar dua ratus juta yang baru saja aku kirimkan padamu," jelas Dara.
Penjelasan Dara di ujung telepon membuat kepala Raditya serasa mau pecah. Bagaimana mungkin, istri pertamanya itu memutuskan untuk menjual rumah mereka tanpa berunding dulu dengannya?
"Seharusnya kamu bicarakan dulu sama aku sebelum mengambil keputusan, Dara. Kamu tidak bisa memutuskan sendiri!" Kali ini, nada suara Raditya naik satu oktaf.
"Bagaimana aku mau cerita sama kamu, kalau kamu sendiri saat itu sedang asyik bercinta dengan wanita itu?" Dara tidak kalah berteriak.
Mendengar kalimat yang diucapkan Dara, bibir Raditya terkatup. Semua kalimat yang ingin dia ucapkan tersangkut di tenggorokan.
"Kamu memang brengsek, Raditya!"
BERSAMBUNG ....
seru banget
makasih thor dah buat novel sebagus ini. semoga sampai akhir ya bagusnya