Adinda Aira tidak menduga jika kekasihnya yang bernama Frans Albar telah memiliki calon istri yang akan segera ia nikahi.
Kini Adinda hamil.
Demi menutupi Aib itu, Frans memaksa Ryan Alaska yaitu teman sekaligus rekan kerjanya agar menikahi Adinda Aira untuk sementara saja. Frans berjanji akan menikahi Adinda setelah setahun pernikahannya dengan sang istri, Nia Devira.
Ryan terpaksa menerimanya karena hidupnya pada saat itu begitu bergantung kepada Frans dan sedang mengalami konflik besar dengan keluarganya.
Lantas apakah yang terjadi? Jika mereka ternyata sudah terjerat oleh rasa cinta yang dalam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarah Mai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 - Obrolan Khaliza dan Ryan
Suasana makan malam yang hangat antara ibu dan seorang anak lelakinya, situasi yang sederhana namun cukup membahagiakan hati seorang ibu.
Sejak kematian Yong Woong, rumah itu tidak ceria bagi Khaliza, ia begitu terlihat kesepian, ditambah lagi, Ryan yang jarang pulang karena urusan pekerjaan menjadi seorang Bodyguard. Khaliza hanya lebih memilih berdiam di rumah sambil beribadah, ia mengabadikan sisa hidupnya hanya untuk Tuhannya.
Seminggu satu kali tampak Khaliza pergi pengajian dan sesekali pula wanita itu ngobrol dengan tetangga serta pelayan rumah yang statusnya tidak tinggal di rumah mereka.
Sejak menikah dengan Yong Woong, cobaan hidup itu terus datang bertubi-tubi kepada Khaliza. Baru-baru ini wanita asal Padang itu di vonis oleh Dokter terserang penyakit jantung Koroner stadium awal namun penyakit itu bisa berkembang tergantung situasi pikiran dan perasaan Khaliza.
Itulah alasannya mengapa Ryan harus bisa menjaga perasaan ibunya, pemuda itu tidak ingin membantah perkataan ibunya dan tidak ingin lagi membuat ibunya kecewa. Bagi Ryan, apapun keputusan ibunya, itu lah yang terbaik. Ryan ingin membahagiakan ibunya setelah bertahun-tahun ia tinggalkan dan abaikan bahkan sering menghardik ibunya.
Selama menikah dengan Yong, Khaliza banyak menahan perasaan yang tidak bisa ia ungkapkan kepada siapapun. Hal itulah membuat jantung dan lambungnya tidak sehat. Hampir setiap hari ia terus gelisah, stres juga penuh tekanan memikirkan kondisi suami dan keadaan anaknya yang ada di perantauan. Belum lagi teror-teror gelap yang terus berdatangan entah darimana asalnya, karena tidak bisa dipungkiri, Yong memiliki jejak masa lalu yang buruk terhadap banyak orang lain.
Perusahaan GMC milik Yong dan Khaliza sepenuhnya sudah dikendalikan oleh Ryan. GMC sendiri hampir redup, Ryan butuh dana yang cukup besar untuk menghidupkannya kembali. Sementara banyak aset mereka yang terpaksa sudah terjual demi untuk memperjuangkan kesehatan sang suami. Yong tidak mau menerima uang dari keluarga Woong karena hal itu hanya akan menyudutkan sang istri.
Setelah diusir dari keluarga Woong, Ryan berjuang keras mencari pekerjaan di ibu kota, ia berniat mengumpulkan uang untuk membesarkan lagi perusahaan orang tuanya yang dulu sempat jaya dan berkembang, hampir semua perusahaan menerima Lelaki itu karena dirinya memiliki kualifikasi leadership terbaik yang sudah diajarkan oleh Lim Woong.
Sebelumnya, Yong Woong dan Deny Sulaiman berteman baik bahkan pernah menjalin kerjasama bisnis yang bagus, mengetahui konflik Ryan dengan Pamannya. Deny Sulaiman menawarkan Ryan untuk menjadi seorang Bodyguard keluarganya dengan gaji yang cukup besar, meskipun resikonya juga sangat tinggi. Tertarik dengan tawaran Deny, akhirnya Ryan meninggalkan pekerjaannya di perusahaan yang lain dan mengabdi kepada Deny Sulaiman atau Ayah kandung Frans Albar.
***
"Makan yang banyak yah!" ucap lembut Khaliza, menambah sedikit lagi nasi dan lauk ke dalam piring Ryan.
Ryan tersenyum manis dalam anggukan kecilnya.
"Gimana, masakan Mama, enak tidak?" senyum ceria Khaliza, membuat kedua bibirnya merekah.
"Pastilah Mah, masakan seorang ibu itu pasti paling enak di dunia, mengalahkan koki termahal!" ucap riang Ryan.
"Hahahaha, kamu ini meledek atau memuji sih!"
"Iyah memuji dong Mah dan rumah adalah surga ternyaman!"
Khaliza mengangguk.
Setalah makan, Ryan langsung mencuci piringnya. Jatuh bangun telah dirasakan oleh seorang Ryan dalam menjalani kehidupan.
"Tidak terasa anakku sudah dewasa!" gumam Khaliza memandangi Ryan dari belakang.
"kamu mau makan apa lagi Nak!" tanya lembut sang Mama.
Ryan Langsung merangkul ibunya sambil berkata.
"Seharusnya Ryan lah yang bertanya seperti itu kepada Mama. Perlahan pria itu membawa ibunya ke area ruang tamu!"
"Sebentar yah Mah?" ucap Ryan bergegas mengambil sesuatu ke dalam kamar, lalu menyerahkan kotak perhiasan kepada ibunya.
"Apa ini Nak?" tanya lembut Khaliza dalam raut wajah yang cukup terkejut.
"Bukalah Mah!" senyum Ryan.
Saat Khaliza membukanya, wanita itu terkejut karena isinya seperangkat perhiasan berlian yang mirip dengan pemberian Yong Woong, namun sayang benda berharga itu, diam-diam Khaliza jual untuk pengobatan sang suami. Harga perhiasan itu berkisar ratusan juta.
Khaliza sempat takjub,
"Kamu dapat uang darimana Nak, bukankah kau sedang membutuhkan uang?"
Ryan terjongkok dihadapan ibunya.
"Mama jangan khawatir, yang pasti uang untuk membelinya itu halal dan hasil dari keringat Ryan sendiri. Mah, Ryan janji satu per satu akan mengambilkan aset pribadi Mama yang sempat terjual, itu sudah tanggung jawab Ryan untuk mengembalikannya."
Khaliza meletakkan kota perhiasan itu, dan langsung memeluk Ryan mengusap kepala anak lelakinya.
"Terima kasih yah Nak, Mama senang, tapi Ryan, saat ini aset terbesar dan termahal Mama hanya lah kamu!"
"Ryan minta maaf yah Mah, atas semua dosa-dosa yang pernah Ryan lakukan, Ryan hanya ingin Mama itu tetap hidup, sehat dan bahagia!" Ryan tidak bisa menahan air matanya. Pemuda itu sangat mengerti seperti apa perjuangan cinta ibunya kepada sang Ayah dan bertahan di keluarga Woong.
"Duduklah sayang, hapus airmata mu!" ucap Khaliza.
"Sejauh apapun kamu melangkah, Mama selalu mendoakan mu, sebesar apapun kesalahan mu, Mama sudah memaafkan mu. Ryan, kau itu anak lelaki, usia mu masih muda, artinya jangan menyerah, menangis boleh jika memang itu obat untuk memulihkan hatimu kembali!"
"Apa yang membuat Mama tetap bertahan dengan Papa, bukankah dia itu pria yang sudah seperti barang rongsokan, rasanya tidak adil, Mamaku yang cantik, sholeh bagai sosok bidadari surga yang di kirim ke Dunia, seharusnya bisa mendapatkan lelaki yang jauh lebih baik dari Papa?" tanya Ryan
Khaliza tersenyum.
"Jika Mama tidak menikah dengan Papa kamu, tentu kamu tidak ada kan?"
Ryan tersenyum tipis.
"Meskipun Papa mu itu seorang mantan penjudi berat, pemabuk berat, bahkan terjaring kasus Mafia, tapi Papamu tidak pernah memukul Mama sedikitpun, marah besar ataupun menghardik, ia selalu mengalah seolah-olah dia adalah manusia terlemah di dunia ini, selalu jahil dan suka bercanda, mendengar omelan Mama itu, ibarat nyanyian dangdut yang bergema di telinganya.
Sebelum tidur, maupun disaat Mama sudah tertidur, Papa mu selalu mengelus rambut dan memeluk Mama, hal sederhana itu hampir setiap hari ia lakukan sambil berbisik di telinga Mama;
"Khaliza, aku tidak ingin berpisah darimu, jangan tinggalkan aku, aku takut kehilanganmu, aku tidak bisa lagi mencari perempuan terbaik seperti kamu."
Perbuatan dan perkataan sederhana itulah yang akhirnya menjerat rasa cinta, iba, senang, sedih bercampur menjadi satu di hati Mama, hingga Mama bertekad apapun yang terjadi aku harus memeluk suamiku! Jeratan yang cukup kuat yang tidak bisa melepaskan semua tentang Papa mu di memori Mama sampai detik ini, semua sudah seperti tertanam!" ucap Khaliza dalam mata memerah.
"Mama rindu Papa Yah?" tanya lembut Ryan.
Khaliza hanya bisa mengangguk.
Ryan tersenyum dan langsung memeluk Mamanya, airmata Khaliza menetes.
Ryan mengusap airmata ibunya.
"Mama yakin, suatu saat jika nanti kamu bertemu dengan wanita yang sangat kau cintai, kau juga akan melakukan hal yang sama seperti Papa mu!"
"Amiin!" jawab cepat Ryan.
"Mah, ada yang ingin Ryan sampaikan tapi Ryan takut mama tidak bisa menerimanya!" raut wajah lelaki itu terlihat cukup gelisah.