Siapa sangka menjalin hubungan selama tiga tahun namun tiba tiba menikah dengan orang lain, tidak mudah untuk melalui semuanya namun harus di jalani. Apakah ikatan itu akan kuat atau akan berakhir begitu saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Positif
Andin memutuskan untuk memeriksakan diri meskipun Ia belum yakin sepenuhnya kalau apa yang di sarankan orang kepercayaan nya itu adalah benar adanya.
Baru saja Ia masuk ke dalam mobil tiba tiba terdengar keributan, Ia mencari asal keributan itu dan mendapati seorang anak kecil yang baru saja terkena tabrak lari, karena kasihan Andin pun bermaksud membawanya ke rumah sakit. Ia meminta pegawai di butik nya untuk membantu nya.
" Nyonya pergi ke rumah sakit "
" Siapa yang sakit, apa dia yang sakit "
" Bukan Bos, tapi Nyonya mengantarkan seorang anak kecil yang menjadi korban tabrak lari "
Tanpa Andin sadari sejak kemarin ada yang selalu memantau segala aktivitas nya.
Andin tiba di rumah sakit dan segera meminta para Dokter untuk menangani anak yang Ia selamatkan itu.
Di perintahkan mengisi formulir Ia jadi bingung, apa yang harus Ia tulis, sementara dirinya juga tidak tahu nama anak itu, alamatnya atau dimana keluarga nya yang harus di hubungi saat ini.
" Ah asal saja, nunggu dia sadar pasti dia akan ingat pada keluarganya, baru di tanya pelan pelan. "
Ia memikirkan bagaimana anak itu sampai ada disana, apa ada keluarga nya di sekitar tempatnya kecelakaan. Sungguh teledor orang yang menjaganya sampai kecelakaan dia tidak tahu.
Andin menunggu di samping anak itu, namun kemudian Ia teringat tujuannya sebelum nya. Kebetulan sekarang Ia sudah di rumah sakit kenapa tidak langsung Ia periksakan kondisinya.
Andin mencari ruangan khusus untuk untuk memeriksa kandungan, setelah mengantri akhirnya giliran nama nya di panggil. Dadanya berdebar hebat ketika memasuki ruangan itu.
" Dengan Ibu Andini khaerunnisa "
Andin mengangguk meng'iyakan.
" Benar Dok " Jawab Andin, Dokter pun mempersilahkan Andin untuk duduk.
" Ada keluhan apa Bu " Tanya Dokter itu ramah.
" Saya merasa mual dan pusing, kepala terasa berat dan tidak bisa makan seperti biasanya " Andin berucap sembari mengingat ingat apa yang terjadi padanya.
" Sudah berapa hari Ibu merasakan hal seperti ini " Tanya Dokter itu lagi.
" Baru dua hari ini Dok " Jawab Andin kemudian.
Dokter wanita itu manggut-manggut dan meminta Andin untuk berbaring agar di lakukan pemeriksaan, namun sebelum nya Ia di minta tes urine dan Andin pun menuruti apa perintah Dokter itu.
Setelah selesai baru Ia berbaring, Dokter memeriksa dengan seksama. Tidak lama Dokter itupun tersenyum.
" Selamat Bu, Ibu positif hamil. Apa Ibu tahu kapan terakhir menstruasi "
" Tanggal lima belas Dok " Andin langsung menyebutnya, Ia ingat betul tanggal tamu bulannya itu.
Dokter mulai menghitung dan menulis data data tentang Andin.
" Kehamilannya memasuki empat minggu, karena kehamilannya masih mudah dan rentan maka saya akan resep kan obat penguat kandungan buat Ibu. Oh ya tolong di jaga kandungannya ya, jangan terlalu kerja berat apalagi stress. Jangan lupa minum susu, makan makanan bergizi dan juga istrahat yang cukup "
Andin mendengar dengan seksama ucapan sang Dokter. Ia keluar dari ruangan itu menuju apotek untuk menebus resep yang di berikan sang Dokter sebelum nya.
Tatapannya kosong tidak menyangka keluhannya beberapa hari ini karena hadirnya nyawa lain di dalam rahimnya, Ia berulang kali menghela nafas berat sembari mengusap perutnya yang masih rata.
Ia bingung bagaimana harus bersikap, orang tuanya begitu menginginkan nya. Sudah terbayang wajah bahagia Ayah dan Bundanya saat tahu kalau mereka akan segera mendapatkan apa yang mereka inginkan selama ini.
Tapi disisi lain Andin gelisah, Ia tidak yakin apakah Ivan menginginkan kehamilannya itu. Sekarang saja dia tidak tahu dimana keberadaan suaminya itu, belum lagi hubungannya yang belum aman.
Tiba-tiba hatinya trenyuh ketika memikirkan bagaimana kalau sahabatnya datang dalam kehidupan mereka dan kembali lagi mengambil miliknya yang pernah Ia pinjamkan, apa dia sanggup melahirkan dan membesarkan janin dalam rahimnya itu.
" Tidak apa apa Nak, kita akan jalan sama sama. Apapun nanti keputusan Papa kedepannya kita akan tetap sama-sama, Mama janji akan menjagamu sekuat yang Mama mampu, bantu Mama ya sayang " Andin mengelus perutnya dengan sayang.
Ia sudah memutuskan akan mempertahankan janin itu, meskipun ada atau tanpa suaminya.
Sebelum kembali Ia menyempatkan diri mampir ke supermarket untuk membeli beberapa buah buahan dan juga beberapa barang yang sudah habis di rumahnya. Ketika akan membayar Ia melihat ada sudu untuk Ibu hamil, Ia mulai tersenyum dan mengelus kembali perutnya.
" Apa kamu mau susu Nak, hm kayanya kita ambil ya, kamu pasti suka " Andin mengambil tiga kotak susu dengan varian rasa yang berbeda-beda.
Setelah merasa cukup Ia kembali ke rumah, tidak ada lagi beban di hatinya. Susu yang baru di beli langsung di sedih, Ia duduk di ranjang sambil di temani cemilan yang Ia beli.
Sesekali Ia memeriksa ponselnya, berharap ada kabar dari Ivan namun tidak ada hasil.
" Kamu dimana Van, meskipun kamu marah setidaknya kamu memberi ku kabar. "
Ia mulai teringat Harry Pria yang meninggalkan nya saat hari pernikahan mereka, sekarang suaminya juga tiba-tiba meninggalkan nya bahkan dalam keadaan hamil.
" Apa aku sudah di takdir kan seperti ini, di tinggalkan oleh orang yang sangat dekat dengan ku "
Ia menggeleng pelan, tak ingin pikiran nya terbebani dengan sesuatu yang akan mengganggu kesehatan janinnya jadi Ia puas puaskan untuk makan, mumpung rasa mual nya tidak kambuh lagi.
Ponselnya berdering terpampang nama orang kepercayaan nya disana.
" Hallo Andin ------!
Andin menjauhkan ponsel dari telinganya ketika mendengar suara Raisha yang memekakkan telinga.
" Aduh Sha, Assalamu'alaikum dulu kek, jangan langsung teriak, lama lama aku bisa tuli karenamu "
Terdengar tawa di seberang dan juga ucapan salam Andin pun menjawabnya.
" Bagaimana tadi, kamu sudah ke rumah sakit belum " Tanya Raisha.
" Sudah, aku kan mengantar anak yang ke tabrak lari tadi "
Raisha mengangguk angguk seolah dia sedang berhadapan dengan Andin.
" Terus apa kamu sudah lakukan apa yang aku perintahkan "
Andin terdiam begitu juga Raisha, hingga akhirnya Andin pun membuka suara.
" Maaf Sha, aku lupa. " Andin tidak ingin gegabah mengumumkan kehamilannya saat ini.
Raisha menepuk jidatnya sendiri, Ia menyayangkan perbuatan Bos nya itu.
" Ya ampun Ndin, padahal kamu sudah disana tadi. Kenapa nggak langsung di periksa sih, ah aku jadi bete "
Raisha yakin betul kalau Bos nya itu sedang berbadan dua karena ciri-ciri yang di alaminya sama seperti yang di alami nya dulu.
" Apa yang di lakukannya hari ini " Pesan melalui watsap.
" Nyonya dari rumah sakit langsung ke supermarket dan kembali ke rumah "
" Untuk apa dia ke supermarket "
" Maaf, kami tidak mengetahuinya karena kami melihatnya dari jarak jauh. Apa kami mengawasinya jarak dekat saja ya Bos "
" Tidak tidak, kalian jarak jauh saja, jangan buat dia mengetahui keberadaan kalian dan itu membuatnya tidak nyaman.
Ingin kembali namun urusannya saat ini tidak bisa Ia anggap remeh
......................