Bos Dingin Mengejar Istri Nakal

Sudah satu minggu sejak Albert mengajak Sena dan Alnorld kembali ke Negara X. Dan sudah 6 hari ini Sena dan Alnorld menempati tempat tinggal mereka yang baru. Sebuah apartemen yang cukup mewah di kawasan elit ini dan rencananya hari ini Sena akan mendaftarkan Alnorld ke sekolah barunya yang tak jauh dari tempat tinggalnya kini.

tok

tok

tok

"Baby, kau sudah siap?" tanya Sena dari luar kamar Alnorld. Sena tidak seperti ibu kebanyakan yang bisa seenaknya masuk ke dalam kamar anaknya. Alnorld sangat tidak suka bila Sena memasuki kamarnya tanpa. permisi bahkan cenderung tidak memperbolehkan mommy nya itu masuk dan singgah di kamarnya. Seperti ABG bukan? padahal Alnorld hanya anak kecil berusia 6 tahun.

ceklek,

Alnorld membuka pintu kamar.

"Sudah, ayo mom." jawab Alnorld.

Tanpa menunggu lagi, Sena dan Alnorld pun segera berangkat ke Sekolah. Baru saja sampai di lobi apartemen, Albert sudah berdiri dan melambaikan tangannya.

"Daddy...." teriak Alnorld sambil berlari memeluk Albert.

"Hei, jagoan. Kau sudah siap untuk ke sekolah barumu?" tanya Albert yang di balas anggukan antusias oleh Alnorld.

"Kau sedang apa disini?" tanya Sena basa basi. Sebenarnya ia tahu kenapa Albert ada disini, tentu saja pria itu ingin ikut serta mendaftarkan Alnorld ke sekolah barunya. Setelah hampir setiap hari pria dingin itu mengganggunya dengan bertanya kapan Alnorld akan mendaftar ke sekolah barunya.

"Tentu saja mau mengantar kalian. Ayo!" ajak Albert.

Sena pun hanya menurut dan mengikuti langkah ayah dan anak di depannya.

Alnorld tak melepaskan gandengan tangannya pada Albert sejak sampai di sekolah barunya. Alnorld terlihat begitu bahagia, mungkin karena akhirnya ia merasakan kasih sayang seorang ayah yang selama ini ia harapkan.

"Anak ini kenapa bisa begitu berbeda ketika dengan daddynya." gumam Sena yang memperhatikan dari belakang.

Setelah selesai dengan berbagai berkas dokumen yang dibutuhkan untuk mendaftar, kini Alnorld tengah siap dengan ujian penempatan kelas. Sementara Albert dan Sena menunggu di depan ruang ujian.

"Tenanglah, Alnorld terlalu pintar untuk melakukan ujian seperti ini." kata Sena karena melihat wajah tegang Albert.

"Hemm." jawab Albert singkat.

"Alnorld itu menuruni kecerdasanku, kau harus merasa beruntung karena aku yang mengandung anakmu." kata Sena membanggakan diri.

"Hei, walau aku tak secerdas kau. Aku juga bukan orang yang bodoh." kata Albert.

Percakapan mereka mengingatkan Albert dengan kejadian semasa kuliah dulu. Mereka bertemu pertama kali di ajang kompetisi debat bahasa asing. Dan saat itu Albert merasa di rendahkan habis-habisan karena kalah dari gadis yang dianggapnya sangat jorok waktu itu.

Semasa kuliah Sena merupakan mahasiswa berprestasi di fakultas MIPA dia mengambil jurusan kimia, yang membawanya menjadi seorang chemist yang kini di incar banyak perusahaan besar yang bergerak dibidang tersebut. Sena semasa kuliah adalah mahasiswa yang mengabdikan diri dengan penelitian dan laboraturium. Maka jangan heran kalau sering kali ia tidak pulang ke rumah walau hanya untuk mandi dan berganti pakaian sekalipun. Membiarkan rambutnya acak-acakan tak terawat dan memakai baju kusut karena berhari-hari tak ganti. Inilah sebabnya kenapa Albert selalu menyebutnya gadis jorok. Bagi Albert yang merupakan penderita misophobia, sangat tidak mungkin jika harus menyentuh gadis yang harus menunggu dua sampai tiga hari untuk sekedar mandi dan berganti pakaian. Jorok sekali, pikir Albert kala itu.

"Ppfff" Albert menahan tawanya.

"Kenapa kau tiba-tiba tertawa? Kau gila?" tanya Sena mengejek.

"Tidak, aku hanya teringat dengan salah satu gadis paling jorok yang pernah kutemui." kata Albert tersenyum.

Sena bukanlah orang yang tidak peka, tentu ia tahu siapa yang Albert maksud. Siapa lagi kalau bukan dirinya. Tapi ia diam saja pura-pura tak peduli. Toh itu hanya masa lalu, pikirnya.

"Tuan, Nyonya. Ada yang perlu saya bicarakan." kata salah seorang guru yang mengawasi Alnorld selama ujian.

"Iya, bu. Bagaimana hasil test putra kami?" tanya Albert sopan.

"Apakah tuan keberatan bila Alnorld mengikuti kelas akselerasi?" tanya guru tersebut.

"Akselerasi?" tanya Albert tak percaya.

"Iya, tuan. Alnorld terlalu pintar untuk mengikuti pembelajaran seperti anak-anak lain pada umumnya. Mungkin dengan kecerdasannya Alnorld bisa menyelesaikan sekolah dasar hanya dengan dua atau tiga tahun saja." jawab sang guru.

Sena hanya tersenyum mendengar penuturan guru tersebut. Bukan hal yang mengagetkan bagi Sena bila Alnorld disarankan untuk masuk kelas akselerasi atau kelas percepatan. Bahkan kalau mau, Alnorld bisa saja langsung masuk ke sekolah menengah pertama. Tapi Sena tidak akan melakukan itu, ia tidak ingin putra semata wayangnya sulit bersosialisasi di masa depan karena tidak berbaur dengan anak yang tidak seusianya.

"Baiklah, bu guru. Masukkan Alnorld ke kelas akselerasi saja." kata Sena yang diangguki oleh guru tersebut.

"Sudah ku bilang, kau pasti akan terkejut dengan kecerdasan putraku." kata Sena bangga.

"Dia juga putraku." kata Albert tak mau kalah.

"Tapi dia hanya mewarisi tampang dan sifat dinginmu saja. hahaha." kata Sena tertawa.

"Dingin? Yang ku tahu Alnorld adalah anak manis yang manja." kata Albert heran.

"Ya, dia seperti itu hanya di depanmu." kata Sena menimpali.