NovelToon NovelToon
Terjebak di Era Nokia

Terjebak di Era Nokia

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / TimeTravel / Komedi / Contest
Popularitas:190.7k
Nilai: 5
Nama Author: Pratiwi Devyara

DARI IPHONE, MENDADAK JADI NOKIA JADUL? OMAIGAD, ADA APA DENGAN JAMAN INI?

Mario, Brian, dan Cavin. Tiga remaja milenial pemuja teknologi, Game Online, Gadget, sekaligus penyembah sekte Google tiba-tiba masuk ke sebuah portal.

Yang membawa mereka akhirnya kembali ke tahun 2001, tahun dimana bahkan mereka pun belum lahir. Mereka yang sudah SMA tiba-tiba menjadi anak SMP ditahun tersebut.

Mereka terpaksa hidup dengan teknologi yang masih terbatas. Menggunakan Handphone dan perangkat yang belum mengusung Android serta IOS seperti sekarang ini.

Namun disanalah sebuah rahasia akhirnya terungkap. Ditahun tersebut, mereka mengetahui banyak hal tentang mengapa Mario seperti dibenci oleh kakaknya.

Mengapa orang tua Brian bercerai dan mengapa ibu Cavin tidak pernah memberitahu siapa ayah kandungnya. Di tahun tersebut pun, mereka terlibat cinta segitiga pada seorang gadis bernama Ratna.

Kisah ini penuh dengan nostalgia masa-masa akhir era 90 an.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pratiwi Devyara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dingdong dan Tazoz

"Woi gantian dong, masa lo mulu yang maen. Gue kapan?"

"Eh tolong dong, mau sampe kapan lo terus. Gue juga mau maen."

Pemandangan riuh serta saling sikut terlihat di sebuah rumah yang tidak cukup besar. Pasalnya disana ada banyak terdapat anak-anak dan juga remaja yang tengah mengantri, di hadapan beberapa buah kotak berwarna dengan tombol-tombol di depannya.

Mario, Brian, dan Cavin belum pernah melihat kotak tersebut. Namun terasa familiar bagi ketiganya. Tanpa disadari mereka pun menghentikan langkah, lalu memperhatikan kotak-kotak tersebut secara seksama.

"Ini kali dingdongnya." ujar Brian lalu sedikit mendekat ke arah sana. Mario dan Cavin pun turut mendekat.

Sesekali mereka bersitatap sambil mengerutkan dahi.

"Ini mah arcade game, bro. Kayak yang di timezone." ujar Mario sambil menatap kotak tersebut. Tampak seorang anak tengah bermain, dengan menekan tombol-tombol pada kotak tersebut.

"Katanya di rumah lo banyak permainan kayak di Timezone." tanya Brian pada Cavin.

"Tapi arcade nggak ada, ntar deh gue minta bokap gue beli. Lo pada sih, ke rumah gue kek. Sejengkal doang, biar kita main bareng."

"Belum kepikiran, Sunaryo. Kita aja disini baru berapa hari doang. Mana kepikiran buat menikmati waktu, main sana sini." ujar Mario panjang lebar.

"Ya udah. Mulai sekarang kapanpun lo pada mau, main aja ke rumah gue. Kita kan masih belom tau, kita ini mimpi atau apa. Jadi selagi bisa, nikmatin apapun yang ada disini."

"Ok bro, asiap." ujar Mario dan Brian di waktu yang nyaris bersamaan.

"Eh, beli minyak tanah." ujar Brian mengingatkan.

Pandangan mereka bertiga pun kini tertuju pada sebuah kios, yang ada di seberang tempat dimana kini mereka berdiri.

Di depan kios tersebut terdapat banyak bensin eceran. Sementara di dalam kios sendiri, menjual berbagai macam keperluan pangan sehari-hari.

Tanpa banyak bicara lagi, mereka pun segera menghampiri kios tersebut. Banyak pembeli yang datang kesana. Ada beberapa pelayan yang sibuk melayani. Seperti mengambilkan beras, minyak, gula dan lain-lain.

"Bro, kira-kira yang namanya Udin Bensin yang mana ya?" tanya Mario kepada Cavin sambil menahan tawa. Cavin pun menjelajah sekitar dengan bibir yang mesem-mesem sendiri.

"Kalau yang itu nggak mungkin, bro."

"Loh kenapa?" tanya Mario heran.

"Soalnya dia lagi pegang beras, pasti namanya Udin beras."

"Hihihihi."

Mereka tertawa pelan. Sementara Brian kini celingukan, mencari dimanakah orang yang bisa melayaninya.

"Mau beli apa?"

Tiba-tiba seorang perempuan cantik nan bohay mendekati Brian. Ia, Mario, dan juga Cavin tampak terkejut melihat kehadiran wanita sexy dan cantik tersebut.

Pandangan mata ketiganya tak terlepas, terutama ke bagian dada wanita itu. Sambil menelan ludah, Brian pun menjawab.

"Mi, minyak tanah." ujarnya dengan susah payah.

"Oh minyak tanah." tukas wanita itu kemudian. Ia pun mengibaskan rambut lalu mengulurkan tangan pada Brian.

Brian mengerutkan kening, ia tak mengerti mengapa wanita itu seperti ingin memegang tangannya.

"Apa?" tanya Brian berusaha memastikan.

"Sini." ujar wanita itu, Brian makin tak mengerti.

"Sini drigennya."

"Oh." Brian baru mengerti, sementara kini Mario dan Cavin tertawa geli.

Brian pun menyerahkan drigen tersebut, wanita itu mengambilnya dengan segera. Lalu ia berjalan ke luar kios dan mendekati sebuah ember besar berpenutup.

Mario, Brian, dan Cavin mengikuti saja kemana wanita itu pergi. Mereka bertiga masih fokus pada tubuhnya yang sexy dan montok itu.

"Berapa liter?" tanya Wanita itu kemudian.

Brian masih bengong, matanya tak terlepas dari memandangi wanita itu.

"Dek, berapa liter? tanya nya lagi.

"E, empat." jawab Brian ngasal.

"Oh, ok."

Baru saja wanita itu berbalik dan berjongkok membuka ember besar yang berisi minyak tanah. Dan baru saja Brian, Mario, dan Cavin melihat sedikit ke dalam belahan pakaian, di bagian dada wanita itu. Tiba-tiba seseorang datang dan mengacaukan semuanya.

"Mami, sini biar papi aja."

Mario, Brian, dan Cavin pun langsung syok seketika, tatkala mendengar ucapan tersebut. Terlebih hal itu diucapkan oleh laki-laki yang berperawakan biasa saja, alias tak tampan sama sekali menurut mereka.

"Oke papi, mami sayang deh sama papi."

Wanita itu mencubit gemas pipi laki-laki yang baru datang tersebut.

"Sana, mami nonton TV aja. Nggak usah ke dapur, nanti kecipratan minyak."

"Ih papi bisa aja nyenengin mami, mami kedalam dulu ya."

"Iya mami, ai lop yu."

"Ai lop yu, papi."

"Duh bang udin, mesra banget."

Salah seorang ibu-ibu nyeletuk, laki-laki bernama Udin itu pun tertawa bangga.

"Ini, Udin bensin?" bisik Mario ke telinga Cavin.

"Ternyata perempuan itu istrinya, bro. Heran gue, pake pelet apa tuh si keong racun. Bisa-bisanya putri duyung berjodoh sama ikan sapu-sapu." ucap Cavin kemudian.

"Berapa liter dek?" tanya Udin pada Brian.

"Satu." ujar Brian dengan nada judes. Ia kecewa menghadapi kenyataan jika perempuan tadi adalah istri Udin.

"Loh, perasaan tadi saya denger 4."

"Nggak jadi, udah menurun keinginan." ujar Brian lagi.

Udin yang tidak mengerti itu pun langsung saja mengambil satu liter minyak tanah dan memasukkannya ke dalam drigen milik Brian.

"Nih uangnya." ujar Brian memberikan uang selembar 5000 an.

Ia sendiri tidak tau berapa harga minyak tanah tersebut, Luna memberinya hanya sejumlah itu. Brian pun lalu berlalu usai menerima drigennya.

"Loh, kembaliannya?" tanya Udin kemudian.

"Nggak usah ambil aja." teriaknya sambil melengos.

Udin memandang kepergian Brian, sambil terus memegang uang yang diberikan oleh remaja itu.

"Wah, sering-sering aja nih begini. Kalau semua pelanggan gue dermawan kayak dia, bisa kaya dan bisa tambah bini baru gue. Huhui."

"Papiiiiii."

Tiba-tiba terdengar teriakan dari lantai atas, agaknya istri Udin mendengar apa yang diucapkan suaminya.

"Nggak mami, cintaku hanya padamu." ujarnya Kemudian.

Mario, Brian, dan Cavin melangkah meninggalkan tempat itu. Namun kini mata mereka tertuju pada tempat permainan dingdong, yang ada di sisi kiri mereka.

"Bro, lo berfikir sama nggak kayak gue?"

Mario bertanya pada Brian dan Cavin, ketiganya lalu tersenyum satu sama lain. Tak menunggu waktu lama, mereka pun akhirnya mendekat ke arah Timezone alakadarnya tersebut.

Mereka celingukan memperhatikan sekitar. Pada beberapa orang yang baru datang, namun langsung terlihat memasukkan koin tanpa menukarnya terlebih dahulu. Seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orang di tempat-tempat permainan.

"Tukar koinnya dimana, bro?" tanya Brian pada kedua temannya.

Mata Mario dan Cavin menjelajah sekitar. Lalu dengan inisiatif mereka mendekati seseorang, yang tampaknya adalah kasir di tempat tersebut.

"Maaf mas, tuker koin dimana ya?" tanya Mario.

"Mau tuker berapa?" tanya orang itu.

Mario merogoh kantong dan mengeluarkan uang 10.000 an. Tak lama kemudian, Cavin dan juga Brian sama-sama mengeluarkan uang dengan jumlah yang sama. Kasir tersebut sampai terheran-heran.

"Lo pada yakin, mau ditukar koin semua?"

"Loh emang kenapa?" tanya mereka bertiga.

"10.000 aja udah banyak banget soalnya. Kalian bisa main bertiga."

Mario, Brian, dan Cavin saling bersitatap. Mereka masih tidak mengerti apa yang dimaksud oleh kasir tersebut.

"Ya udah deh, atur aja." ujar Mario.

Kasir tersebut segera mengambil uang 10.000 milik Mario, lalu memberikan banyak koin. Mario, menerimanya dengan bingung. Ia dan kedua sahabatnya masih saling bersitatap.

Pasalnya jika mereka bermain di Timezone, ada koin khusus untuk kemudian bisa mereka gunakan dalam permainan. Itu pun harganya mahal, biasanya menukar 50.000 rupiah saja belum tentu bisa puas bermain.

Namun disini lain, koin yang dimaksud adalah koin benar-benar koin alias uang receh. Itulah kenapa Mario, Brian, dan Cavin kini tampak bengong menerima uang receh tersebut.

"Nggak jadi main?" tanya si kasir penasaran. Agaknya ia memperhatikan betul mimik wajah ketiga anak itu.

"I, ini mainnya pake uang koin?" tanya Brian seakan ingin menuntaskan rasa penasarannya.

Kasir itu pun tertawa.

"Lah iya, emang pake koin. Emang mau pake apa lagi, pake Tazos?"

Mario, Brian, dan Cavin makin mengerutkan kening. Namun ketiganya kini berbalik ke arah tempat dimana permainan berada.

"Tazos apaan, bro?" tanya Cavin pada Brian.

"Mana gue tau. Tazmanian Devil kali." jawab Brian.

Untung saja saat itu tempat sudah lumayan sepi. Sehingga Mario, Brian, dan Cavin tidak perlu mengantri. Dengan masih ragu-ragu, mereka lalu memasukkan koin berjumlah 100 rupiah yang ukurannya besar tersebut.

Benar saja, permainan itupun akhirnya siap di mainkan. Karena pernah memainkan beberapa game arcade di Timezone, Mario dan yang lainnya tak kesulitan dalam menggunakan semua tombol yang ada. Pada menu kotak pandora, mereka mulai memilih game apa yang akan mereka mainkan.

Pilihan mereka jatuh pada permainan yang sama yakni Street Fighter. Awal bermain, mereka tampak biasa saja. Karena di era mereka sudah banyak sekali konsol canggih dan permainan game di handphone yang berbasis online dan lebih menarik tentunya. Namun lama kelamaan mereka menikmati juga permainan itu.

Mereka bermain lagi dan lagi. Sampai akhirnya mereka lupa, jika mereka harus pulang dan menyerahkan minyak tanah pada Luna.

"Gubrak, gubrak, gubrak."

Mereka menyudahi permainan, lalu berlari-larian menuju komplek perumahan mereka. Apalagi kemudian handphone Brian pun berdering beberapa kali.

"Duh gimana ini?" tanya Brian panik. Ini pasti Luna nih yang nelpon gue.

"Angkat dulu, biar nggak makin marah nanti." ujar Cavin disela-sela nafasnya yang mulai tersengal.

"Kan kita lagi bawa minyak tanah." ujar Brian.

"Terus kenapa?" tanya Mario heran.

"Kan kalau kita ke SPBU lagi isi bensin, kagak boleh main hp. Minyak tanah kan sama kayak bensin, berasal dari dalam bumi juga."

Kali ini Mario dan Cavin kompak menghentikan langkah dan melebarkan bibir sampai kuping.

"Itu kan kalau di SPBU, Bambang." ujar Mario seakan ingin memukul kepala Brian dengan gas 3 kg.

"Lah sama aja kan?"

"Emang diri lo bermesin kayak mobil?" tanya Cavin sewot.

"Terus bisa meledak, gitu?" lanjutnya lagi.

Brian pun lalu nyengir bajing. Namun tetap dengan rasa takutnya, ia menyerahkan drigen berisi minyak tanah tersebut pada Cavin. Lalu ia pun sedikit menjauh untuk mengangkat telpon.

"Den Briaaaan, hiaaaaa."

Teriakan Luna mengagetkan Brian, buru-buru ia segera menutup sambungan telpon tersebut. Kini mereka bertiga pun bergegas untuk segera sampai dirumah.

Sesampainya disana, mereka tak bisa menghindari teriakan Luna yang membahana di seantero rumah. Hingga menyebabkan gendang telinga mereka seakan hendak pecah.

"Dari mana aja sih, orang mau masak." teriak Luna sambil bertingkah bak cacing kepanasan.

"Kan ada kompor gas." Brian membela diri.

"Den Brian, honey, bunny, sweetie. Kita itu mau masak banyak, kompor gasnya cuma dua tungku. Makanya aku suruh beli minyak tanah, buat ngisi kompor lainnya."

"Ngapain masak banyak, kayak dirumah ini banyak manusia aja."

"Besok itu kan weekend, ibunya den Brian mau ngadain arisan. Jadi kalau aku nggak masak sekarang, ibu bisa marah sama aku."

"Iya, sorry." ujar Brian lalu menyerahkan drigen berisi minyak tanah, kepada makhluk jadi-jadian tersebut. Ia pun lalu menerimanya dan pergi ke dapur.

Kali ini Brian, Mario, dan Cavin pun bisa bernafas lega.

"Untung nggak dicaplok kita, bro." ujar Mario kemudian.

"Nih punya lo."

Cavin menyerahkan satu bungkus snack pada Brian. Di tempat permainan dingdong tadi, mereka membeli 3 pcs snack. Namun belum sempat dimakan lantaran sudah ingat harus pulang.

Mereka bertiga lalu serentak membuka snack tersebut. Namun ketika ingin mengambil isinya, tangan mereka malah menyentuh sesuatu yang ganjil. Sesuatu yang bukan isi snack itu sendiri.

Mereka pun lalu sama-sama mengeluarkan hal tersebut dan memperhatikannya baik-baik.

"Tazos?" tanya mereka bertiga di waktu yang nyaris bersamaan.

"Ooo, ternyata Tazos ini bro." ujar Mario kepada Cavin dan juga Brian.

Mereka bertiga lalu tertawa. Tak lama kemudian, Cavin dan Mario pun kembali ke rumah masing- masing.

1
Sisilia Prastiwi
idenya selalu out of the box.
please kak Devy..diupdate semua novelnya.
keren² semua soalnya
Anti
ternyata cerita ini ku baca saat tahun 2021 atau 2022 ya, gk terasa banget dan aku masih nunggu lanjutan cerita ini, ayolah autor lanjutin kurang setia apa lagi aku dari nunggu capter 1 hingga capter sekarang dan d ghosting gitu aja
Defairalynn
mario adalah ak
nurhayati Faizan20
selalu keren baca karya author satu ini, lanjutin dong thor novel bagus gini sayang banget klo berhenti, semangat dan sehat terus buat authornya
Antonia Beti
episode terngakak 🤣🤣 bayangin semisal novel author dibuat film pasti lucu abis 😂😂😂
Antonia Beti
baru ngeh, daddy yg dijabar kan author rupanya dedy cobuzier ya thor 🤣🤣🤣
THE END.MD
berasa balik lagi ke masa lalu karna aku angkatan 90 da itu lumayan keras ya
dindaJS
kaaakkkk update dong :( kakak dah sehat blm?
dindaJS
kpn updatenya lg kk please
dindaJS
Up lagi kak.. Please..
Reina Sahbila
Ceritanya benar2 menarik dan sangat berbeda dari yang lain membuat orang selalu penasaran dengan kelanjutannya
Ayu efri yanti
kami menunggu, jan gosting kami para pembaca ini kak
Ayu efri yanti
di lanjut kak
Ayu efri yanti
banyak pembelajaran yg di dapat, baca sekalian brlajar
Ayu efri yanti
yuhuuu..nih cerita tentang anak smp sma banget.. seruuu mantep pokoknya
Ayu efri yanti
tetap semngat kak, baguss woyy ampe kadang sakit perut gara2 nahan tawa
dindaJS
mana lanjutannya kak ? msh ditunggu kak
Afi na
next thor, fighting
Bunda Sumuk
Ayo thor semangat terus, crazy up nya berebetkeun
Bunda Sumuk
Seru nya jika nanti kembali ke dunianya. Bisa ketemu sm temen2 nya di sana juga sama orang tua/ keluarga lintas dimensi. Dan mereka mengingat semuanya, yg akhirnya menyadari kalo Trio kuek kuek datang dr masa depan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!