Kisah yang menceritakan tentang keteguhan hati seorang gadis sederhana, yang bernama Hanindya ningrum (24 tahun) dalam menghadapi kemelut rumah tangga, yang dibinanya bersama sang suami Albert kenan Alfarizi (31 tahun)
Mereka pasangan. Akan tetapi, selalu bersikap seperti orang asing.
Bahkan, pria itu tak segan bermesraan dengan kekasihnya di hadapan sang istri.
Karena, bagi Albert Kenan Alfarizi, pernikahan mereka hanyalah sebuah skenario yang ditulisnya. Namun, tidak bagi Hanin.
Gadis manis itu, selalu ikhlas menjalani perannya sebagai istri. Dan selalu ridho dengan nasib yang dituliskan tuhan untuknya.
Apa yang terjadi dengan rumah tangga mereka?
Dan bagaimana caranya Hanin bisa bertahan dengan sikap dingin dan tak berperasaan suaminya?
***
Di sini juga ada Season lanjutan ya say. Lebih tepatnya ada 3 kisah rumah tangga yang akan aku ceritakan. Dan, cerita ini saling berkaitan.
Selamat menikmati!
Mohon vote, like, dan komennya ya. Makasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shanayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
Kenan membaringkan tubuhnya diranjang begitu sampai di rumah. Bayangan Sakala memberikan istrinya bunga tadi kembali terlintas. Dia dapat melihat wajah berseri Hanin ketika menerima bunga itu. Raut bahagia yang belum pernah dilihatnya selama ini.
"Apa betul dia sangat bahagia jika kembali bersama pria itu? Berryl benar, aku yang sudah membuka jalan untuk mereka kembali bersama, lalu apa yang salah? Kenapa dadaku terasa sesak, setiap kali melihat mareka bersama? Benarkah ini yang kuharapkan?" Batin Kenan berperang. Berbagai pertanyaan terlintas dalam benak pria itu
Di tempat lain. Terlihat Hanin berjalan menuju parkiran cafenya. Di sana sudah menunggu 3 orang yang dijumpainya tadi malam.
"Makasih nak, karena mau ikut mengantar bukde ke bandara" Buk Nanik membuka suara begitu Sakala menjalankan mobilnya kembali.
"Ndak usah terlalu sungkan bukde, kita kan keluarga. Satu lagi, Selamat ulang tahun ya bukde, semoga Allah memberikan kesehatan dan umur yang panjang.." Hanin memberikan sebuket bunga lili yang dari tadi di peluknya.
Bunga yang tadi diberikan oleh Sakala sebenarnya adalah bunga pesanan Hanin, yang akan diberikannya pada ibu pria itu. Karena cafe sedang rame, maka dia meminta tolong Sakala menjemput bunga itu ketoko sang penjual.
"Wah, indah sekali... Makasih ya nak, sejak ayah Sakala tiada, bukde tak pernah lagi menerima bunga." Buk Nanik terharu. Dia memeluk dan mencium kening Hanin.
"Kalau mama sesenang ini dapat bunga. Besok-besok Sakala belikan beserta kebunnya sekalian." Ucap pria yang duduk dibelakang stir mobil.
Semua orang tertawa. Kecuali gadis kecil yang tertidur di bangku depan.
Kenan baru selesai dengan mandi sorenya, dia melihat ke arah jam dinding. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 5, "Kenapa dia belum juga kembali?" Pria itu bergumam.
Suara ketukan pintu dari luar menepis pikiran Kenan tentang sang istri. "Masuk aja bik, nggak dikunci kok." Pria itu mempersilahkan.
"Ini aku mas." Hanin sudah berdiri disana.
Kenan melirik, kemudian berjalan kearah sofa. Mendudukkan dirinya disana.
"Tehnya mas," Hanin meletakkan secangkir teh hangat, juga beberapa potong kue, di atas meja sofa.
"Hm.. Duduklah, ada yang ingin kubicarakan denganmu." Perintah Kenan.
Hanin memandang pria itu sekilas, dia dapat melihat keseriusan dari mata suaminya. "Ada apa mas?" Hanin telah mendudukkan dirinya, di kursi kecil.
"Sebelumnya, aku ingin berterima kasih padamu, karena telah merawatku beberapa hari ini." Kenan mengambil teh, dan mulai menyeruputnya.
Hanin masih memandang, berusaha menerka, kemana arah pembicaraan sang suami.
"Tapi, aku merasa akhir-akhir ini, kita sudah mulai melintasi garis pembatas yang sudah kita sepakati dua tahun lalu." Pria itu meletakkan cangkirnya.
"Maksudnya?" Hanin terlihat mulai bingung.
"Maksudku, pernikahan kita selama ini hanyalah kepura-puraan. Seperti yang kau tau, Aku adalah kekasih sahabatmu. Kau dan aku tidak saling mencintai. Aku tidak ingin ada kesalah pahaman yang bisa saja terjadi, jika kita terus melakukan ini." Kenan menyandarkan punggung, dan menyilangkan kakinya.
"Bisakah mas lebih memperjelas arti kalimat panjangmu barusan. Aku kurang paham mas." Hanin ingin mempercepat tujuan pembicaraan mereka.
"Aku rasa, kau tidak sebodoh itu. Hingga kau tidak bisa menebak arti ucapanku." ucapnya lantang.
"Aku sedang tidak ingin bermain tebak-tebakan mas." Hanin menatap mata Kenan, hatinya mulai tak karuan.
"Kebersamaan kita akhir-akhir ini sudah melewati batas. Aku ingin kita kembali seperti sebelumnya." Kenan membalas tatapan istrinya.
"Apa hanya itu?" Hanin kembali bertanya.
"Tidak, lihatlah ini.. pilih salah satu yang kau inginkan. Aku akan membelikannya untukmu!" Kenan memberikan beberapa kertas.
Hanin meraihnya, "Apa maksudnya ini?" Kening gadis itu mengernyit saat melihat beberapa helai kertas brosur apartemen.
"Itu adalah rasa terima kasihku, atas kerja samamu selama 2 tahun ini. Kau tinggal pilih, aku yang akan membayarnya untukmu. Begitu pembelian selesai, kau bisa pindah kesana, sambil menunggu surat perceraian kita." Kenan meremas sandaran sofa, menahan rasa sakit saat mengaucapkan hal itu.
Sudut mata Hanin terlihat mulai berair. Cairan bening yang tadinya ditahan, akhirnya lepas kendali. "Hah, apa kah ini semacam tunjangan perceraian?" Hanin tersenyum tipis, mengusap sudut matanya yang kian basah.
"Kau bisa menganggapnya begitu. Kalau menurutmu kurang, aku akan menambahnya."
"Sebelumnya aku ingin menjelaskan padamu mas. Pernikahan kita ini adalah pernikahan yang sah, baik secara hukum maupun agama. Jadi, tolong jangan anggap ini adalah sebuah permainan. Aku melakukan ini dengan keikhlasan. Jadi tidak usah memberiku imbalan." Hanin mulai merasa sesak di dadanya. Dia menjeda ucapannya. Menarik nafas beberaapa kali.
"Jika memang waktu kita sudah sampai, maka terima kasih untuk semua yang sudah mas berikan selama ini. Tolong, halalkan makan dan minumku. Maaf selama aku menjadi istrimu, aku tidak bisa berbakti dengan baik. Besok aku akan pindah dari sini." Hanin berusaha tetap terlihat tenang.
"Tidak bisa secepat itu, aku harus melakukan pembayaran dulu, baru kau bisa pindah ke salah satu apartemen ini." Kenan menunjuk kertas brosur yang sudah terletak di atas meja.
"Aku tidak akan pindah kesana. Aku juga tidak menginginkan tunjangan perceraian. Aku akan pergi, sama seperti aku datang." Ucap Hanin.
"Tapi, kau berhak menerimanya." Kenan menegakkan posisi duduknya.
"Aku bersedia menikah dengan mas, bukan karena harta kekayaanmu. Tapi, karena aku ingin menutup aib tentang kesalahan yang mas lakukan. Namun, aku selalu ikhlas menjalaninya hingga saat ini. Karena itu, tolong jangan bebani aku dengan bayaran. Karena aku tidak berhak mendapatkan semua itu." Hanin meraih nampannya. Kemudian berlalu keluar kamar.
Setelah kepergian Hanin, Kenan tertunduk disana. Pria itu sedang mencoba mengendalikan hatinya. "Bagus Kenan, kau sudah melakukannya dengan baik. Kau tidak mencintai gadis itu. Semua yang kau rasakan hanyalah satu keterbiasaan. Kau terlalu sering bersama dengannya, karena itu hatimu menjadi tersentuh. Tapi lihat saja, ketika gadis itu pergi, maka kau akan kembali memikirkan Nesya. Wanita yang sudah 4 tahun ini kau cintai." Batin Kenan berusaha menguatkannya.
Pria itu sengaja menyuruh Hanin pindah, Karena dia mulai merasa ada yang tak beres dengannya. Entah sejak kapan dia mulai memikirkan Hanin, dia juga sudah mulai merasakan api cemburu saat gadis itu pergi dengan pria lain. Karena itu, sebelum semuanya terlambat, Kenan memilih untuk mempercepat perpisahan mereka.
Tapi ternyata, semua menjadi di luar kendali, hatinya merasakan sakit yang tak terkira saat mendengar kesediaan sang istri untuk berpisah.
"Ini yang aku inginkan, lalu kenapa ini sakit sekali?" Kenan menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak. Berharap sakit itu bisa segera hilang. Dan tanpa disadari olehnya, ada cairan bening yang mulai menetes disana.
Ditempat lain, Hanin juga terisak di kamarnya, dia tau kalau suatu hari perpisahan ini akan terjadi. Tapi dia tidak menyangka akan secepat dan sesakit ini.
TBC
Selamat membaca readers, mohon bantu karya ini dengan cara Vote, like, jadikan favorit dan silahkan tinggalkan komentarnya.
MAKASIH
bejad n laknat 🙏
sorry gwa baca sampe sini