NovelToon NovelToon
CINTA DI BALIK DENDAM SANG BODYGUARD

CINTA DI BALIK DENDAM SANG BODYGUARD

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia
Popularitas:690
Nilai: 5
Nama Author: Rii Rya

dendam adalah hidupnya. Melindungi adalah tugasnya. Tapi saat hati mulai jatuh pada wanita yang seharusnya hanya ia jaga, Alejandro terjebak antara cinta... dan balas dendam yang belum usai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rii Rya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

eps 5

Di sebuah ruangan yang dirancang khusus kedap suara dan bernuansa hitam putih itu, dua orang pria tampan tengah duduk berhadapan saling memasang wajah serius.

Suara ketukan meja mengawali lanjutan percakapan mereka yang sempat tertunda karena Sean harus berdiri di podium untuk membuka acara malam ini.

"Bantuan seperti apa yang kau inginkan dariku?" Sean memindahkan pulpen yang sedari tadi ia mainkan. Dia meletakkan di tempatnya semula, di dalam rak khusus pulpen berwarna emas tersebut.

Alejandro menautkan kedua tangannya didepan dan menatap kearah mantan bos nya itu lalu mulai buka suara.

"Bantu aku untuk masuk kedalam keluarga adalrich wigantara, ada hal penting yang harus aku lakukan," ucapnya dengan pasti.

Sean agak terkejut mendengar permintaan mantan anak buahnya barusan, Sean langsung bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke arah sebuah lemari yang keseluruhannya berwarna silver.

Sean memutar kunci pada lemari tersebut dan mengambil sebuah berkas lalu meletakkan nya di atas meja.

"Kau pasti membutuhkan itu, bacalah terlebih dahulu agar kau tidak buta arah." Sean kembali duduk dan menopang kedua kakinya, sesekali dia melihat bagaimana ekspresi Alejandro yang tampak serius. Sean membiarkan pria itu larut dalam aktivitas nya.

"Tuan, apa aku boleh membawa ini?" Alejandro meminta berkas tersebut untuk nya.

Sean mengangguk setuju "itu hanya sedikit informasi tentang silsilah keluarga adalrich wigantara, jika kau butuh lebih banyak, kau bisa menghubungi ku kapan saja,"

Alejandro tersenyum dan berterima kasih kepada Sean. Pria itu harus berhenti bergabung dengan BLACK PANTHER karena suatu alasan yang rumit kala itu. ibunya jatuh sakit saat mengetahui bahwa Alejandro bekerja dengan geng mafia, namun akhirnya takdir berkata lain, ibunya telah meninggal dunia ketika pria itu kembali ke rumah untuk mengabarkan pada wanita yang telah melahirkannya ke dunia ini bahwa dia sudah berhenti dari organisasi itu.

"Datanglah besok lebih awal ke perusahaan ku, aku akan merekomendasikan mu pada tuan wigantara di acara pertemuan besok,"

"Baiklah, terima kasih banyak atas bantuanmu tuan Sean," jawab Alejandro bersemangat karena mendapatkan tiket masuk menuju pembalasan dendam nya.

"Satu lagi, kenakan pakaian yang rapi dan lebih keren. aku benci melihat mu sejak dulu suka sekali memakai jaket kulit seperti ini. Kau hanya mengingatkan ku pada seseorang yang menyebalkan," ucap Sean seraya tertawa kecil lalu mengibaskan tangannya menyuruh Alejandro agar segera pergi.

"Dimana Arthur?" Tuan wigantara menghampiri Diana, istrinya yang tengah fokus merangkai bunga kedalam vas.

Wanita itu menoleh sebentar lalu kembali melanjutkan aktivitas nya tadi.

"Ada urusan apa kau mencarinya? Bukankah kau tidak suka jika putra ku berada di sekitar mu?" Raut wajah Diana berubah masam.

"Diana, aku hanya ingin mendidiknya. Dia harus bisa lebih disiplin. terlebih lagi dengan status keluarga kita saat ini," jawab Tuan wigantara.

"Mendidik seperti apa yang kau maksud? Kau hampir membunuh Arthur, kau tega melukai kepalanya!" Bentak Diana murka.

"Membunuh? Apa maksud mu!" Suara tuan wigantara ikut meninggi.

Diana berdecih lalu tersenyum menyeringai.

"Meskipun dia bukan anak kandung mu, aku tetap tidak akan terima dengan semua perbuatan mu kali ini. Aku akan menarik 30% aset ku yang ada di rumah sakit yang kau ambil alih, agar kau bisa lebih berhati-hati dalam bertindak," Setelah mengatakan kalimat tersebut, Diana, wanita yang berasal dari keluarga konglomerat yang terkenal memiliki puluhan rumah sakit besar dan beberapa perusahaan yang bergerak di bidang tekstil itu melenggang pergi.

Tuan wigantara menggeram "anak sialan itu pasti telah mengatakan yang tidak-tidak kepada ibunya,"

Pria paruh baya itu gegas menghubungi seseorang untuk mencari tahu dimana keberadaan Arthur.

Keesokan harinya di pertemuan penting partai-partai politik, Sean Rajendra turut hadir. Hari ini Sean datang bersama Alejandro.

Kali ini Alejandro tampil dengan pakaian formal. Stelan jas hitam dengan kemeja putih didalamnya beserta dasi berwarna hitam pekat, penampilan seperti itu terlihat sangat cocok untuk nya. Pria dengan tinggi badan 190 cm itu menyunggingkan senyum ke arah sang presiden yang tengah berpidato di podium.

"Dasar manusia bermuka dua, dia benar-benar serakah," gumamnya pelan membuat Sean menoleh kearah nya yang duduk tepat di sebelah nya.

"Kau tahu, dia bahkan lebih busuk dari itu," bisik Sean pelan.

"Tuan Sean, kalau begitu kenapa kau mau memberinya dukungan penuh dan banyak akses untuk mendapatkan banyak suara di pemilu lalu?" Alejandro menjadi sangat penasaran.

"Kau akan segera mengetahui nya saat waktunya tiba, Al," raut wajah Sean berubah saat melihat bagaimana adalrich wigantara tersenyum cerah diatas podium itu. Kedua tangannya terkepal erat dibawah meja.

Setelah sekitar setengah jam berlalu, Sean mengajak Alejandro menghampiri sang presiden yang berada ditengah-tengah pejabat lainnya.

"Hoo, lihat siapa yang datang, tuan Rajendra yang terhormat. Saya kira anda tidak akan hadir di acara ini," Tuan wigantara berbasa-basi.

Sean hanya membalasnya dengan senyuman tipis dan langsung memperkenalkan Alejandro sebagai asisten pribadi nya.

Setelah tuan wigantara selesai berbincang dengan beberapa pejabat tersebut, Sean kembali buka suara dan langsung membuat sang presiden terdiam beberapa saat.

"Saya kira anda butuh seorang pengawal pribadi yang kompeten dan tangguh untuk berada disekitar anda tuan wigantara. saya tahu sekali, anda pasti memiliki rahasia besar yang sangat anda jaga kan?" ucap Sean dengan nada dingin, Sean tidak perduli dan takut dengan siapa dia berbicara saat ini.

Tuan wigantara tertawa kecil menanggapi ucapan Sean barusan. "Sebenarnya saya butuh seseorang dengan ciri-ciri yang anda sebutkan tadi untuk menjadi pengawal. Saat ini saya kekurangan orang-orang tangguh seperti itu, tuan Rajendra," balas tuan wigantara namun pria itu tidak berani menatap langsung kearah Sean yang melihatnya dengan intens.

"Anda bisa menjadikannya sebagai bodyguard mu, saya bisa menjamin kemampuannya. Bagaimana? Apa anda tertarik?" 

Tuan wigantara sadar bahwa dirinya mulai tersudutkan sejak ucapan Sean tadi. Jadi mau tidak mau pria yang telah menjabat sebagai presiden itu mengangguk setuju. 

Hingga beberapa hari kemudian, Alejandro resmi menjadi bodyguard kepercayaan tuan wigantara karena Alejandro telah memperlihatkan banyak keahliannya yang tidak dimiliki oleh para pengawal lainnya di kediaman sang presiden itu.

Saat dalam perjalanan pulang, tuan wigantara meminta Alejandro untuk menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Aku ingin kau menjaga seseorang untukku, selama aku melakukan perjalanan ke luar negeri. Aku ingin kau menjaga putri ku, ELena," ucapnya sembari melempar puntung rokok nya keluar.

Alejandro mengangguk dan melirik kearah kaca lalu tersenyum singkat "kena kau sekarang!" gumamnya dalam hati.

Di sebuah ruangan berukuran besar dan di penuhi oleh beberapa lukisan hasil karya seorang gadis cantik yang tengah mengoleskan kuasnya pada kanvas.

Gadis itu menghentikan aktivitas nya saat merasakan ada seseorang yang berdiri di belakangnya.

Elena tersentak dan refleks berdiri, kuas ditangan nya terlepas dan membuat percikan cat mengenai dress berwarna putih yang dia kenakan.

"Siapa kau?!"

Alejandro tersenyum miring dan berjalan mendekati lukisan-lukisan yang telah dibuat oleh gadis itu. "Elena wigantara?" ucap nya saat melihat nama disetiap sudut lukisan tersebut.

"Kau sangat ingin di akui ya? Tapi kurasa caramu ini tidak akan berhasil sekalipun kau mengirimkan semuanya ke pameran terkenal sekalipun."

"Apa maksud mu dan siapa kau?" Elena mengangkat kursi untuk berjaga-jaga.

"Aku Alejandro, orang yang ditugaskan oleh ayahmu untuk menjaga putri rahasia nya ini," jawab Alejandro tersenyum miring.

"Sepertinya kau butuh bantuan, aku bersedia membantu mu."

"Aku tidak percaya dengan mu, sebaiknya kau pergi dari sini dan jangan kembali!" Elena tidak akan semudah itu percaya dengan orang asing. Gadis itu tetap pada pendiriannya.

Raut wajah pria itu berubah dingin, bayangan video kecelakaan tabrak lari yang menyebabkan kematian kekasihnya itu mulai menguasai kepalanya saat netra nya menatap wajah elena.

Alejandro berjalan mendekati elena membuat gadis itu mundur kebelakang dan menabrak dua kanvas lukisan yang sudah mengering hingga terjatuh.

Alejandro mencengkram kedua pipi mulus itu hingga membuat bekas merah di sana.

"Kau hanyalah seorang putri yang tidak berharga dan kau seharusnya lebih pantas mati saja!" Alejandro mendorong tubuh mungil itu dengan kasar.

Elena memegangi bahu nya yang terasa sakit karena terbentur dinding. Kedua netra hazel nya memanas melihat punggung pria itu kian menjauh. Lagi-lagi dia harus mendengar kalimat menyakitkan itu. Apakah dia benar-benar tidak pantas hidup dan menerima sebuah ketulusan?

Elena bangkit dan menyeka sudut matanya yang basah, kali ini entah yang keberapa kalinya airmata nya menetes untuk menangisi hal yang sia-sia.

Elena memungut kuas-kuas yang berjatuhan di lantai dan meletakkan pada tempatnya semula.

Gadis itu melangkah gontai menuju ke lantai bawah. Kedua kakinya berhenti bergerak saat melihat dari dinding kaca yang mengelilingi rumah itu, melihat hujan yang mulai turun.

Alejandro yang berada di sana sontak berdiri mengikuti kemana perginya gadis itu yang berlari keluar menghampiri tetesan air yang semakin deras turun dari langit malam.

Elena duduk di kursi berwarna putih dekat taman. Gadis itu mengulurkan tangannya demi merasakan tetesan-tetesan air hujan.

Hanya dengan begini, elena merasa semua kesedihannya akan berkurang, semua lukanya akan pergi bersama luruh nya air hujan yang menerpa tubuhnya.

Alejandro berlari mendekati elena yang berada ditengah hujan deras.

"Apa yang sedang kau lakukan disini, apa kau tidak sadar ini sedang hujan deras, hah!" Pria itu terpaksa meninggikan suaranya karena derasnya suara hujan yang turun.

Elena menatap tajam kearah Alejandro yang berkali-kali menyeka wajah nya dan menyugar rambutnya kebelakang.

"Ayo masuk kedalam." Alejandro menarik tangan elena namun gadis itu segera menepisnya.

Elena menatap Alejandro dengan perasaan penuh luka. Gadis berambut panjang itu menarik napasnya singkat lalu kembali melihat sosok pria yang ada di hadapannya itu.

"Dalam hidup, apa kau pernah benci seseorang?

Hingga ingin membunuhnya?" 

"Apa maksud mu?" Alejandro bisa melihat adanya luka yang tersirat dari netra hazel itu.

"Kita semua pernah bertemu dengan orang seperti itu dalam hidup. Orang... orang yang mengubah paksa dirimu," ucap elena kali ini tatapan matanya tampak lebih dingin.

"Apakah orang seperti ku tidak berhak bahagia dan apakah orang sepertimu berhak menghakimi hidup ku padahal kau tidak pernah berada diposisi ku?  setiap hari hanya berteman sepi dan terus bertarung melawan waktu hanya untuk sekedar menunggu kapan aku diperhatikan?" Elena menampilkan senyum pilu nya.

Alejandro hanya terdiam tak tahu harus menjawab apa, entah mengapa hatinya mulai merasa menyesal karena telah memperlakukan gadis itu dengan kasar dan sempat menyuruh nya untuk mati.

Alejandro hanya bisa membiarkan elena pergi meninggalkan nya. Kedua kakinya seakan mati rasa enggan mengejar jejak sepatu gadis cantik itu karena dia tiba-tiba merasa takut menambahkan luka padanya.

"Apa aku salah telah menuduhnya?" gumamnya pelan, netra nya terus melihat punggung gadis itu yang mulai menghilang dibalik pintu.

Alejandro membakar ujung nikotin nya dan menyesap nya sambil bersandar di pagar balkon. Pria itu menajamkan indera pendengarannya saat dua orang penjaga tengah berbincang menyebut nama tuan Arthur.

"Belakangan ini tuan Arthur tidak kelihatan, aku lega karena dia tidak datang untuk mengganggu nona elena," 

"Benar, aku sebenarnya kesal. Karena dia, kita dimaki-maki oleh tuan besar,"

"Nona elena ternyata berani juga melawan tuan Arthur sampai kabur membawa lari mobil nya,"

Alejandro refleks menjatuhkan rokok ditangan nya saat mendengar bahwa ternyata pemilik mobil berwarna merah itu bukanlah elena melainkan Arthur.

1
Mamimi Samejima
Terinspirasi
Rock
Gak nyangka bisa sebagus ini.
Rya_rii: terima kasih 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!