Mengisahkan Keyla Ayunda seorang janda yang baru saja kehilangan saja kehilangan suaminya namun harus menghadapi kenyataan bahwa sang adik ipar rupanya menyimpan perasaan padanya. Drama pun terjadi dengan penuh air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebenaran yang Datang Tak Terduga
Rezi menjatuhkan diri di sofa, wajahnya ditutupi kedua tangannya. “Tentu, dia menggunakan uangku untuk membelokkan cerita. Nazlian tahu transfer itu ada, dan dia memfitnah tujuannya. Tapi sungguh, Keyla, aku tidak bersalah!”
Keyla melihat keputusasaan Rezi yang tulus, dan keragu-raguan kembali menyelimutinya. Rezi memang selalu menutupi permohonan Ardito terkait hobi ekstremnya. Upgrade rem untuk balapan off-road terdengar lebih masuk akal daripada pembunuhan. Namun, fakta bahwa uang itu berasal dari rekeningnya sendiri, dan Rezi memilih untuk merahasiakannya, tetap menghancurkan Keyla.
“Kau masih berbohong, Rezi!” Keyla menangis. “Kau masih melindungi dirimu! Kau membuatku bingung! Aku tidak tahu apa yang harus aku percayai lagi!”
Keyla berlari menjauh dari Rezi, meninggalkan pria itu terpuruk dalam kehancuran. Ia tidak tahu mana kebenaran, mana fitnah, mana kebohongan, atau mana penyesalan yang tulus.
****
Istanbul. Di luar dugaan Rezi, Nazlian Inci, meskipun baru saja dipaksa menarik somasinya, tidak bisa menerima bahwa ia kalah dalam permainan. Ia tertawa penuh kemenangan setelah mengirim e-mail fitnah itu.
Nazlian duduk di meja kantornya, menikmati kemenangannya yang terasa manis. “Selamat tinggal, Rezi Deja. Biarkan Keyla yang menghancurkanmu.”
Tiba-tiba, tawa Nazlian terhenti. Suara ledakan keras mengguncang gedung tempatnya berada. Ledakan itu berasal dari salah satu showroom mewah miliknya di pusat kota.
Suara dentuman itu digantikan oleh suara yang dikenal Nazlian dari sambungan telepon yang masuk: Tawa histeris Lucia Rodriguez.
“Aku tahu kau tidak bisa menahan diri, Nazlian! Kau pikir aku akan membiarkanmu menghancurkan lagi?” teriak Lucia melalui telepon. “Ini peringatan terakhirku! Jika kau mengganggu Keyla atau Rezi lagi, aku akan menghancurkan setiap aset yang kau miliki di muka bumi! Kau akan kehilangan segalanya!”
Nazlian, yang kini benar-benar terancam secara fisik, menjatuhkan ponselnya. Ia menyadari bahwa ia telah mengusik dua iblis: Rezi yang gila karena cinta, dan Lucia yang gila karena dendam. Nazlian Inci yang angkuh akhirnya merasakan teror yang nyata.
****
Bandung. Zehra Magnolia, setelah mengalami kehancuran warungnya, tidak membiarkan dirinya tenggelam dalam duka. Ia mengumpulkan semua kekuatannya dan memanggil konferensi pers kecil, didukung oleh tim hukum sederhananya.
Di hadapan beberapa awak media lokal dan tetangga yang penasaran, Zehra mengeluarkan semua bukti yang berhasil dikumpulkan oleh detektif swastanya. Itu termasuk rekaman CCTV dari beberapa toko di dekatnya yang menangkap plat nomor mobil preman, dan catatan telepon antara Bu Runi Rosilawati dan preman lokal yang dikenal.
“Saya di sini bukan untuk meratapi warung saya yang terbakar,” kata Zehra, suaranya parau tetapi tegas. Ia menatap lurus ke kamera. “Saya di sini untuk mencari keadilan dan membuktikan bahwa kebencian dan fitnah Bu Runi Rosilawati adalah dalang di balik kehancuran properti saya!”
Zehra menunjukkan semua bukti itu, memaparkan rincian transfer uang dan komunikasi antara Bu Runi dan para preman. “Ini adalah bukti nyata bahwa fitnah ‘penglaris’ hanyalah kedok untuk menutupi kejahatan yang sebenarnya. Saya menuntut keadilan, dan saya menuntut pertanggungjawaban pidana atas pembakaran yang disengaja ini!”
****
Namun, Bu Runi, yang kini dikelilingi oleh pengacara yang entah dari mana ia dapatkan diduga dibayar oleh seseorang yang juga dendam pada Zehra, kembali berkelit.
“Semua itu rekayasa! Zehra itu gila! Wanita gila yang frustrasi setelah diceraikan suaminya!” teriak Bu Runi saat tim pengacaranya berusaha menenangkan dirinya. “Dia memalsukan bukti! Dia cemburu pada warung saya yang stabil! Dia tidak stabil secara emosional dan suka menuduh sembarangan!”
Bu Runi membalikkan fakta, menuduh Zehra berusaha menjatuhkannya karena iri. Zehra merasa jijik. Ia telah menunjukkan semua kebenaran tetapi Bu Runi kembali menggunakan senjata lama: fitnah yang menyerang mental dan reputasi. Zehra menyadari bahwa melawan kebencian buta membutuhkan lebih dari sekadar bukti; ia membutuhkan kesabaran yang tak terbatas.
“Saya tidak gila, Bu Runi,” balas Zehra, menatap tajam. “Saya adalah wanita yang berjuang. Dan saya akan pastikan keadilan ditegakkan, bahkan jika saya harus membangun warung ini di depan penjara Ibu.”
****
Sementara Zehra sedang berjuang melawan fitnah lokal, di Jakarta, puncak huru-hara yang sebenarnya terjadi.
Setelah Keyla mengkonfrontasi Rezi, Rezi kembali ke kantornya untuk mencari bukti tandingan atas tuduhan sabotase Ardito. Rezi harus membuktikan transfer uang itu hanya untuk upgrade rem. Ia menduga Nazlian Inci telah menemukan celah terbesarnya.
Namun, sebelum Rezi bisa menggali lebih jauh, flash drive misterius yang anonim dikirim ke alamat rumah Keyla. Flash drive itu berisi kumpulan dokumen dan rekaman suara yang jauh lebih detail dan lebih mengerikan daripada e-mail sebelumnya.
Keyla, yang masih bergumul dengan kebingungan, membuka flash drive itu. Ia mencari Rezi, tetapi yang ia temukan adalah sesuatu yang jauh lebih gelap.
Dokumen itu adalah hasil penyelidikan Nazlian Inci—investigasi yang awalnya dirancang untuk menjebak Rezi, tetapi berakhir dengan mengungkap kebenaran yang tidak terduga: Nazlian Inci adalah dalang sebenarnya di balik kecelakaan Ardito.
Laporan itu merinci bagaimana Nazlian, yang pada saat itu sudah mencoba menjalin kemitraan dengan Keyla dan Ardito, menjadi terobsesi pada Ardito, suami Keyla yang mempesona. Ardito menolak mentah-mentah semua godaan Nazlian dan hanya setia pada Keyla.
Nazlian, didorong oleh hasrat dan penolakan yang membakar, menyusun rencana keji. Ia menemukan titik lemah Ardito: modifikasi mobil dan kebutuhan untuk upgrade rem off-road.
Nazlian menggunakan koneksinya untuk mencari teknisi yang sama dengan yang dihubungi Rezi, lalu memeras teknisi itu. Dia memaksa teknisi itu untuk tidak hanya memasang upgrade yang diminta Ardito, tetapi juga menanamkan kerusakan digital pada sistem rem yang dipasang. Kerusakan itu dirancang untuk gagal hanya setelah beberapa waktu penggunaan.
Rekaman suara yang menyertai dokumen itu adalah rekaman telepon antara Nazlian dan teknisi yang ketakutan.
Suara Nazlian: “Aku tidak peduli! Buat rem itu gagal saat dia sedang ngebut. Jangan sampai ada bukti. Aku ingin dia meninggal, dan Keyla Ayunda akan sendiri. Aku akan memiliki warisannya, dan aku akan memiliki dia.”
****
Flash drive itu juga mengungkap mengapa transfer uang dari Rezi ada di sana. Nazlian sengaja mengatur agar teknisi itu meminta sebagian pembayaran melalui rekening Rezi, untuk menciptakan alibi palsu yang akan menargetkan Rezi sebagai pembunuh jika kecelakaan itu diselidiki. Rezi tidak bersalah, tetapi ia dijadikan kambing hitam.
Keyla menjatuhkan mouse komputernya. Seluruh ruangannya terasa berputar. Rezi tidak membunuh Ardito. Nazlian Inci yang melakukannya.
Wanita Turki itu, yang merencanakan pembunuhan karena hasrat terlarang pada suaminya dan keinginan untuk menguasai Keyla.
Keyla tertawa histeris, tawa yang menyakitkan. Ia membenci Nazlian karena somasi. Ia membenci Rezi karena intervensi. Tetapi ternyata, musuh yang sebenarnya jauh lebih mengerikan.