Update Every day
Qing Lou tak tahu kenapa, ia terjebak di dunia entah apa ini. Dan di paksa melakukan hubungan dengan pria asing, yang katanya akan menikahinya.
mengira itu omong kosong seorang pria, siapa sangka pria itu membawanya..tidak, tidak...lebih tepat menculiknya.
dan ya...
cari sendiri kelanjutannya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NINI(LENI), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
Entah ini disebut jamuan makam bersama ataukah jamuan adu keromantisan.
"Yang Mulia...lebih baik saya duduk di tempat saya.." jawabnya dengan tersenyum dan merasakan tatapan arah padanya, dengan tatapan membunuh.
"Kenapa?!" jawabnya dengan singkat jelas dan padat.
Dia bilang 'kenapa?' sungguh Qing Lou ingin melempar atau menendang pria di depannya dengan jawaban yang tak masuk akal sama sekali.
Dan harus tahu jawabannya sendiri...
Tapi, Kaisar Lian Zhen naik ke atas dan duduk di tempatnya. yang membuat nafas Qing Lou lega serta duduk di tempatnya.
Dan perjamuan makan malam dengan para pejabat dan keluarga kerajaan resmi di mulai. Dengan para penari masuk ke dalam dan semuanya mulai makan dengan senang.
Begitupun Qing Lou, yang sibuk mengicipi segala masakan dari istana yang terlihat berbagai macam ekspresi disana, membuat orang lain tersenyum melihatnya...hanya kaisar.
Karena pada dasarnya, mata kaisar tak bisa lepas dari Qing Lou dan itu membuat disana merasa tidak seperti biasanya, hanya ada perasaan iri, meremehkan, marah, cemburu dll.
Sedikit gerakan dari wanita itu, bahkan sekadar memperbaiki posisi duduk, langsung menarik perhatian sang kaisar.
Para pejabat yang biasanya berargumen tegas kini bicara seperti berjalan di atas kaca.
Permaisuri menatap mereka dengan dingin, mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Setelah melakukan percobaan itu, dan ternyata Lian Zhen terobsesi pada wanita itu.
malam makin larut, sehingga Qing Lou bosan sampai merebahkan wajahnya di meja dengan cemberut serta mengetuk meja beberapa kali.
Kaisar berdiri, dan langsung semua berdiri secara otomatis walaupun dengan keadaan tidak siap. "selir Agung, ayo berdiri yang mulia ingin keluar..."
Dengan wajah malas, berdiri dengan perasaan yang tidak iklas.
Namun saat ingin keluar dan tiba-tiba berhenti...
Berhenti tepat di depan Qing Lou. Tanpa memberikan ruang bagi siapa pun untuk protes, tangannya meraih pergelangan tangan wanita itu.
"Ikut aku," katanya genggamannya terlalu hangat.
Awalnya Qing Lou bingung dan rasanya ingin menolak. Seakan tidak diberi kesempatan untuk menolaknya, tangannya di tarik dengan perlahan dan tatapan tajam Lian Zhen.
"ehh..."
"Yang Mulia!" permaisuri Ning Fei bersuara, suaranya diredam dengan sopan yang dipaksakan. "Selir Agung seharusnya kembali ke kediamannya. Etiket—"
Lian Zhen menoleh, dengan aura yang begitu dingin.
"Apa aku meminta pendapatmu?"
Semua orang membeku, mendengar suara Kaisar yang begitu dingin pada sekelas Permaisuri dan memilih dengan selirnya yang selalu di tatap penuh dengan kelembutan.
Permaisuri mengepalkan ujung jubahnya hingga jarinya memutih. Namun ia memasang senyum palsu, harus tenang. "Tentu saja, Yang Mulia."
Dan tentu membuat dendam untuk Qing Lou semakin besar tanpa ada orang yang mengetahuinya, bahkan seorangpun.
Sampai mata memandang dua orang itu, perlahan menghilang dan muncul banyak perdebatan di sana, Permaisuri Ning Fei ikut meninggalkan ruangan perjamuan.
"Qing Lou...kau yang memulai hari ini, maka jangan salahkan aku. Jika kau mati, jangan salahkan diriku...ini semuanya karenamu!" bisiknya.
"Permaisuri, anda baik-baik saja?" tanya pelayannya yang melihatnya dengan rasa cemas.
"Tak apa, kita kembali..." ucapnya dengan dingin.
"Baik!"
...----------------...
Sedangkan di tempat lain, Qing Lou jalan dengan tergesa gesa. bukan karena keinginannya, melainkan karena Lian Zhen menyeretnya pelan ke ruang pribadinya, jangan lupa kaki lebarnya itu.
Begitu pintu ditutup, dan Qing Lou bukannya panik. Lagi sibuk ngatur nafasnya, kayak habis maling rumah orang.
Tanpa sadar berasa dalam kandang harimau.
Qing Lou baru membuka mulut karena kesal, tapi pria ini mencondongkan tubuhnya. Seakan tak memberikan jeda untuknya bernafas.
"Tadi… aku hampir membawamu kembali ke pangkuanku di depan pejabat," gumamnya pelan.
Qing Lou terhenyak.
"A-apa kau gila?! Kalau bukan aku mengingatmu pasti sudah melakukannya?" Jawab Qing Lou dengan nadanya naik satu oktaf.
"Untukmu, iya," jawabnya datar. "Sangat."
Dan seolah membuktikan kata-kata itu, Lian Zhen meraih pinggulnya, menariknya lebih dekat. Hanya beberapa jengkal lagi bibir mereka bersentuhan.
"Aku benar-benar ingin—" suara Lian Zhen terpotong
Tok tok tok.
Suara penolong Qing Lou, akhirnya bisa menghela nafas lega.
Kasim kepala berdiri di luar. "Yang Mulia, para pejabat menunggu keputusan Anda mengenai pembagian wilayah barat dan—"
Apa katanya pembagian wilayah? mustahil dan alasan saja mereka, hanya ingin menganggu kebersamaan dengan gadis kecilnya.
Wajah Lian Zhen menggelap. "Pergi."
"Tapi—"
'Aku bilang… pergi."
Suara itu begitu rendah dan berbahaya hingga kasim itu hampir jatuh berlutut sebelum bergegas mundur.
Qing Lou menatapnya tak percaya, pria yang begitu lembut walaupun enggan mengatakan itu. Tapi kebenarannya begitu, sekarang melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau bisa sedingin itu, dan tidak teriak.
"Sebenarnya apa maupun?"
"Kamu..."gumamnya, mengusap pipi Qing Lou. "Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu."
Wanita itu menyingkirkan tangannya, wajahnya memerah. "Kalau kau terus begini, kau benar-benar akan dibenci seluruh kerajaan."
"Biarkan mereka."
"Permaisuri tidak akan diam—"
"Itu urusanku." Jawabnya dengan mantap dan saling menatap satu lain.
Rasanya ada daya tarik pada pria brengsek ini, untuk mendekat ke arahnya. Walaupun ia tahu ini salah...
...----------------...
Permaisuri berjalan di koridor istana bagian dalam dengan langkah tertahan namun penuh amarah. Para pelayan menunduk dalam-dalam, merasakan hawa dingin menguar dari tubuhnya.
Begitu pintu ruang pribadinya tertutup, wajah ramah itu jatuh seketika.
"Selir rendahan itu…" desisnya.
"Berani sekali memikat Kaisar sampai sebegitunya."
Seorang pelayan yang paling dekat dengannya memberanikan diri bicara.
"Yang Mulia, jika keadaan dibiarkan… posisi Anda akan—"
"Aku tahu!" bentaknya, pecahan pualam kecil terlempar dan jatuh ke lantai. Permaisuri menekan pelipisnya.
Lalu perlahan tersenyum tipis.
"Baik. Jika Kaisar melindunginya di depan umum… maka aku akan menyerangnya dari tempat yang tidak bisa dijangkau Kaisar, yaitu kematian."
Pelayan itu menelan ludah.
"Apa rencana mu, Yang Mulia?"
Permaisuri mendekat dengan senyum dingin.
"Katakan pada para selir lain… aku akan mendukung mereka."
Dengan mereka yang bergerak, maka dirinya juga yang menikamatinya. mereka yang mengarahkan pisau dan ia sebagai pemain yang berada dalam bawah bayangan.
Ia tak percaya, wanita seperti mereka pasti akan melakukan segala cara untuk mempertahankan posisinya, walaupun dengan cara hal kotor.
Bahkan tak tahu akibat perbuatan dari mereka.
Dan Qing Lou menjadi target.
...Kembali ke Qing Lou…...
Setelah Lian Zhen akhirnya mampu melepaskannya (dengan sangat sulit), Qing Lou berjalan pulang ke kediamannya. Setiap langkah membuatnya ingin mengutuk laki-laki obsesi itu, namun bibirnya justru memanas mengingat ciumannya.
Ia baru masuk kamar ketika seorang pelayan datang membawa kotak panjang berlapis emas, kenapa ada benda mewah di kediamannya.
"Selir Agung… hadiah dari Yang Mulia."
"Hadiah?" tanyannya dengan heran dan hanya di balas anggukan dari pelayannya.
Karena penasaran mendekat dari tempatnya. "Hadiah apa lagi…" gumam Qing Lou, membuka kotak itu.
Begitu penutupnya terangkat, napasnya tertahan.
Di dalamnya—
sebuah jubah phoenix berwarna merah darah, bordiran emas yang hanya dipakai gelar tertinggi, dan ornamen rambut bertingkat.
Ia menjatuhkan tutupnya, tak hanya mewah tapi ini adalah jubah status paling tinggi dan sangat mulia...Jubah Gelar Permaisuri.
Dan kenapa ada di tempatnya?
"Ap… apa ini? Kau yakin tidak salah antar?"
"Tidak, Selir Agung. Kasim bilang… ini adalah persiapan masa depan Anda."
Qing Lou hampir jatuh.
Dan berita jika menyebar ke seluruh istana, maka Permaisuri itu benar-benar akan membunuhnya dengan caranya.
Qing Lou tak suka dan merencanakan melarikan diri.
Permaisuri menjatuhkan cangkirnya hingga pecah.
Dan Lian Zhen… hanya tersenyum puas di ruang kerjanya.
"Sekarang… mari kita lihat siapa yang berani menyentuhnya."
..._BERSAMBUNG_...