Malam bahagia bagi Dila dan Arga adalah malam penuh luka bagi Lara, perempuan yang harus menelan kenyataan bahwa suami yang dicintainya kini menjadi milik adiknya sendiri.
Dalam rumah yang dulu penuh doa, Lara kehilangan arah dan bertanya pada Tuhan, di mana letak kebahagiaan untuk orang yang selalu mengalah?
Pada akhirnya, Lara pergi, meninggalkan tanah kelahirannya, meninggalkan nama, kenangan, dan cinta yang telah mati.
Tiga tahun berlalu, di antara musim dingin Prancis yang sunyi, ia belajar berdamai dengan takdir.
Dan di sanalah, di kota yang asing namun lembut, Lara bertemu Liam, pria berdarah Indonesia-Prancis yang datang seperti cahaya senja, tenang, tidak terburu-buru, dan perlahan menuntunnya kembali mengenal arti mencintai tanpa luka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab: 16
Pagi itu, Cafe de Lune sedang ramai pengunjung. Hari kerja yang sibuk membuat meja-meja penuh dengan orang-orang yang menginginkan secangkir kopi hangat sebagai pengantar hari mereka di hari yang dingin.
Suara gelas beradu, obrolan pelan dalam berbagai bahasa, Prancis, Inggris, dan campuran aksen Eropa lainnya mengisi ruang kecil itu dengan kehidupan. Aroma croissant dan kopi segar bercampur, menambah kehangatan di tengah dinginnya pagi Annecy.
Lara dan Bella bergerak lincah di antara meja, melayani pelanggan dengan senyum yang tak pernah pudar.
“Un espresso pour monsieur,” ucap Bella sambil menaruh secangkir kopi hitam pekat di depan pria paruh baya yang duduk dekat jendela dengan bibir yang menyunggingkan senyum lebar yang manis.
“Mau croissant tambahan, Mademoiselle?” tanya Bella pada pelanggan muda yang sedang membuka laptop di meja sebelah.
“Oui, merci,” jawab pelanggan itu sambil tersenyum.
Di tengah kesibukan itu, tawa Bella dan suara mesin kopi Lara saling melengkapi, menciptakan irama yang membuat kafe terasa seperti rumah kecil di tengah kota yang sibuk.
Pintu kaca Cafe de Lune terbuka perlahan, disambut denting lonceng kecil di atasnya. Seorang wanita paruh baya dengan mantel wol tebal dan syal merah anggur melangkah masuk, membawa aroma musim dingin yang segar bersamanya. Wajahnya bersinar hangat, pipinya kemerahan karena udara luar.
“Bonjour, ma cherie!” sapanya ceria begitu melihat Lara di balik bar kopi.
Lara menoleh dan tersenyum lebar. “Bonjour Madame Rose!”
“Aku tidak bisa lewat begitu saja tanpa mampir. Sepertinya salju akan turun lebih deras sore nanti,” ucapnya sambil melepas sarung tangannya. Lara hanya membalas dengan senyum ringan.
“Cafe au lait seperti biasa, Madame Rose?” tanya Lara.
“Ya, dengan sedikit kayu manis,” jawab Madame Rose sambil mengedipkan mata jenaka. “Kayu manis, membuat hariku manis juga.”
“Bien sur,” sahut Lara, lalu segera membuat pesanan wanita paruh baya itu.
Madame Rose memilih duduk di meja kecil dekat jendela, tempat favoritnya yang menghadap ke jalanan sempit berbatu yang basah oleh salju tipis. Ia membuka buku bersampul kulit dari dalam tasnya, tapi matanya lebih sering memperhatikan Lara di balik bar.
Bella lewat di dekatnya, meletakkan sepiring pain au chocolat di meja sebelah. “Hari ini dingin sekali, Madame. Tapi kamu tetap terlihat paling chic,” katanya dengan senyum nakal.
Madame Rose terkekeh kecil. “Bella, kalau tidak tampil rapi di tengah salju, nanti aku bisa tenggelam jadi manusia salju!”
Beberapa pelanggan ikut tersenyum mendengar celetukannya. Sosok Madame Rose memang seperti magnet kehangatan di tengah pagi yang beku.
Tak lama, Lara kembali membawa secangkir café au lait dengan taburan kayu manis di atas buih susunya. Ia meletakkannya dengan hati-hati di depan Madame Rose.
“Merci, sayang,” ucap wanita itu pelan, lalu menatap Lara dengan pandangan yang dalam dan penuh perhatian.
Madame Rose menyeruput kopinya perlahan, menikmati hangatnya minuman yang mengusir dingin dari ujung jemarinya. Ia menatap Lara yang sedang membereskan nampan kosong di dekatnya, lalu tersenyum penuh arti.
“Ngomong-ngomong,” ucapnya ringan namun penuh maksud, “ponakanku yang dari Lyon akan berkunjung akhir pekan ini.”
Lara menoleh setengah, matanya langsung menangkap ekspresi khas Madame Rose yang membuatnya ingin tertawa dan menghela napas sekaligus.
“Madame...” ucapnya setengah protes.
“Apa? Dia tampan, tinggi, dan sopan,” Madame Rose bersikeras, tangannya melambai-lambai seperti sedang menjelaskan daftar kualitas terbaik seorang pria. “Dan dia suka buku! Sama seperti kamu, n’est-ce pas?”
Lara terkekeh kecil, menaruh nampan di meja sebelum menyilangkan tangan. “Saya bahkan belum pernah bertemu dia, Madame.”
“Itu justru poinnya!” seru Madame Rose dramatis. “Surprise! Bukankah hidup ini lebih menarik kalau penuh kejutan?”
Bella yang lewat di belakang menahan tawa sambil berbisik, “Madame Rose selalu punya ‘ponakan baru’ setiap minggu.”
“Astaga, Bella, jangan menghancurkan misi cintaku!” Madame Rose pura-pura cemberut, tapi matanya berbinar penuh semangat.
Lara hanya bisa menggeleng pelan, setengah geli setengah terharu. Meski kadang terlalu antusias, usaha Madame Rose untuk mencarikan kebahagiaan kecil dalam hari-harinya selalu terasa tulus.
“Terima kasih, Madame, tapi saya masih nyaman sendiri,” ucap Lara lembut.
Madame Rose mendesah dramatis, tapi menyerah untuk sementara. “Baiklah, tapi jangan salahkan aku kalau suatu hari dia masuk kafe ini dan kamu langsung jatuh cinta padanya. Love finds you when you least expect it, ma cherie.”
Bella, yang sejak tadi sibuk, menyipitkan mata ke arah mereka sambil menaruh nampan kosong. Dengan nada setengah bercanda, ia bersandar sedikit ke meja Madame Rose dan berkata,
“Mais Madame, aku penasaran, kenapa kamu tidak pernah menawarkan ponakanmu padaku? Apakah aku tak termasuk dalam daftar pencarian jodoh untuk para ponakanmu itu?”
Lara nyaris tertawa sambil membenarkan apron-nya.
Madame Rose menoleh pelan, bibirnya membentuk senyum kecil, lalu mengangkat alisnya sedikit, gerakan khasnya saat akan menggoda seseorang.
“Ah, Bella, mon coeur,” ujarnya dengan aksen lembut. “Kamu terlalu... berbahaya untuk mereka. Mereka anak-anak manis yang suka duduk tenang. Sementara kamu, kamu adalah badai kecil yang tak bisa diprediksi.”
Bella menaruh tangan di dada, memasang ekspresi ‘tersinggung’ yang jelas pura-pura.
“Oh, jadi aku ini ancaman? Bukankah itu yang membuat hidup lebih menarik, Madame?”
Madame Rose tertawa kecil, lembut dan hangat. “C’est vrai... tapi kalau kamu bertemu pria yang tepat, hmm, mungkin aku akan mempertimbangkan. Untuk saat ini, ponakanku yang satu itu, lebih cocok untuk Lara. Calm, poetic, un peu melancolique... seperti salju yang turun diam-diam.”
Bella mendecak pelan, lalu membalikkan badan dengan gaya dramatis berlebihan.
“Baiklah. Aku akan mencari cintaku sendiri. Tapi jangan salahkan aku kalau suatu hari nanti, salah satu ponakanmu justru jatuh cinta padaku!”
“Tentu, cherie. Dan kalau itu terjadi, aku hanya akan tersenyum dan berkata, I warned him,” jawab Madame Rose sambil menyeruput cafe au lait-nya.
Tawa kecil terdengar di antara mereka bertiga. Obrolan pagi itu, seperti taburan kayu manis di atas kopi hangat, ringan, manis, dan meninggalkan rasa nyaman yang tak mudah hilang.
Lara❄️❄️❄️
Selain seorang wanita muda yang lugas dan seorang pria muda dengan lelucon-lelucon aneh yang entah kenapa tetap lucu, ada juga seorang wanita paruh baya yang memikat perhatian dengan caranya sendiri, anggun, hangat, dan selalu punya cara membuat suasana lebih hidup.
🌨️🌨️🌨️
Terjemahan...
Un espresso pour monsieur\= Satu Espresso untuk tuan
Merci\= Terimakasih
Bonjour, ma cherie\= Terimakasih, sayangku
Bien sur\= Tentu saja
C’est vrai\= Itu benar
poetic\= Puitis
un peu\= Sedikit
melancolique\= Melankolis
(Cafe au lait) adalah kopi susu
********
Untuk readers selamat datang di karya baru author, untuk yang sudah membaca. Terima kasih banyak, jangan lupa support author dengan like, komen dan vote cerita ini ya biar author semangat up-nya. Terima kasih😘😘😘
Aku udh mmpir.....
Dr awl udh nysek,kbyang bgt skitnya jd lara....d khianati orng2 trdkatnya,apa lg dia tau kl dia cm ank angkat.....btw,hkum krma udh mlai dtang kya'nya....mnimal tau rsanya khilangn dn smga mrsakn pnyesaln s'umr hdp.....
sekarang nikmati saja karma kalian
masa ga bisa move on Ampe tuir gitu come on