Di tuduh melakukan kejahatan yang tidak dia lakukan. Adnan bintan pratama terjatuh ke lubang hitam dan mendarat sendirian di dunia asing, yang di penuhi hewan mutan berbahaya.
Ia harus memecahkan teka-teki ruang dan waktu
untuk menemukan pesan tersembunyi di dalam lubang hitam itu sendiri, Satu-satunya harapan bertahan hidup, membersikan namanya,
dan mengungkapkan misteri dunia baru ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyuadnan Saputra 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB16
Adnan merasa bingung dengan reaksi yang terlalu berlebihan ini. Seketika mereka langsung bertatap muka, dan suasana canggung mulai menyelimuti tempat itu. Adnan pun menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Di mana teman-temanmu? Kenapa tidak bersamamu?" tanya Adnan, mencoba memecah keheningan.
Evanthe, berusaha keras mengendalikan nada suaranya, menjawab, "Kami terpisah saat dikejar Serigala Purnama, Tuan. Dan... ada penghianat di antara kami."
Serigala? Adnan bergumam dalam hati. Mungkin Serigala Ganas yang dikatakan Vili.
"Buat apa kalian di tempat ini?" tanya Adnan lagi.
"Kami mencari Bunga Malam," jawab Evanthe.
"Bukannya ini suatu kebetulan?" jawab Adnan dalam hati, sambil tersenyum kecil.
"Eventhe... Tuan Bintang," Evanthe mengoreksi dirinya. "Tuan tidak mencari teman Tuan?"
"Teman? Aku? Aku sendirian," jawab Adnan begitu saja, tanpa berpikir panjang.
Evanthe tercengang. Sendirian? Di tengah hutan mematikan ini, tanpa pengawal atau penjaga di sampingnya?
Orang dari Keluarga Bintang adalah penggila beladiri! batin Evanthe, terkejut. Mereka melatih diri dengan cara yang tidak masuk akal!
"Adnan... dengan santinya, aku juga di sini sebenarnya mau mencari Bunga Malam," ucap Adnan, memberanikan diri.
Apa? Evanthe semakin terkejut. Dengan status Keluarga Bintang yang sangat kuno dan terkenal, tidak mungkin mereka tidak memiliki atau menyimpan Bunga Malam—tanaman spiritual yang tergolong penting. Kenapa salah satu keturunannya harus bersusah payah mencarinya di hutan berbahaya?
Evanthe kemudian berkata dengan sopan, "Bisakah Tuan berbalik belakang sebentar?"
"Buat apa?" Adnan menjawab sambil berbalik.
Betapa terkejutnya Evanthe melihat tanda di pundak kiri Adnan yang kini disinari samar-samar oleh cahaya bulan. dibalik sobekan baju yang tidak sengaja tersingkap, terlihatlah separuh gambar bintang dan siluet serigala dan naga, serta separuh lingkaran mantra yang mengelilingi.
Dengan nada terbata-bata, Evanthe kembali panik. "T-t-t-t-tu... Tuan... bisakah Tuan membuka baju Tuan?"
Adnan berbalik menghadap Evanthe lagi, matanya menunjukkan rasa kesal. "Buat apa?"
Evanthe semakin ketakutan. "T-t-t-tidak, Tuan Bintang! Tolong Tuan jangan marah! Hamba tahu hamba salah! Maaf, Tuan!" Evanthe bersujud sambil menangis, memohon ampunan. Ia yakin, keingintahuannya barusan adalah bentuk penghinaan.
"Ayolah!" desah Adnan dengan nada kesal, menyuruh Evanthe diam.
Evanthe langsung diam, tubuhnya kaku di tempat.
"Oke, aku akan membuka bajuku. Tapi sebentar saja. Setelah kamu puas melihat punggungku, aku akan memakai kembali bajuku," kata Adnan, mengalah.
Adnan pun membuka baju atasnya. Seketika, tato simbol di punggung kirinya terlihat jelas. Dalam cahaya rembulan, tato itu tampak seperti hidup dan bercahaya lemah.Mengambarkan bintang yang, dikelilingi 5 binatang, Harimau, Singa, Naga, Serigala, dan Qilin. Dan juga tulisan aneh yang melingkari simbol tersebut Evanthe pun menutup mulutnya rapat-rapat, menahan gejolak teriakan kaget yang tertahan di tenggorokannya. Tato itu memang tanda yang ia duga.
"Sudah puas?" gumam Adnan dengan kesal. Wanita yang aneh, pikirnya.
Evanthe membuang semua pikiran aneh dan ketakutannya ke satu sisi. Saat ini, yang terpenting adalah menyelamatkan diri dan, secara strategis, membuat dirinya berguna bagi Tuan Bintang ini.
Tanpa sadar, dia menawarkan dirinya kepada Adnan sebagai pemandu.
"Tuan Bintang, jika Tuan berkenan, aku tahu di mana letak bunga itu. Aku bisa mengantar Tuan Bintang ke sana, kalau Tuan tidak keberatan," ujar Evanthe, suaranya kini lebih terkontrol namun penuh hormat.
Adnan pun bertanya dengan nada bodoh, pura-pura tidak tahu tempat itu. "Di mana tempat itu? Apakah jauh?"
Evanthe langsung melihat bulan dan ke sekelilingnya, merasakan arah mata angin. "Kayaknya kita akan ke Hutan Tengah di bagian timur, Tuan."
"Oooo," kata Adnan. "Ayo berangkat! Jangan tunda lama-lama lagi."
Evanthe segera bangkit dan mengikuti langkah Adnan. Ketika mereka mulai berjalan, Evanthe merasa perlu menjelaskan situasinya.
eh btw sedikit koreksi, ada typo di awal thor 😌