NovelToon NovelToon
Mendadak Nikah : Jodohku Ternyata Seberang Rumah

Mendadak Nikah : Jodohku Ternyata Seberang Rumah

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cintapertama
Popularitas:12k
Nilai: 5
Nama Author: F.A queen

Sagala terkejut bukan main saat tetangga depan rumah datang menemuinya dan memintanya untuk menikah dengan putri mereka secepatnya. Permintaan itu bukan tanpa alasan.

Sagala mendadak pusing. Pasalnya, putri tetangga depan rumah adalah bocil manja yang baru lulus SMA. Gadis cerewet yang sering mengganggunya.

Ikuti kisah mereka ya. Ketika abang adek jadi suami istri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F.A queen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Permintaan Orang Tua Annisa

"Wa'alaimumussalam, Gal." Suara Bu Hanifah menyabut. Lalu terlihat berjalan menghampiri dan disusul oleh Pak Suprap di belakangnya.

Sagala menyalami mereka berdua dengan sopan.

"Jam berapa tadi datengnya, Gal?" Tanya Pak Suprap setelah mempersilahkan Sagala duduk.

"Jam lima, Pak," jawab Sagala.

"Lebih lima menit," sahut Annisa.

Sagala menoleh menatapnya, seolah bilang, lima menit nggak ngaruh, Bocil.

"Nisa, ikut Ibu ke belakang ayok." Bu Hanifah mengajak Nisa ke dalam. Annisa patuh mengikuti ibunya.

Sementara di ruang tamu. "Berapa hari di sini, Gal?" Tanya Pak Suprap.

“Lusa udah harus balik, Pak,” jawab Sagala dengan nada tenang dan sopan.

Pak Suprap mengangguk pelan. “Lusa, ya…” gumamnya, seolah menghitung waktu di kepalanya.

Ia kemudian menatap Sagala dalam-dalam, tatapan seorang ayah yang hendak menitipkan putri kesayangannya. “Nisa sudah mempersiapkan semuanya, Gal. InsyaAllah dia siap ikut kamu ke ibu kota.”

“Terima kasih sudah mengizinkan saya membawa Nisa, Pak,” ucap Sagala tulus, menundukkan kepala sedikit.

Pak Suprap tersenyum samar. “Tentu, Gal. Bagaimanapun juga, kalian sudah sah menjadi suami istri. Sudah seharusnya Annisa ikut denganmu.”

Ia berhenti sejenak, menarik napas panjang sebelum melanjutkan, suaranya lebih berat. “Namun…” ia menatap Sagala dengan sorot mata yang dalam.

“Pernikahan kalian belum bisa terdaftar di catatan negara, karena usia Annisa masih delapan belas tahun. Sedangkan batas minimal menikah adalah sembilan belas tahun,” jelas Pak Suprap dengan suara tenang tapi tegas.

Sagala mengangguk pelan. “Iya, saya mengerti, Pak. Tidak apa-apa.”

Pak Suprap menghela napas kecil, lalu menatap Sagala lebih dalam. “Maka dari itu, Bapak ingin meminta sesuatu darimu, Gal.”

Sagala duduk sedikit lebih tegak. “Silakan, Pak.”

“Pernikahan kalian belum tercatat negara, dan usia Annisa juga masih sangat belia. Jadi…” Pak Suprap menunduk sebentar, seolah menimbang kalimat berikutnya. “Gal, mohon maaf sebelumnya. Maaf kalau permintaan Bapak menyinggungmu.”

Sagala hanya diam, menunggu.

“Kami minta kalian menunda momongan dulu, sebelum pernikahan kalian resmi tercatat dalam catatan negara.”

Sagala kembali mengangguk. Tatapannya lembut, tapi mantap. “Bapak tenang saja. Saya tidak akan merusak Annisa.”

Pak Suprap buru-buru menggeleng. “Bukan, bukan begitu maksud Bapak, Gal.” Ia tersenyum kecil, mencoba mencairkan suasana. “Kalian sudah sah secara agama. Sudah sewajarnya saling mengasihi lahir dan batin. Bapak cuma minta, kalau bisa, tunda dulu punya anak, ya?”

Sagala menunduk hormat. “Baik, Pak.”

Keheningan sejenak menyelimuti ruang tamu itu, hening yang justru terasa penuh rasa saling menghargai.

Setelah perbincangan itu, Pak Suprap mengajak Sagala ke dalam, menuju ruang keluarga. Di sana, ia sengaja membiarkan Sagala dan Annisa duduk berdua.

Sagala bersandar sebentar di sandaran sofa, menatap Annisa yang duduk di sampingnya.

“Kamu tahu kan kenapa Abang pulang hari ini?” tanyanya pelan.

Annisa mengangguk kecil. “Iya, Nisa tahu.”

“Kamu udah mikirin semuanya?”

“Sudah,” jawabnya singkat.

“Beneran mau ikut Abang?”

Annisa kembali mengangguk. “Iya. Kata Ibu sama Ayah, aku harus ikut Abang ke Ibu Kota.”

Sagala menarik napas panjang, lalu menatapnya lebih dalam.

“Kalau kamu sendiri gimana?”

“Maksud Abang?”

“Abang cuma mau tahu… kamu mau ikut Abang karena kamu mau, atau karena disuruh Ibu sama Ayah?”

Annisa diam beberapa detik. Tatapannya berpindah ke lantai, jari-jarinya saling meremas.

“Aku harus jawab apa?” katanya lirih. “Sebenarnya aku pengen di sini, sama Ibu dan Ayah… tapi aku juga pengen bareng Abang. Gimana dong?”

Sagala tak bisa menahan senyumnya. Ia terkekeh pelan.

“Abang nggak maksa kamu buat ikut. Kalau kamu pengen di sini, nggak apa-apa. Nanti uang jajan Abang transfer tiap minggu.”

Annisa langsung menatapnya, wajahnya mengerucut. “Abang nggak pengen aku ikut?”

Sagala tertawa kecil. “Abang cuma nggak mau kamu terpaksa.”

“Aku nggak terpaksa,” jawab Annisa cepat. “Aku mau ikut Abang. Ikhlas, kok.”

Sagala menatapnya, “Bener? Ntar nyesel nggak, Dek?”

“Enggak lah. Kan sama Abang.” Annisa tersenyum malu, pipinya sedikit memerah.

Sagala mengangguk. "Ok. Berarti deal ikut Abang ke ibu kota ya. Jangan baru sampai sana malah minta dianterin pulang."

"Asal Abang nggak jahat, aku pasti betah tinggal di rumah Abang."

"Emang Abang pernah jahat sama kamu?"

"Enggak." Annisa menggeleng imut. Sagala mengacak rambutnya asal.

"Abang pulang dulu ya." Sagala pamit. Ia berdiri dari sofa.

"Iya." Jawab Annisa. Ia mengantar Sagala sampai depan pintu. "Bye Abang. Hati-hati," ucapnya.

"Lima langkah doang."

"Takut ada tai kucing ke injek." Sahut Annisa.

🌱🌱🌱

Keesokan harinya, di kamar Annisa.

Bu Hanifah memasukkan pakaian Annisa ke dalam koper satu per satu. Setiap kali sehelai pakaian terlipat di tangannya, ia kecup dulu, lembut, seolah menitipkan doa di setiap serat kain. Ia menatanya dengan rapi, tanpa banyak bicara.

“Ibu, besok aku pakai sweater ini aja, ya,” kata Annisa, mengangkat sweater abu-abu favoritnya.

“Iya, itu lebih hangat,” jawab Bu Hanifah tanpa menoleh. Suaranya serak, nyaris bergetar.

Annisa diam, meletakkan sweater itu di atas kasur lalu bersimpuh di samping ibunya.

“Ibu…” panggilnya lirih sambil menyentuh lengan sang ibu.

Gerakan tangan itu membuat Bu Hanifah terhenti. Ia menatap tangan kecil yang menahan lengannya, lalu menatap wajah putrinya, wajah yang dulu ia timang, kini akan pergi jauh.

“Di kota nanti, Nisa harus hati-hati, ya… harus patuh sama abang… harus—” Kalimatnya menggantung, digantikan oleh isak yang akhirnya pecah.

Annisa segera memeluk ibunya erat, menangis dalam dekapan hangat yang selama ini menjadi rumahnya.

Tangis mereka berpadu, antara restu dan berat hati yang tak bisa diucap.

“Berjanjilah sama Ibu untuk selalu baik-baik di sana. Berjanjilah untuk bahagia di sana, ya, Nak.”

Bu Hanifah melepas pelukannya perlahan, lalu menangkup kedua pipi Annisa. Sentuhannya lembut, tapi bergetar.

“Nisa… rasanya baru kemarin Ibu melatihmu berjalan. Sekarang kamu sudah besar, dan harus ikut suamimu. Waktu memang cepat sekali, ya, Sayang.”

Senyumnya terbit di tengah air mata yang terus mengalir. “Doa Ibu selalu menyertaimu. Meskipun nanti kita jauh, doa Ibu pasti selalu sampai padamu, Sayang."

Annisa tak sanggup menjawab. Suaranya tercekat, dadanya sesak. Air mata terus jatuh di pipi, membasahi jemari ibunya yang masih menangkup wajahnya.

“Ibu…” suaranya serak. “Terima kasih buat semuanya. Buat kasih sayang Ibu yang nggak pernah habis. Maaf ya, Bu… kalau aku sering bandel, sering nyusahin.”

Bu Hanifah langsung menariknya lagi ke dalam pelukan.

“Ibu nggak pernah ngerasa kamu nyusahin, Sayang. Kamu justru hadiah paling indah buat Ibu.”

Pelukannya erat, seolah ingin menahan waktu agar tak berjalan.

🌱🌱🌱

😢😢😭

1
liez21🌸
hemmmm...jadi kaya kelinci imut🥰dan beruang kutub😁😁😁🥰💗💗💗💗
liez21🌸
cuanki kan ya Nis ya....😁😁😁😁sama aku juga dulu mikir...baso apaan itu😄😄😄dikira makanan korea😄😄😄
tau ach
suami terlihat sangat tampan itu ketika baru habis mandi, ketika bantu pekerjaan di rumah,dan yg paling terlihat tampan ketika baru gajian.
Jetri
makin cinta ga tuh si Nisa,,,
tau ach
keselek🤣🤣🤣🤣
tau ach
minta jajan nya jangan kinder Joy atau seblak.
tau ach
saingan nya Rania yg full perhatian,berat dek ....
tau ach
aduh...di bilang bocah, semoga secepatnya berganti jadi sayang,beb..
tau ach
kalau tidur peluk boneka, padahal lebih seru peluk Abang,lebih nyaman,anget dan bisa bergerak
tau ach: bisa bergerak sendiri terutama di pagi hari🤣
total 3 replies
tau ach
harus diperjelas ditunda dulu punya momongan nya bukan di tunda proses pembuatannya.
liez21🌸
bocil nih pinter banget bikin plesetan hati😍😍😍😍
liez21🌸
Nis..ayo bikin sarapqn Nis
😁😁😁
liez21🌸
bocil..tapi kalo ilang..ngangenin lo bang😁😁😁😁
liez21🌸
yaelah bang...istri jauh2 di nawa dari kampung kejakarta malah lupa di beri makan😁😁😁
Momogi
baper aku wak 😍 si sabar dan si ngeyelan 🤣 dah cocoook. jangan pisah ya kalian. semoga abang g ada pikiran buat ngelepas nisa. jangan ngerasa terllu tua buat nisa ya bang
liez21🌸
niat yang dirumah bikinin sarapan😁😁malah kesiangan, yang ada malah ramuan dari rekan kerja cmiww😁😁diminum ngak nih..😁🥰
liez21🌸
tengah malam lihat yang habis mandi😁🥰🥰🥰seger kan bang😄😄😁😁🥰
liez21🌸
🥰🥰🥰🥰bocil...bocil...tapi gemesin kan😁😁🥰🥰🥰
liez21🌸
ikut abang Nis😍😍😍😍
Astri
Nisa ternyata aslinya dewasa ya,cuma sama Abang aja manjah manjah sayangNya 😍
tiati lho bang gala nanti kalo Nisa gak manja lagi ke Abang,Abang yg kelimpungan lho🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!