Sepasang anak sekolah, yang tidak saling mengenal. Berteduh di gubuk reyot pinggir jalanan sepi, di tuduh berzina dan berujung di Nikahkan secara Paksa.
"Sebentar, ini salah Paham!!."
"Kami bahkan ngga saling kenal."
Namun sayangnya, suara mereka tidak di dengar. Mereka di arak menuju masjid, dan di Nikahkan di sana.
Apa yang akan terjadi, pada dua sejoli yang tidak saling kenal, tapi tiba tiba jadi suami istri?. Usia mereka masih belia dan masa depan mereka masih panjang.
Ikuti Kisahnya (^^)
Note : Berdasarkan imajinasi author, selamat membaca :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pantai dan Cinta
Dua hari berlalu dengan cepat, Aurora dan Alvian sudah sembuh dan merasa jauh lebih baik. Kini Aurora dan Alvian sedang duduk di bangku taman, menatap kebun bunga yang di tanam sendiri oleh Aurora.
"Tumben ngga main, biasanya kamu nongkrong kan." Ujar Aurora.
"Ngga, mereka itu pengikut Cindy. Gabung di sana cuma bikin sakit kepala, dengan segala drama dan sandiwara dia." Ucap Alvian.
"Loh.. aku pikir kalian satu geng." Ucap Aurora.
"Aku ngga punya Geng." Jujur Alvian.
"Ngomong-ngomong gimana Cindy? dia udah di hukum apa belum?." Tanya Aurora.
"Sejauh ini belum, Ayah lagi ngancam orangtua Cindy secara langsung. Tapi Ibu udah duluan laporin Cindy ke polisi, kayaknya bakal jadi besar masalahnya." Ucap Alvian.
"Ya kan emang kejahatan kriminal." Cuek Aurora.
"Masalahnya, Orangtua Cindy juga bukan orang sembarangan. Mereka lawan yang cukup merepotkan buat Ayah di persidangan. Karena itu harus berhati-hati dan ngga boleh gegabah." Ucap Alvian.
"Kasian banget, pasti capek jadi Ayahmu." Aurora merasa ikutan pusing.
"Jalan-jalan ke pantai yuk, aku pengen liat sunset di sana. Kita juga udah sembuh, jadi gasken lah kita mantai." Ajak Aurora.
"Ide bagus, tapi naik mobil ya." Ucap Alvian.
"Iya, ngomong-ngomong tolong kamu ganti motor. Aku gasuka liat barang yang udah kesentuh dia." Ucap Aurora ketus.
"Oke." Alvian menurut.
Sebelum pergi, Alvian meminta supir menjual motornya dan membeli motor sport yang baru. Alvian mengendarai mobil dengan santai tapi cukup cepat, tangan kiri Alvian menggenggam tangan Aurora. Erat namun tidak menyakiti, elusan lembut dari ibu jari Alvian membuat Aurora merasa geli.
Sesuatu yang aneh menjalar dan membuat wajah Aurora memerah. Alvian tersenyum lembut, menarik tangan Aurora dan menciumnya sekilas.
"Kan kita lagi pacaran." Ucap Alvian.
"Emang pacaran gini? kamu dulu gini?." Lirik Aurora.
"Nggak, ini pacaran tanpa batasan karena kita udah nikah." Ucap Alvian.
Aurora terlihat manis, menggunakan gaun lantai berwarna kuning keemasan dengan tali tipis. Memperlihatkan lekuk tubuhnya yang menawan dan wajahnya yang cantik.
"Sekarang lo makin cantik ya." Alvian mencolek hidung mungil Aurora.
"Emang aku dulu jelek?." Tanya Aurora.
"Dibanding jelek, lebih ke kasihan sih. Kurus, kumal, bajunya lusuh, rambut acak-acakan, miskin, di fitnah orang. Pokoknya kasihan banget deh." Jujur Alvian.
Aurora hanya mendengus kesal, sekarang memang badannya lebih berisi. Kulit semakin terawat, wajahnya semakin glowing dan rambutnya sudah semakin halus. Tidak lagi kusut seperti sebelumnya.
"Semua akan cantik pada Dana nya." Ucap Aurora.
"Tapi lo emang cantik, lo kan cuma ngrawat badan bukan Oplas." Ucap Alvian.
Aurora hanya terkekeh pelan, Alvian tangannya tidak bisa diam. Mulai mengelus paha mulus Aurora, Aurora mati Matian menahan karena tidak mau terlihat suka.
"Fokus nyetir Al, kalo ngga aku turun nih." Ancam Aurora.
"Haha oke." Alvian tidak lagi usil.
Mereka sampai di Pantai saat waktu sudah sore, tapi matahari masih terik. Mereka memilih makan seafood lebih dulu, bermain pasir dan yang lainnya.
Alvian terlihat sangat terpana dengan Aurora, karena masa pertumbuhan Aurora sudah bertumbuh tinggi, sekarang sudah 168cm. Naik 5 cm dalam kurun waktu satu bulan, sedangkan Alvian hanya naik 1cm menjadi 191cm.
Mereka bermain dengan gembira, saling memotret dan tersenyum bahagia. Aurora merasa sangat bahagia karena akhirnya bisa melihat pantai berpasir putih.
Pantai itu bersih dan sangat cantik sekali, Aurora sangat menikmati moment itu. Matahari mulai tenggelam, mempersembahkan keindahan langit orange yang sangat memukau dan menjajakan mata.
Alvian menatap sunset dengan hati tenang, lalu menoleh ke samping melihat Aurora berdiri cukup jauh dari dirinya berdiri. Sedang memotret senja yang indah.
"SAYANG!!! I LOVE YOU." Teriak Alvian, dengan suara keras.
Aurora terlihat mematung, dia menatap tak percaya ke arah Alvian. Alvian hanya tersenyum manis, merentangkan kedua tangannya berharap Aurora mau datang ke pelukannya.
Aurora tersenyum, senyum yang tulus dan penuh perasaan. Berlari ke arah Alvian dengan cepat, bukan pelukan yang Alvian dapatkan, melainkan kecupan yang indah dan mendebarkan.
Kecupan lembut yang berujung dengan ciuman dalam dan menuntut terjalin diantara dua insan yang mulai saling menerima.
Keduanya hanyut dalam perasaan, dan saling menujukan perasaan lewat ciuman indah di saksikan langit senja yang indah.
Setelah ciuman berakhir, keduanya saling menatap dengan penuh perasaan. Aurora tidak lagi menatap dingin, dia menatap dengan tatapan berbinar. Alvian juga tidak lagi kaku, dia sudah bisa tersenyum meskipun tipis.
"Tadi kamu bilang apa?." Tanya Aurora, dengan mata berembun.
"I love you. I love you my wife." Bisik Alvian, mengulang kalimatnya.
"Ini cuma gombal ya?." Aurora menahan haru.
"Ngga. Aurora, aku cinta sama kamu. Maaf karena selama ini belum bisa jadi suami yang baik buat kamu, aku sadar kalo perasaanku ini adalah Cinta. Terimalah Cintaku Aurora Navarro, aku mencintaimu." Ucap Alvian, menggunakan aku kamu.
Aurora meneteskan air mata, merasa senang dan terharu. Dulu dia tidak mau mengharapkan hal seperti ini dalam hidupnya, dia hanya ingin berusaha menjadi orang sukses di masa depan, dia tidak mengharapkan pengakuan cinta.
Alvian menatap Aurora dengan senyum teduh, mengusap air mata di pipi Aurora dengan ibu jarinya. Dia mengecup kening, mata, pipi dan bibir Aurora dengan penuh perasaan.
Lalu dirinya merogoh saku celananya, dia mengeluarkan kotak cincin. Itu adalah cincin kawin mereka, Alvian tidak memakai cincin itu karena gengsi. Sedangkan Aurora tidak memakai cincin itu karena sakit hati.
"Di sini, di Pantai ini. Di Wish List yang kamu impikan, ayo kita mulai semuanya dari awal Istriku." Ucap Alvian.
"Aku ingin ini menjadi Awal yang tidak pernah berakhir, aku nggamau mengulang rasa sakit itu." Ucap Aurora.
"Anything for you my love." Jawab Alvian manis.
Alvian memasangkan cincin di jari manis Aurora, Aurora pun memasangkan cincin di jari manis Alvian. Keduanya kini telah saling menerima dan akan memulai dari awal lagi.
Mungkin, mereka masih jauh dari kata sempurna. Mereka masih perlu banyak adaptasi, saling menerima, saling memaafkan dan saling belajar untuk menjadi lebih baik.
Mereka memang masih jauh dari Tuhan, tapi Aurora tidak pernah merasa dirinya jauh dari Tuhan. Dia selalu berdoa dan memohon, dia selalu berdoa setiap waktu, meskipun dia sadar belum rajin beribadah dan suaminya masih cukup malas belajar ibadah, Aurora tidak pernah lupa untuk berdoa kepada Tuhannya.
mereka mengambil potret beberapa kali, setelah itu kembali ke mobil karena hari mulai gelap. Mereka tidak mau sendirian saat pulang, mending beramai ramai dengan pengunjung yang lainnya.
Aurora tersenyum senang, liburan singkat kali ini sangat bermakna baginya. Dia merasa hatinya menghangat, apa selama ini dia hanya kekurangan Cinta?.
"Mulai hari ini, aku ngga akan ngalah lagi. Aku akan tetap cuek, tapi siapapun yang berani deketin Alvian atau rebut Alvian dari aku, aku ngga akan diem lagi." Batin Aurora.
Mereka pulang dengan hati senang, cincin sudah tersemat di jari mereka. Semoga kebahagiaan segera menghampiri dan semua masalah pergi.