NovelToon NovelToon
Transmigrasi ABCDE

Transmigrasi ABCDE

Status: sedang berlangsung
Genre:Idola sekolah / Angst / Transmigrasi / Misteri / Balas Dendam
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: kurukaraita45

5 jiwa yang tertransmigrasi untuk meneruskan misi dan mengungkap kebenaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kurukaraita45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. 360°

Petunjuk :

"Semua yang terjadi bukanlah kebetulan. Pasti ada sebab tertentu bagi hidupmu."

...ΩΩΩ...

Sebuah gubuk tua, yang hanya terdiri atas atap bambu. Sore ini, tepat pukul 17.00 WIB dia mengunjungi seseorang di sana. Mereka telah menjanjikan pertemuan sebelumnya, dia memasuki ruangan yang hanya terdiri dari satu ruang, seorang lelaki berjubah hitam telah menantinya di depan.

"Ada sesuatu yang ingin aku informasikan kepadamu!" Ucap Marseny begitu tiba di depan lelaki berjubah tersebut.

"Apa itu?"

Marseny menarik nafasnya panjang. "Kemarin ada orang misterius yang melakukan rekaman suara di aula, dia menyatakan bahwa Bercelly adalah jiwa transmigrasi. Tapi dia tak mengatakan tentang apapun lagi setelah itu. Saya tidak berhasil menemukan orangnya, tapi saya lihat orangnya pake hoodie dan sepertinya dia wanita."

"Apa mungkin itu benar?" Tanyanya di akhir.

"Mengapa bisa tertransmigrasi? Apa perempuan misterius itu tak mengatakan sedikitpun penyebabnya?" Tanya lelaki misterius.

Marseny menggelengkan kepalanya. "Tidak sama sekali!"

"Baik. Kemarin saya melihat pergerakan musuh, apa mungkin dia masih ada?" Monolognya.

Marseny mengerutkan dahinya. "Musuh? Maksudmu dia?"

Lelaki itu menganggukan kepalanya. "Benar! Setelah 25 tahun silam, rupanya kita kembali akan berperan dengan mereka."

"Tapi! Soal kelima anak itu bagaimana? Bukannya penyelidikan kita belum selesai?" Tanya Marseny.

"Abaikan hal itu dulu, kita harus segera melawan musuh."

"Baik!"

Marseny diam, begitupun dengan lelaki tersebut. Seolah ada sesuatu yang belum keduanya ungkapkan.

Lelaki tersebut bertanya, "Ada yang ingin diungkapkan lagi?"

"Tidak! Hanya... Rindu!"

Tampak sekali si pemakai jubah hitam yang menggunakan penutup kepala tersebut tersenyum. "Itu hal yang biasa. Bukannya kamu sendiri yang bilang waktu itu kalo sudah move on?"

"Itu bohong." Marseny membelakangi lelaki tersebut dan cemberut.

Lelaki tersebut memegang bahunya, lalu meminta Marseny untuk membalikan badannya. "Maaf ya! Perpisahan kita karena misi. Nanti jika takdir menyatukan kembali, aku pasti akan selalu mencintaimu."

Marseny mengukir lengkungan senyum di wajahnya. Lelaki tersebut mencubit dagunya. "Sudah, sekarang pulang!" Marseny mengangguk, dan mulai melangkahkan kakinya untuk pergi dari gubuk tua tersebut.

...ΩΩΩ...

"Ayah dari mana?" Evelyn memeluk Jaindra dengan lembut dari belakang yang baru saja tiba.

Jaindra tersenyum, tampilannya sangat rapi kayaknya orang kantoran. "Kenapa? Kangen ya anak Ayah?" Jaindra melepaskan pelukan Evelyn.

Evelyn menganggukan kepalanya. "Ayah dari kantor Ayahnya Celly tadi, itu loh Celly teman kamu. Tapi kata resepsionisnya udah ke luar kota. Jadi Ayah cari angin dulu sebelum kembali ke rumah."

Evelyn tampak masih cemberut. "Jangan ngambek gitu dong anak Ayah, ini Ayah bawain makanan kesukaan kamu."

Evelyn melirik kantong kresek yang dibawa Jaindra. "Soto ayam ya?"

"Iya dong! Ayok makan bareng Ayah! Lama juga gak makan soto ayam." Jaindra berjalan menuju dapur, di ikuti Evelyn di belakangnya. "Kamu pasti belum makan ya 'kan? Ayah tau itu!"

Jaindra segera menata piring-piring, sedangkan Evelyn menuangkan air ke dalam kedua gelas.

"Kok tau? Kebetulan belum makan Yah."

"Nah itu! Ayok makan." Makanan sudah disajikan, mereka berdua duduk dan mulai menyantap makanan, sebelumnya telah berdo'a dulu.

Begitu satu suap masuk ke mulut Jaindra, Evelyn pun menyuapkan soto ayam tersebut ke dalam mulutnya. "Gimana? Enak 'kan?"

Evelyn tersedak, merasakan kuah soto yang aneh baginya. Dia juga memuntahkan ke atas balutan tisu.

"Kenapa? Gak enak?" Tanya Jaindra, dia khawatir dengan anaknya tersebut.

Evelyn masih batuk-batuk, belum bisa menjawab. "Ini minum!" Evelyn segera mengambil gelas tersebut, lalu meneguk setengahnya.

'Gue kenapa bisa lupa sih kalo kuah soto itu gak pernah enak, gue 'kan gak suka sama soto. Duh kelar nih!' batinnya.

"Kenapa bengong? Kamu gak papa 'kan?"

Evelyn menaruh kembali gelas tersebut. "Gak papa Yah, cuman lagi gak enak badan aja. Dari tadi Hanh ngerasa mual juga pusing, sakit perut juga udah bolak balik WC Mulu buat BAB." Elaknya.

"Sakit kenapa? Nanti periksa mau ya!"

"Gak usah Yah, mungkin cuman butuh istirahat aja."

Jaindra tidak menerima penolakan. "Gak! Ayah gak mau anak Ayah sakit!"

"Ayahku sayang, posesif banget sih. Ya udah gini aja, kalo besok gak mendingan besok Hany mau ikut Ayah buat periksa."

Jaindra tersenyum. "Okei!" Jawabnya antusias.

"Yah maaf banget, Hany mau ke kamar aja ya buat istirahat. Ayah gak papa 'kan makannya sendiri aja?" Tanya Evelyn sambil bangkit dari duduknya.

"Gak papa kok, kamu istirahat yang cukup ya biar besok fit. Ayah gak mau kamu sakit!"

Evelyn menganggukan kepalanya, dia berjalan ke atas namun sebelumnya dia membuang tisu tersebut ke dalam tong sampah yang berada di luar dapur. Berlanjut dia menaiki anak tangga, dan mulai beristirahat di dalam kamarnya.

...ΩΩΩ...

"Lo gak dimarahin udah mau magrib belum pulang?" Tanya Celly kepada Ghea. Mereka baru saja selesai makan, setelah bermain dari pagi hari.

"Gak bakal! Nyokap sama bokap gue lagi fokus urusin adek gue yang di pondok. Dari pagi buta sih berangkatnya, sekarang gak tau udah balik atau belum." Ghea meneguk segelas air putih di depannya.

Celly menganggukan kepalanya. "Tapi kadang gue ngerasa nyokap sama bokap tuh lebih sayang adek gue. Bukannya gue gak dipeduliin, tapi ya kayak agak bedanya aja gitu."

"Gue rasa nyokap sama bokap bukan gak sayang lo, tapi adik lo itu 'kan jauh di pondok, sedangkan lo ada di rumah. Nyokap sama bokap lo pasti kesepian gak ada salah satu anaknya."

"Iya sih."

Celly tersenyum mendengar perkataan Ghea barusan. "Lo beruntung, bisa banyak quality time sama mereka. Sedangkan gue,"

Ghea menatap Celly. "Ya gue beruntung punya mereka tapi Lo juga harus beruntung punya orang tua yang lebih sayang sama lo daripada yang waktu itu."

"Iya, gue bersyukur punya mereka. Cuman ya mereka gak pernah ada buat gue, mau gue sedang dalam masalah atau gak mereka gak tau. Sekalinya gue mau cerita kayak anak-anak yang lainnya juga mereka selalu bilang, maaf sekarang lagi ada kerjaan, gitu." Bercelly pun meneguk segelas air putih tersebut, lalu menyimpannya bersamaan dengan Ghea.

Selang beberapa detik, pintu rumahnya diketuk oleh seseorang. Tak lama, menampakan siapa dibalik pintu. "Ghea! Kamu masih main, ayok pulang udah sore ini!"

Ternyata itu adalah kedua orang tua Ghea yang datang menjemputnya. "Eh iya!"

"Cell, gue udah dijemput tuh, gue pamit dulu ya. Nanti main lagi deh," pamit Ghea sambil beranjak dari duduknya.

"Iya, silahkan!"

Celly memandangi keharmonisan keluarga mereka dari meja makan, hingga pintu ditutup oleh bibi dan tak lagi menampakan mereka.

...-ToBeContinued-...

1
kurukaraita45
Sangat bagus!
Bowo
seruh baget cerita nya ayo semangat Buat lag
kurukaraita45: ayok mampir lagi, tiap hari upnya dan kalo hari Minggu 2 kali lho. ketinggalan banyak gak nih kakaknya?
total 2 replies
khun :3
Buatku terbawa suasana banget. Gimana thor bisa bikin ceritanya seperti itu?
kurukaraita45: ayok kak boleh mampir lagi, aku up tiap hari lho dan kalo hari Minggu spesial 2 kali up.
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!