"Sssssttt, sssssttt ahh, ahh,aaahh...Aaaahhhk."
Aku terbangun saat waktu sudah menunjukkan pukul 23:25. Sebab Mas Saka tidak ada di sebelahku. Ntah kemana dia, aku tidak tahu. Baru saja aku akan melangkah menuju keluar, namun aku mendengar suara aneh dari kamar mama, yang aku dengar seperti suara desahan dan lenguhan panjang.
Aku sampai bergidik ngeri mendengarnya, suara apakah itu? Aku tidak tahu pasti itu suara apa? Namun aku menebak, itu seperti suara orang yang sedang berhubungan. Apakah mamaku itu sedang menonton film??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KARNA KRAN AIR BOCOR? TIDAK MASUK AKAL!
Huh, Aku sangat kesal sekali, entah kemana perginya mas Saka. Sudah hampir dua jam dia tidak kembali. Apa dia membeli ayam bakarnya di luar negri? Atau di bogor? Hingga sampai selama itu.
20 menit lebih sedikit aku sudah sampai rumah. Aku segera membayar ongkos dan menggeser pintu gerbang. Aku tercengang saat mendapati mobil mama yang di pakai mas Saka berada di halaman rumah.
Apakah mas Saka berada di rumah? Kok bisa? Ngapain? Sedangkan dia bilangnya ingin membelikan ayam bakar saja. Dan mengapa juga telfonku tidak di angkat?
Argghh. Fikiranku menjadi kemana mana. Baru saja tadi pagi aku meminta maaf kepada mama, namun mengapa sekarang aku sudah mencurigainya lagi? Aku langsung masuk ke dalam. Sepi, tidak terdengar suara orang. Kemana mama? Dan mas Saka dimana? Apakah suamiku itu pulang hanya meletakkan mobil saja?
"ma, mama." ucapku mengedarkan pandangan.
Tidak butuh waktu lama lagi, aku langsung melangkah menuju kamar Kiara untuk mengambil boneka panda kesukaan nya.
Namun saat aku akan melangkah keluar kembali, aku seperti mendengar suara kegaduhan dari dalam kamar mama.
Kaki ku membawa aku melangkah kesana. Segera aku mengetuk pintu kamar mama.
Tok Tok Tok.
"Mama. Ma." ucapku.
Tok Tok Tok.
"Mama. Ini Reyna ma," ucapku lagi.. Akhirnya mama membuka pintunya dengan baju yang basah, entah apa yang terjadi aku tidak tahu.
"Hei Rey, maaf mama tidak mendengar. Kamu sudah pulang, mana Kiara?" tanya nya.
"Kiara di rumah sakit ma..Ini baju mama kenapa basah semua?" tanyaku.
Namun mama tidak menjawabnya. Beliau langsung membahas soal Kiara.
"Ya Allah. Cucu mama di rawat? Kenapa katanya Rey?" ucap mama.
Namun sebaliknya. Aku tidak menjawabnya. Aku fokus kepada baju mama yang sangat basah sekali.
"Ini baju mama kenapa basah?" ucapku lagi dengan nada yang sedikit agak kesal.
Mama baru saja akan membuka mulutnya, namun tiba-tiba aku mendengar suara mas Saka dari dalam kamar mama.
"Ma ini sudah benar.." ucapnya.
Aku menatap mama dan langsung menerobos masuk ke dalam kamar mama.
"Rey, "ucap mama.
"Mas Saka.. Ngapain kamu mas di kamar mandi kamar mama?" ucapku yang terkejut.
Baju kantor mas Saka juga basah semua. Suamiku itu keluar, begitupun mama yang langsung menjajarkan diri di samping mas Saka.
"Kalian ngapain. Kok basah-basahan begini?" ucapku.
Aku benar-benar sangat kesal sekali. Aku hubungi mereka berkali-kali tidak ada jawaban. Ternyata mereka malah asik main basah-basahan.
"Rey, aku bisa jelaskan semuanya." ucap suamiku itu.
"Iya Rey, ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Kran mama di dalam kamar mandi itu bocor, mama tadi mencoba Membenarkan nya. Namun mama tidak bisa. Malah mama menjadi basah semua seperti ini. Dan mama menghubungi Saka.Akhirnya Saka yang membetulkan nya." ucap mamaku itu.
'Bocor?' gumamku dalam hati.
Tentu aku memicingkan mata dengan dahi yang berkerut. Sebab semuanya sangat tidak masuk di akal.
"Tujuan awal kamu kan membeli ayam bakar untuk Kiara mas, kenapa kamu malah pulang? Kiara menunggu kamu dari tadi, dia lapar, aku tawari makan makanan lain tidak mau, dia hanya ingin makan ayam bakar, tapi kamu malah lama banget!" ketusku yang sudah sangat geram sekali.
"Maaf Rey, ini salah mama. Seandainya saja mama tidak menyuruh Saka untuk membetulkan kran yang bocor, dia tidak akan selama ini. Mama juga tidak tahu Rey, jika Kiara di rawat disana." ucap mama yang membela mas Saka.
"Terus hp mana? Kenapa mama dan kamu aku telfon tidak di angkat?" ucapku.
Pasalnya berkali-kali aku menelfon mas Saka tidak di jawab.
"Aku kan sedang membetulkan air Rey! Mana bisa aku mengangkat telfon kamu." ucap mas Saka.
Dia sama sekali tidak meminta maaf kepadaku.
"Iya Rey, maaf ya. Hape mama juga berada di atas ranjang, sehingga mama tidak mendengarnya. Sebab mama sedang berada di dapur tadi." ucap mama.
Tidak tahu lah, aku pusing sekali. Entah kemana pikiran mas Saka. Dia malah memikirkan kerusakan air dari pada putrinya sendiri.
"Mas, masalah kran mah tidak usah di pikirin. yang penting sekarang itu adalah Kiara.. Putri kamu mas! Cucu mama! Sekarang dia sedang terbaring di rumah sakit. Kok bisa-bisanya kalian ini mementingkan kran air yang sama sekali tidak penting!" ketusku dan langsung berlalu keluar.
Aku lebih khawatir kepada putriku yang aku tinggal sendiri. Terserah saja mereka mau berkata apa dan melakukan apa.
"Rey, Reyna tunggu Rey." ucap mas Saka yang mengejarku.
Saat sudah sampai ruang tamu aku menghentikan langkah dan membalikkan badan.
"Aku minta maaf Rey, ayo kita ke rumah sakit sama-sama." ucap mas Saka.
Di sana juga ada mama dengan pakaian barunya. Mamaku itu berdiri di belakang mas Saka.
"Tidak perlu, aku mau membeli ayam bakar dulu!" ucapku dengan ketus.
"Aku sudah membelinya. Ada di mobil, ayo kita ke rumah sakit sekarang." ucap mas Saka lagi.
Aku terdiam. Ternyata suamiku itu sudah membelikan Kiara ayam bakar? Lalu mengapa mas Saka tidak langsung ke rumah sakit?
"Rey, mama ikut, sekali lagi maafkan mama ya. Mama benar tidak tahu jika Kiara di rawat. Jika tahu gitu mama tidak akan menyuruh Saka." ucap mama ku itu.
Aku hanya terdiam. Sebab aku sedang emosi. Aku tidak mau emosiku meledak kepada mama. Aku takut menyakiti hati mama dengan kata-kata pedasku, aku takut durhaka. Sehingga aku memilih untuk diam.
Mas Saka langsung menggandengku untuk masuk ke dalam mobil, begitupun mama yang juga langsung masuk ke dalam di jok belakang. Mas Saka langsung menyalakan mesin mobilnya.
Aku hanya diam. Tidak ada percakapan di antara kami. Hanya saja mas Saka selalu melihat ke arah spion depan. Entahlah, mungkin saja sedang menatap jalan belakang.
Hingga sesampainya aku di rumah sakit, tidak ada sepatah katapun yang aku keluarkan. Aku langsung bergegas menuju ruangan Kiara. Karena pasti putriku sudah lama menunggu.
Ceklek.
Terlihat Kiara yang terlelap. Aku mengucapkan terima kasih kepada suster yang telah mau menjaga putriku.
Tidak berselang lama mas Saka dan mama menyusul masuk ke dalam. Aku masih terdiam sambil terus menatap Kiara. Mama mendekat ke arahku dan mengelus bahuku dengan pelan.
"Rey, yang sabar ya." ucap mamaku.
Aku hanya mengangguk saja.
"Kira-kira berapa lama Kiara di rawat Rey?" tanya mas Saka.
Aku menatapnya datar.
"Apakah lama?" ucapnya lagi.
Aku menyatukan kedua alisku, entah perkataan konyol apa yang mas Saka itu katakan.
"Jika lama, memangnya kenapa? Toh bukan kamu yang menjaga!" ketusku.
Mas Saka langsung mengatupkan bibirnya.
msh mndg pelakornya org lain itupun msh atur waktu buat ketemu sesekali lha ini serumah bhkn istri sah mlh sdh d hlngkn perannya. gila memang moga2 kecelakaan gancet kek