Nania, seorang wanita pekerja kantoran yang tengah merantau di Kota B, tinggal sendirian di sebuah apartemen. Meski berasal dari keluarga berada di sebuah desa di S, ia memilih hidup mandiri. Namun, kemandirian itu tak menutupi sisi lugu dan cerobohnya.
Suatu pagi, saat bersiap menuju kantor, mood Nania langsung terganggu oleh suara musik metal yang keras dari apartemen sebelah. Kesal, ia memutuskan mengetuk pintu untuk menegur tetangganya. Tapi alih-alih menemukan seseorang yang sopan, yang muncul di depannya,muncul seorang lelaki dengan telanjang dada dan hanya mengenakan boxer membuka pintu dan memandangnya dengan acuh tak acuh.
Akankah pertemuan pertama yang tak terduga ini justru menjadi awal dari sesuatu yang manis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Messan Reinafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana
Nania, aku ingin bertemu kamu besok.
Sebuah pesan singkat muncul di notif Nania
Nomor baru? pikirnya. Dari siapa?
ia mencoba mengacuhkan pesan itu,
tapi pesan berikutnya mengirimkan lokasi pertemuan mereka besok. "Cafe Romance pukul 8 malam?"
Nania mencoba menghubungi nomor itu kembali namun sambungan telepon terputus.
hati nya ragu antara pergi atau tidak, bisa saja ini ulah orang iseng? gumamnya dalam hati.
......................
Besok malamnya...
jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam, Nania masih duduk di kasurnya menyisir rambut yang basah sehabis mandi.
Notif ponselnya berbunyi lagi dari nomor yang kemarin.
Tadinya ia tidak mengindahkan pesan itu. Namun hatinya mulai tergerak menuju lokasi yang dijanjikan dari si pengirim pesan.
"Ini penting!" begitu tulisan yang ia terima
segera saja ia memesan Taxi online, dan tidak berapa lama sampai di lokasi.
matanya menyapu seluruh ruangan menemukan seseorang yang mengenali nya. Tiba-tiba ponsel berdering dengan nomor yang sama
memberikan GPS nya di lantai dua cafe. Tanpa menunggu lama Nania segera menuju lantai dua cafe, tidak terlalu jauh dari tangga terakhir. Tampak Kai duduk dengan kemeja denim dan mengejarnya.
Nania bersiap untuk berbalik badan namun pria itu menarik lengannya.
"Sebentar Na, dengerin aku!"
"Berhenti bermain-main seperti ini Kai! dari dulu hubungan kita memang tidak ada!" ucap Nania kasar menarik lengannya
"Nania, please dengarkan aku dulu, ini ga seperti yang kamu pikirkan!"
"Awalnya aku percaya sama kamu Kai! penjelasan apa lagi yang harus aku dengar setelah melihat semuanya dengan jelas" sanggah nya
matanya mulai berkaca-kaca.
"Nania! Aku mengikuti kemauan Hanny karena terpaksa!, ucap Kai tegas.
"Sudahlah jalani saja hidup kamu! please jangan ganggu hidup aku lagi!" Nania menyatukan kedua tangannya memohon kepada Kai dengan mata berkaca-kaca.
Hati Kai luluh tidak tega, ia tidak ingin lagi memaksakan kehendaknya untuk menjelaskan semuanya.
Bahkan jika dijelaskan pun Nania tidak akan menerima dirinya yang kini serumah dengan Hanny.
Nania beranjak pergi meninggalkan Kai yang pasrah.
Ia keluar dengan air mata yang menggenang kembali ke apartemen nya dan memblokir semua nomor Kai di ponselnya
Kai yang masih tertunduk lesu sendirian di cafe meratapi kisah cintanya. Wajahnya tidak bersemangat. Ia kehilangan segalanya. Karir yang ia perjuangkan, maupun orang yang dicintainya.
Padahal apa yang ia lakukan sekarang demi melindungi orang-orang yang dicintainya.
Ia benar-benar sendirian menghadapi masa sulitnya.
ponsel nya tiba-tiba berdering, dari seseorang diujung telpon yang tersimpan dengan nama "Engineering"
" Halo pak " terdengar suara seorang pria di seberang.
" Ya, Halo "
" Saya sudah menyelidikinya pak, dan benar ada beberapa perusahaan fiktif yang menangani beberapa proyek perusahaan"
Kai mengangkat kepalanya, sudah ia duga memang ada yang bermain di perusahaan Hanson.
"Baiklah, kamu kirimkan foto filenya, saya tunggu laporan lanjutannya"
"Baik pak"
Ia menguatkan tubuhnya kembali, ada hal besar yang harus ia selesaikan.
Hal yang hanya ia seorang yang bisa menanganinya.
Dengan kilat ia pulang kembali kerumah, mencuri kesempatan saat Hanny pergi bersama teman-temannya.
...****************...
"Na, kenalin ini Anggara Demian mulai hari ini ia akan jadi asisten kamu untuk pemotretan produk" ucap Artha membuyarkan fokus Nania
"Nania" ia mengulurkan tangan menyambut tangan Anggara yang menyalaminya
" Anggara" pria 27 tahun yang memiliki wajah tampan dengan kamera mirrorless yang tergantung di lehernya.
" Mulai hari ini kamu bisa bekerja dengan Nania ya, Aku tinggal dulu Na" seru Artha seraya meninggalkan mereka berdua.
" Ok, hari ini kita ada kegiatan berkunjung ke pabrik Wijaya Fashion, untuk sample produknya kamu yang foto ya" ucap Nania berwibawa.
" Ok, mbak" jawabnya mantap
" Panggil saja saya Nania"
pria itu mengangguk.
" Aku pesankan taxi dulu, kamu tunggu sebentar"
" Taxi? buat apa? pakai mobilku saja" ucapnya polos
" Hmm.. boleh! lumayan juga, karyawan baru udah ada mobil nya! ucap Nania menatapnya sinis
Ia ingin menguji seberapa tangguh mental anak muda di depannya.
tak disangka pemuda itu justru terkekeh.
" Titipan orang tua saya mbak, kak, eh Na!
Nania menajamkan matanya meski pemuda itu terlihat biasa saja.
kemudian mereka segera meluncur ke pabrik Wijaya Fashion yang terletak kira-kira 25 menit dari kantor mereka.
Nania duduk disamping Anggara tanpa banyak bicara
" Kamu sudah berapa tahun kerja disini Na?" tanya nya membuka pembicaraan.
" kurang lebih sudah 3 tahun"
" Berarti sudah lumayan berpengalaman dibidang web design ya" tanyanya lagi
" Hmm... kurang lebih seperti itu" ujarnya singkat
" Saya ga ditanya nih?" pertanyaannya membuat Nania menatapnya terkekeh tidak sanggup menjaga imej seramnya.
" Kamu mau ditanya apa?" ujarnya tersenyum geli
" Nah gitu! senyum dong, saya kira kamu ga bisa senyum" ujarnya berkelakar
Nania memasang wajah mesem membuat Anggara cekikikan.
Setidaknya ia harus bersikap hangat agar bisa bekerja dengan baik dengan Anggara, Karena bagaimanapun mereka akan menjalin kerja sama dalam proyek ini sebagai sebuah tim.
"Pastikan mendapat foto yang bagus, kalau tidak kau tidak lulus tes pertamaku" ujar Nania menggertak.
" Siap ndan!" Anggara mengangkat tangan nya melakukan pose hormat sambil tatapan nya fokus kedepan.
Nania hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah junior yang baru ia temui itu.
Sesampai di pabrik, Anggara melakukan tugasnya dengan sigap. Mengikuti semua arahan Nania hingga berkonsultasi dengan kepala konveksi.
" Mbak Nania tidak istirahat dulu, kebetulan kantin kami ada di sudut kanan belakang" ujar Kepala Konveksi yang dipanggil pak Jonson itu ramah.
" Boleh juga tuh pak" seloroh Anggara menimpali.
"Husst.. kamu!" Nania mencolek lengan Anggara atas sikapnya yang tanpa penolakan
" Maaf pak Jonson, terimakasih tawarannya, tapi kami buru-buru. dan terimakasih juga telah menemani seharian ini pak"
Nania izin pamit menyodorkan tangannya berjabat tangan disusul Anggara yang masih kebingungan dengan sikap basa basi Nania yang tiba-tiba.
"Ayo, kita balik" ajak Nania yang pura-pura tidak menyadari kekecewaan Anggara.
Nania berjalan duluan menuju arah parkir disusul Anggara yang cepat-cepat membuka pintu mobil nya.