NovelToon NovelToon
Wanita Istimewa

Wanita Istimewa

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Mafia / Single Mom / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Berkisah mengenai Misha seorang istri yang baru saja melahirkan anaknya namun sayangnya anak yang baru lahir secara prematur itu tak selamat. Radit, suami Misha terlibat dalam lingkaran peredaran obat terlarang dan diburu oleh polisi. Demi pengorbanan atas nama seorang istri ia rela dipenjara menggantikan Radit. 7 tahun berlalu dan Misha bebas setelah mendapat remisi ia mencari Radit namun rupanya Radit sudah pindah ke Jakarta. Misha menyusul namun di sana ia malah menemukan sesuatu yang menyakitkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Amarah Pun Meledak

Suara televisi dari warung Pak Raharjo memecah keheningan sore itu. Misha yang sedang mencuci piring, menghentikan kegiatannya. Ia mendengar nama Radit disebut. Jantungnya berdebar kencang. Ia mengeringkan tangannya, lalu berjalan menuju televisi. Di sana, wajah Radit dan Rendy terpampang di layar.

"Pemirsa, berita mengejutkan datang dari seorang pengusaha muda bernama Rendy Wicaksana," kata seorang reporter. "Rendy secara mengejutkan membongkar kasus narkoba tujuh tahun lalu yang melibatkan mantan istri Radit, Misha."

"Dalam sebuah pernyataan resmi, Rendy mengungkapkan bahwa sebenarnya, Radit-lah yang terlibat dalam kasus narkoba itu. Radit adalah seorang bandar narkoba. Sementara Misha, yang saat itu baru menikah dengan Radit, tidak tahu apa-apa. Misha-lah yang mengorbankan diri, menggantikan Radit, dan rela dipenjara selama tujuh tahun."

Dunia Misha terasa berhenti berputar. Ia tidak menyangka, Rendy akan membongkar rahasia itu. Ia tidak menyangka, Rendy akan berjuang untuknya. Air mata Misha mengalir, membasahi pipinya.

"Pernyataan Rendy ini sontak membuat publik heboh," lanjut reporter itu. "Banyak netizen yang meminta maaf kepada Misha karena sudah menghujatnya. Mereka juga meminta polisi untuk menangkap Radit."

Seketika, Misha merasa lega. Beban yang selama ini ia pikul, kini terangkat. Nama baiknya kini bersih. Ia merasa, ia akhirnya mendapatkan keadilan. Ia menatap Pak Raharjo dan Bu Lastri, lalu memeluk mereka erat.

"Bu... Pak... akhirnya..." Misha terisak.

"Alhamdulillah, Nak," kata Bu Lastri, air mata mengalir di pipinya. "Akhirnya kebenaran terungkap. Kamu tidak salah, Nak."

"Radit sialan! Dia yang harusnya dipenjara!" bentak Pak Raharjo, suaranya dipenuhi amarah. "Dia sudah berani-beraninya mengorbankan kamu!"

Tiba-tiba, televisi menayangkan sebuah video. Di video itu, terlihat Radit sedang diwawancarai oleh wartawan. Wajahnya pucat, matanya ketakutan.

"Radit, apakah benar Anda yang terlibat dalam kasus narkoba tujuh tahun lalu?" tanya seorang reporter.

Radit tidak menjawab. Ia hanya menunduk, tidak sanggup menatap kamera.

"Radit, apakah benar Anda membiarkan mantan istri Anda dipenjara?" tanya reporter lain.

Radit hanya menggelengkan kepala. Ia tidak bisa lagi menyangkal.

"Misha, saya minta maaf," bisik Radit, suaranya parau. "Saya... saya minta maaf..."

Video itu berakhir. Misha tidak lagi merasa marah. Ia hanya merasa kasihan pada Radit. Ia tahu, Radit adalah pria yang baik. Namun, Radit salah memilih jalan.

****

Langit sore Jakarta terasa kelabu, seolah ikut merasakan duka yang menyelimuti sebuah rumah mewah di salah satu kompleks elit. Di sana, Hana baru saja selesai menyiapkan makan malam ketika bel rumahnya berbunyi. Ia membuka pintu, dan terkejut meliha sudah berdiri di ambang pintu, dua orang polisi.

"Radit Adhyaksa?" tanya salah seorang polisi, suaranya tegas.

Radit mengangguk, wajahnya pucat.

"Anda kami tangkap atas kasus penyalahgunaan dan peredaran narkoba tujuh tahun lalu," lanjut polisi itu, lalu mengeluarkan sebuah surat perintah penangkapan.

Hana mematung. Pikirannya kosong. Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Ia menatap Radit, lalu menatap polisi itu. "Ada apa ini, Mas? Ini salah paham, kan?" tanyanya, suaranya bergetar.

Radit tidak menjawab. Ia hanya menunduk, tidak sanggup menatap mata Hana.

Tiba-tiba, suara tangisan terdengar. Putri mereka, Wina, keluar dari kamar. "Papa! Kenapa Papa ada polisi?" tanyanya, suaranya dipenuhi ketakutan.

Hana segera memeluk Wina. "Tidak apa-apa, Nak. Papa cuma sebentar," bisiknya, mencoba menenangkan Wina, namun ia sendiri tidak bisa menahan air matanya.

Radit menatap Wina, air mata mengalir di pipinya. "Maafkan Papa, Nak," bisiknya, suaranya parau.

Hana kembali menatap polisi. "Bapak salah tangkap! Suami saya tidak bersalah!" teriaknya, suaranya nyaris histeris. Ia mencoba menahan Radit, namun polisi itu dengan halus melepaskannya.

"Semua sudah sesuai prosedur, Bu," jawab polisi itu. "Jika ada keberatan, silakan ajukan di pengadilan."

Polisi itu kemudian menggiring Radit ke mobil. Radit berjalan gontai, ia tidak lagi memiliki kekuatan. Ia menoleh ke belakang, menatap Hana dan Wina yang menangis. "Hana, jaga Wina, ya," bisiknya, lalu masuk ke dalam mobil.

Hana histeris. Ia berlari ke arah mobil polisi, memukul-mukul kaca mobil. "Tidak! Kalian salah! Suami saya tidak bersalah! Radit!" teriaknya, suaranya serak.

Wina menangis, berteriak memanggil papanya. "Papa! Jangan pergi, Papa!"

Teriakan Hana dan tangisan Wina mengundang perhatian para tetangga. Mereka keluar dari rumah, sibuk merekam kejadian itu dengan ponsel mereka. Mereka berbisik-bisik, wajah mereka menunjukkan rasa terkejut dan penasaran.

"Ya ampun! Pak Radit ditangkap polisi!"

"Aku sudah curiga! Lihat saja mobilnya, pasti uang haram!"

"Ternyata benar! Orang kaya itu banyak dosanya!"

Hana tidak peduli dengan bisik-bisik tetangganya. Ia hanya fokus pada mobil polisi yang semakin menjauh. Ia terduduk di pinggir jalan, memeluk Wina erat. Ia tidak bisa lagi menahan air matanya. Ia menangis, meratapi nasibnya. Ia tidak menyangka, hidupnya yang sempurna akan hancur dalam sekejap.

Wina yang masih menangis, menatap Hana. "Papa kenapa, Ma? Papa kenapa?"

****

Keesokan harinya, di tengah keramaian Warung Bahagia, Misha sibuk melayani pembeli. Hari-harinya terasa lebih tenang setelah Bu Ratmi ditahan dan nama baiknya perlahan pulih. Namun, kedamaian itu tak bertahan lama. Sebuah mobil mewah berhenti di depan warung, dan Hana turun dengan langkah cepat, wajahnya memerah menahan amarah.

Ia masuk ke warung, matanya mencari sosok Misha. Begitu melihat Misha, Hana langsung melabrak. Ia menggebrak meja, membuat piring-piring di atasnya bergetar. "Heh! Kamu wanita pembawa sial!" teriak Hana, suaranya melengking. Ia membalikkan piring-piring di atas meja, membuat suara gaduh.

Para pembeli terkejut. Mereka menatap Hana dengan bingung, lalu menatap Misha yang kini berdiri mematung.

"Mbak Hana, ada apa ini?!" Misha bertanya, suaranya bergetar.

"Ada apa?!" Hana tertawa sinis. "Kamu tanya ada apa?! Gara-gara kamu, suamiku ditangkap polisi!"

Hati Misha mencelos. Ia tahu, Radit ditangkap karena kasus narkoba. Ia tahu, itu bukan salahnya. Namun, ia tidak bisa membantah.

"Kamu yang melaporkan Radit, kan?! Kamu mau balas dendam, kan?!" Hana menuding Misha.

"Tidak, Mbak Hana! Bukan saya yang melaporkan Radit," Misha membela diri, air mata mulai menggenang. "Radit ditangkap karena perbuatannya sendiri."

"Bohong!" Hana tidak percaya. "Kalau bukan karena kamu, Radit tidak akan ditangkap! Kamu itu wanita pembawa sial! Kamu sudah menghancurkan hidupku!"

"Hana, sudahlah! Bukan salah Misha!" Pak Raharjo mencoba menengahi.

"Diam!" Hana membentak. "Kamu juga sama saja! Kalian semua sama saja! Kalian sengaja menjebak Radit!"

Hana tidak bisa lagi mengendalikan amarahnya. Ia melayangkan tangannya, menampar Misha dengan keras. Plak! Suara tamparan itu menggema di seluruh warung. Misha jatuh terduduk, pipinya terasa panas.

"Ini akibatnya karena kamu berani-beraninya mengganggu hidupku! Gara-gara kamu, anakku kehilangan ayahnya!" Hana berteriak, suaranya dipenuhi amarah dan kesedihan.

Misha menatap Hana, matanya berkaca-kaca. "Saya... saya minta maaf," bisiknya, suaranya parau. "Saya tidak pernah bermaksud begini."

Hana tidak peduli. Ia terus melampiaskan amarahnya. "Kamu puas sekarang?! Kamu puas melihat aku menderita?! Kamu puas melihat Radit dipenjara?!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!