NovelToon NovelToon
Skenario Cinta : Kisah Setelah Patah Hati

Skenario Cinta : Kisah Setelah Patah Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Vampir / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan / Harem
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Katsumi

Mengisahkan kehidupan seorang siswa laki-laki yang telah mengalami patah hati setelah sekian lamanya mengejar cinta pertamanya. Namun, setelah dia berhenti ada begitu banyak kejadian yang membuatnya terlibat dengan gadis-gadis lain. Apakah dia akan kembali ke cinta pertamanya, atau akankah gadis lain berhasil merebut hatinya?

Ini adalah kisah yang dimulai setelah merasakan patah hati 💔

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Katsumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penghapus

...[POV 1 Yuka]...

Aku duduk di bangkuku, menopang dagu dengan tangan. Tatapanku sesekali melirik ke arah kiri... ke tempat di mana dia biasa duduk.

Ferdi.

Bangkunya masih kosong, dan entah kenapa... hatiku terasa berat. Rasanya seperti ada sesuatu yang menggantung di udara, menyiksa tapi aku nggak tahu harus gimana.

Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba fokus ke buku pelajaran di depanku, tapi gagal. Otakku masih muter-muter mikirin dia. Apa aku bener-bener udah kehilangan dia?

Tiba-tiba, suara pintu kelas terbuka. Secara refleks, aku langsung menoleh.

Dan di sanalah dia... Ferdi. Dia masuk dengan ekspresi datar seperti biasa, tapi yang bikin aku kaget bukan itu.

Tepat sebelum dia benar-benar masuk, aku melihat seseorang di balik punggungnya.

Seorang gadis berambut perak cerah.

Hina.

Ketua OSIS itu tampak berdiri di lorong, melambaikan tangan kecilnya pelan ke arah Ferdi... lalu langsung pergi.

Aku terkesiap. Mataku otomatis mengikuti langkahnya dari jendela kelas, dan benar saja... Hina berjalan pelan menuju kelasnya sendiri.

"Dia... barusan bareng sama Hina?" batinku.

Aku menggigit bibir bawahku, mencoba menahan emosi yang mulai naik lagi. Rasa kesal, sedih, cemburu, semuanya campur aduk di dada. Tapi aku juga tahu... aku nggak bisa terus ribut sama dia.

Nggak sekarang. Bukan setelah semuanya makin jauh kayak gini.

Aku menunduk, menutupi wajahku dengan buku pelajaran. Tapi mataku... tetap nggak bisa lepas dari sosoknya yang duduk tak jauh dariku.

Ferdi.

Dia tetap tenang. Tapi aku tahu... hatiku nggak.

Jam pelajaran berlangsung. Aku mencoba fokus ke pelajaran namun, saat menulis aku membuat kesalahan.

Aku membuka kotak pensil, berharap menemukan benda kecil itu... tapi nihil.

Aku bongkar tasku pelan, tangan mengobrak-abrik isi dalamnya, tetap nggak ketemu. Penghapusku… hilang.

"Yah..." gumamku pelan, mulai panik sendiri. Aku coba lagi membongkar dengan lebih hati-hati, berharap penghapus itu nyelip di sudut tas, tapi tetap nggak ada.

Jari-jariku berhenti bergerak ketika aku merasakan tatapan.

Aku mengangkat wajah, dan benar saja, dia.

Ferdi.

Dia menatapku dengan alis sedikit mengernyit, "Ada apa?" tanyanya. Suaranya datar, tenang, tapi cukup untuk bikin jantungku melonjak.

Aku terdiam. Rasanya aneh... setelah semuanya. Setelah aku nyakitin dia, lalu minta maaf, lalu ditolak secara halus… sekarang dia masih sempat memperhatikan hal kecil kayak gini?

"A-aku..." lidahku sempat kelu. Tapi akhirnya aku membuka mulut, pelan. "Penghapusku hilang..."

Tanpa berkata apa pun, dia merogoh kotak pensilnya. Gerakannya cepat, biasa aja. Lalu... sebuah penghapus kecil mendarat di atas mejaku.

Aku menatapnya. Diam.

Lalu dia kembali menunduk, fokus ke buku di depannya. Seolah tak terjadi apa-apa.

"Makasih," ucapku pelan. Suaraku nyaris tak terdengar.

Dia nggak menjawab. Tapi entah kenapa, penghapus kecil itu terasa berat di tanganku.

Bukan karena bentuknya.

Tapi karena perasaan yang tertinggal di antara kami... yang belum selesai, tapi nggak tahu harus dikemanakan.

.

.

.

Bel pulang berbunyi. Suara riuh langsung memenuhi kelas, suara kursi diseret, tas ditutup buru-buru, dan langkah-langkah kaki yang mulai bersiap keluar.

Aku sendiri masih diam, memandangi meja sambil pelan-pelan membereskan alat tulisku. Jemariku meraih penghapus kecil yang tadi kupinjam dari Ferdi.

Aku menatapnya... lama.

Sebenarnya cuma benda kecil. Tapi rasanya seperti benang terakhir yang menghubungkan aku dan dia.

Aku melirik ke arah kiriku. Ferdi sedang memasukkan buku ke dalam tasnya, ekspresinya seperti biasa, tenang, datar. Aku menggenggam penghapus itu, berniat mengembalikannya sekarang juga.

"Ayo, Yuk," batinku. Tapi... aku malah diam.

Kakiku enggan bergerak. Mulutku terkunci. Dan sebelum aku sempat mengeluarkan satu kata pun, dia sudah berdiri, menggendong tas, lalu berjalan keluar kelas.

Aku hanya bisa menatap punggungnya yang menjauh. Aku kehilangan momen itu. Lagi.

Kenapa aku nggak bisa sekadar bilang ‘ini penghapusmu’? Kenapa rasanya sulit banget?

Aku kembali duduk, menatap penghapus itu di telapak tanganku. Lama.

"Ga mau pulang, Yuk?" tanya suara yang familier. Kayla, sahabatku, berdiri di samping bangkuku dengan alis terangkat heran.

"Eh?" Aku mendongak kaget, lalu buru-buru menyembunyikan penghapus itu ke dalam genggaman. "Ah iya... ayo," jawabku buru-buru sambil tersenyum canggung.

Tapi jauh di dalam, hatiku masih penuh kebingungan. Langkahku mengikuti Kayla, tapi pikiranku tertinggal di kelas, bersama sebuah penghapus kecil dan sosok yang semakin sulit kuraih.

...----------------...

Perjalanan pulang hari itu terasa lebih panjang dari biasanya. Langit sedikit mendung, tapi belum hujan. Angin sore berembus pelan, menyentuh rambutku yang terurai.

"Jadi gimana, Yuk?" tanya Kayla tiba-tiba saat kami melangkah keluar dari gerbang sekolah.

Aku menoleh, sedikit bingung. "Gimana apanya?"

"Si Ferdi, lah! Apalagi?" Kayla menghentikan langkahnya, lalu menatapku dengan serius.

Aku menunduk. Rasa sesak yang sejak tadi kupendam di dada kembali muncul. "Buat sekarang... kayaknya aku bakal diem dulu," jawabku pelan.

"Yakin?" suara Kayla agak meninggi, tapi bukan marah, lebih ke khawatir. "Akhir-akhir ini dia deket sama Ketos Hina, terus ada juga cewek dari kelas lain yang namanya Lisa, kan?"

Nama itu... Lisa.

Aku langsung terdiam. Rasanya perutku seperti dipelintir. Aku ingat sosok gadis berambut hitam itu, meskipun cuma pertemuan yang singkat. Lalu Hina... aku juga tadi melihatnya melambai ke Ferdi.

Pikiranku mulai bertarung sendiri. Kalau aku terus diam, apa Ferdi bakal benar-benar pergi dari hidupku? Tapi kalau aku maju lagi, bicara atau sekadar mencoba dekat... apa itu malah akan memperburuk segalanya?

"Aku... bingung, Kay," ucapku jujur.

Kayla hanya diam sejenak, lalu menghela napas pelan. "Yuk... aku tahu kamu masih suka sama dia, meskipun kamu selalu sok jual mahal."

Aku menoleh kaget.

"Aku sahabatmu dari SMP, tahu? Cara kamu mandang dia... ekspresi kamu tiap dia deket sama cewek lain... itu semua terlalu jelas," lanjut Kayla sambil tersenyum lemah.

Aku menggigit bibir. Entah kenapa air mata tiba-tiba menggenang lagi.

"Tapi aku juga tahu... kamu terluka."

Aku mengangguk pelan, tanpa berkata apa-apa. Hanya langkah kaki kami berdua yang kembali terdengar di trotoar sore itu.

.

.

.

Sesampainya di rumah, aku langsung naik ke kamar tanpa banyak bicara. Begitu pintu kamar tertutup, aku melempar tas ke atas kasur dan menjatuhkan diri ke lantai, bersandar di sisi tempat tidur.

Rasanya semua terasa berat, tapi aku nggak tahu harus apa. Tanganku tergerak membuka ponsel.

Satu notifikasi muncul.

"Gimana klo buat kue?"

Pesan dari Kayla.

Aku terdiam. Pesan itu sederhana, tapi entah kenapa bikin dadaku hangat. Kayla emang selalu tahu gimana caranya nenangin aku, bahkan tanpa harus ngomong banyak.

Jari-jariku mengusap layar, tapi aku belum membalas.

Kutatap penghapus yang sejak tadi masih kugenggam. Penghapus yang kupinjam dari Ferdi.

"Kenapa semuanya jadi serumit ini, sih...?" gumamku pelan.

Kupeluk lututku, kepala kutundukkan. Rasanya semua perasaan campur aduk. Kesal, sedih, bingung, dan sedikit... takut. Takut kehilangan.

Tanganku kembali bergerak. Kubuka chat Kayla, lalu mulai mengetik pelan.

"Kue apa?"

Kukirim pesan itu.

Setelah itu, aku hanya memeluk bantal dan menatap layar ponsel menunggu balasan, seolah kue bisa menyembuhkan luka hati yang bahkan aku sendiri belum tahu cara mengobatinya.

1
Saiful Anwar
jadi Ferdi itu vampir. tunggu, jika dia vampir, apa itu setengah vampir/vampir murni?? tapi kok Ferdi baik" ajah saat terkena sinar matahari.
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
asekk di ulti
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
ini ilusnya pake ai kan? gimana caranya biar kek gtu?
Katsumi: yah di ketik di prompt
total 1 replies
Saiful Anwar
kalau Yuka tau si Ferdi udh punya tunangan bisa marah+cemburu=patah hati
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
oh wow, akhirnya ada pov 1🗿
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
pake nanya🗿
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
jdi keinget yg di yumemiru🗿
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊: tpi bagus sih, bikin keinget jdi pen nonton ulang 🗿
total 1 replies
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
dari ferisu jadi ferdi🗿suka bet huruf 'f' keknya
Katsumi: Gak tau, pengen aja
total 1 replies
Saiful Anwar
darling??
kayaknya bertambah saingannya
Mizuki
Temen w yang namanya ferdi terakhir kali bilang gini ke cwek random hasilnya malah kena gampar
Katsumi: wkwkwkw
total 1 replies
Mizuki
scene ngompori temen dari dulu emang jadi template banget😑
Mizuki
Menyelam sedalam Palung Mariana demi Loli
Mizuki
masih menyelam
Mizuki
Langsung saja, yandere, loli, ama tsundere bab berapa?
Mizuki: btw, ini si Yuka gak ada di cover gak sih, w baca di awal-awal gak ada deskripsinya, kek npc banget daripada penggerak plot awal🗿
total 1 replies
bysatrio
jadi, mulai masuk fantasinya? vampir? mereka berlima? apa sama cewek²nya juga nanti?
Katsumi: iya masuk kayak siluman, iblis dan malaikat
total 1 replies
Saiful Anwar
lah ini baru prolog nya? gua kira udah mulai.
Katsumi: iya masih prolog itu v;
total 1 replies
Saiful Anwar
Hhmm saya mencium aroma misteri
bysatrio
apakah ada konflik lain yang sempat terlupa,
Saiful Anwar
dari alurnya hina dan Ferdi kayaknya teman masa kecil
ラマSkuy
nah kan udah kaya ibu ibu aje ngerumpi, akhirnya didatangin langsung sama yang dirumpiin kan🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!