"Ini putri Bapak, bukan?"
Danuarga Saptaji menahan gusar saat melihat ponsel di tangan gadis muda di hadapannya ini.
"Saya tahu Bapak adalah anggota dewan perwakilan rakyat, nama baik Bapak mesti dijaga, tapi dengan video ini ditangan saya, saya tidak bisa menjamin Bapak bisa tidur dengan tenang!" ancam gadis muda itu lagi.
"Tapi—"
"Saya mau Bapak menikah dengan saya, menggantikan posisi pacar saya yang telah ditiduri putri Bapak!"
What? Alis Danu berjengit saking tak percaya.
"Saya tidak peduli Bapak berkeluarga atau tidak, saya hanya mau Bapak bertanggung jawab atas kelakuan putri Bapak!" sambung gadis itu lagi.
Danu terenyak menatap mata gadis muda ini.
"Jika Bapak tidak mau, maka saya akan menyebarkan video ini di media sosial!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 22. Saya Lapar!
"Dokter, gimana keadaan mami saya?"
Dokter yang memeriksa Mila baru saja membuka mulut, tetapi disergah oleh Clara hingga dokter yang tampak lelah itu hanya bisa menghela napas dalam-dalam dan memejamkan mata sejenak.
"Dia syok. tekanan darahnya tinggi dan sudah saya katakan kalau ada masalah penyumbatan di pembuluh darah dan harus CT Scan pada check up terakhir. Mami sekarang stroke, dan harus dirawat intensif selama beberapa hari agar kembali pulih."
"Hah!?" Clara menutup mulutnya, "Stroke, Dok?"
"Iya ... Mami nggak pernah cerita emang? Lagian Mami pernah pingsan sebelumnya, saya sudah sarankan berkali-kali untuk pemeriksaan lanjutan! Tapi mami kamu bandel!"
Clara menggeleng. "Tapi mami nggak gendut, Dok, apa bisa orang selangsing Mami kena stroke?"
Dokter menghela napas sembari menatap Clara tak habis pikir. "Sakit gak mandang langsing atau gendut, Clara ... sakit hanya mandang kesempatan yang ada! Mami kamu punya riwayat hipertensi, itu saja sudah bisa bikin banyak kemungkinan mami kamu kena komplikasi!"
Dokter menghela napas. "Kamu pasti tidak tahu kalau Mami kamu langsing begitu karena diabetes, kan?"
"Hah?" Clara sampai mendelik mendengarnya sehingga dokter itu kembali berekspresi lelah sehingga ia meraup wajahnya kasar.
"Ya sudah, nanti kita bicara lagi kalau Mami udah siuman dan kita melakukan pemeriksaan lengkap! CT-scan dan yang lain! Saya pamit dulu, ada pasien baru datang!"
Clara mencebik. Rasanya ingin menangis.
"Papi kemana juga?" Clara merasa dia sendirian, meski disana ada beberapa orang kerabat yang ikut mengantar.Candra sedang mengurus administrasi, Cakra mengurus rumah, dan Revan mabar Mobile Legends di depan.
Clara tanpa Maminya bisa apa? Plonga plongo doang!
...
"Jadi Clara itu bukan anak kandung Pak Danu?" tanya Beby ketika mereka berada diperjalanan menuju rumah Beby. Ada ekspresi senang di dalam nada suara Beby.
Danu hanya membuka tangannya yang berada diatas kemudi sebagai jawaban. Dia masih berada diantara rasa tidak percaya berhasil mengakui Beby di depan keluarga besar Soeroso.
Beby manggut-manggut. "Mau kasihan, tapi aku sendiri lebih kasihan," gumamnya seraya membuang napas.
"Saya minta maaf, Pak," ujar Beby kemudian. Suaranya sangat impulsif. Tatapan matanya pada Danu pun benar-benar tulus. "Harusnya tidak sekarang saya mengakui pernikahan ini."
"Kesempatan bagus tidak datang dua kali, Beby!" Danu meyakinkan. "Percayalah, semua akan berjalan dengan baik jika niat kita memang baik."
Danu melirik Beby penuh keyakinan.
"Saya sendiri tidak tahu ini baik apa tidak." Beby membuang napas berat.
"Kita hadapi semua sama-sama." Danu menggenggam tangan Beby kemudian.
Beby menatap tangan yang kini terasa sangat hangat merengkuhnya. "Pak, apa Bapak yakin dengan semua ini? Bagaimanapun, saya bisa jadi batu sandungan buat Bapak. Ini bisa jadi celah yang bikin Bapak jatuh."
Danu hanya menarik bibirnya sekilas. "Jatuh sekalipun saya sudah siap, Beby! Ini pertarungan akhir saya di Dewan. Jika saya bisa bertahan dengan gosip yang ada, maka saya memang selama ini dicintai oleh rakyat. Jika kali ini gagal, maka sudah waktunya saya berhenti dan hidup dalam masyarakat! Saya yakin, kota ini tidak kekurangan wakil rakyat yang baik dan amanah."
Beby semula memperhatikan Danu fokus pada jalan sembari berbicara, kini menunduk karena perutnya mendadak mulas padahal dia tidak sedang ingin buang air besar atau diare. Sesuatu yang baru dan mendebarkan baru saja ia dengar dan merasuk ke jiwanya. Ini tantangan, tapi Beby tidak tahu mulai dari mana untuk membantu Danu.
"Saya berharap, ini pernikahan terakhir saya, Beby ... yang saya bangun dari kesalahan yang dilakukan anak saya, tapi semoga tumbuh bersama perasaan saya ke kamu. Jadi saya minta bantuan kamu ke depannya." Danu menoleh, menatap Beby yang masih menunduk. Pikiran anak ini pasti banyak ragunya.
"Bantu saya yang sudah tua ini memiliki apa yang generasi sekarang bilang cinta! Ya, walau telat banget, tapi saya bersedia start dari awal lagi."
Beby menoleh. Bertanya-tanya dan mencari jawaban di wajah Danu. Sebenarnya, Beby belum siap jika harus menghadapi urusan yang namanya cinta dan patah hati. Hatinya masih penuh dengan sampah masa lalu yang belum ia pilah-pilah. Biarpun beruk yang satu itu pantas dibuang seluruh kenangannya, tapi tidak dengan pengalamannya.
Beby banyak belajar dari sana. Dari hubungan panjang yang disia-siakan.
Mobil Danu berhenti tepat di depan rumah Beby. Hal ini membuat Danu yang sedari tadi menanti jawaban Beby penuh kesabaran memberi Beby perhatian penuh.
"Saya harap, kamu tidak malu memiliki suami setua saya."
Ucapan Danu membuyarkan pikiran kelam Beby.
"Saya mau kamu ajari apa itu cinta. Saya ingin tahu bagaimana mencintai seseorang, dan saya harus bagaimana agar bisa disebut dicintai oleh pasangannya."
Entahlah, Beby hanya menjalani hubungan saja dengan Revan. Dia tidak tahu juga apa itu benar-benar cinta atau hanya karena sudah terlanjur lama menjalin hubungan dan tidak punya pilihan lain.
"Kalau mencintai orang baru dikenal sepertinya saya sudah handal," sambung Danu narsis, "jadi bagaimana kalau kita pacaran saja dulu ... nanti saja kita putuskan apa kita lanjut atau lanjut terus."
Hah?
"Artinya kita nggak bakal putus, dong, Pak?" Beby mencebik.
"Iya, rencananya saya tidak akan melepaskan kamu!" Danu nyengir seraya meletakkan kedua tangan di atas setir. Matanya menatap Beby dalam penuh maksud. "Saya lapar, gimana kalau kita makan?"
Danu menaikkan kedua alisnya bersamaan, sehingga membuat Beby hilang napas dan kembali gemetar.
"Makan?"
sampai Danu mencerailan mila dan clara sadar diri bahwa dia hanya anak sambung yg menyianyikan kasih sayang ayah sambungnya 💪
mila mila sombongnya tdk ketulungan sm Danu
merasa dulu cantik anak pejabat