Skenario Cinta : Kisah Setelah Patah Hati

Skenario Cinta : Kisah Setelah Patah Hati

Redup

"Mau pulang bareng? Sekalian mampir ke kafe?"

Suara laki-laki yang riang dan penuh percaya diri itu tertuju pada seorang gadis yang sedang duduk di meja kelasnya.

"Apaan sih? Nggak! Aku mau pulang bareng Kayla," balas gadis itu dengan nada risih.

"Kalau gitu, aku ikut juga, ya?" laki-laki itu kembali bertanya, tak kehilangan semangat.

"Nggak. Yah, enggak!" jawab si gadis, kali ini lebih tegas, penuh penolakan.

Laki-laki itu hanya tersenyum. Ia sudah terbiasa ditolak, mungkin sudah hampir setiap hari merasakannya. Tapi tetap saja, hatinya selalu menaruh harap. Gadis itu, teman sekelasnya, adalah cinta pertamanya. Seorang gadis yang telah ia kejar sejak masih duduk di bangku SMP.

"Lagian, kamu nggak ada kerjaan lain, ya, selain ngekorin aku terus?" tanya gadis itu dengan kesal, sambil merapikan bukunya.

Terdiam. Ada sesuatu yang mencubit hatinya. Ia seharusnya sudah tahu ini akan terjadi. Tapi... setelah berkali-kali ditolak, setelah terus-terusan memaksakan harap... api kecil di hatinya mulai meredup.

"Benar juga... Maaf, aku nggak bakal ngelakuin itu lagi..." ucapnya lirih. Nada suaranya nyaris tenggelam, seolah berusaha menahan luka.

Gadis itu menatapnya sekilas, lalu pergi meninggalkan kelas tanpa berkata apa-apa lagi.

"..."

Kayla, yang sedari tadi berada di situ, hanya diam.

Laki-laki menoleh ke arah Kayla. "Dia udah pergi, loh. Kamu bakal ketinggalan."

"Ah!" Kayla baru tersadar, lalu buru-buru berlari mengejar temannya. Tapi sebelum keluar dari kelas, ia menoleh lagi. "Oh iya... Kata-kata Yuka tadi jangan diambil hati, ya."

"Iya... aku tahu..." balas Laki-laki itu, mencoba tersenyum, meski senyumnya tampak dipaksakan.

Ia duduk kembali di bangkunya, menatap keluar jendela. Beberapa detik kemudian, dari sana, ia melihat Yuka dan Kayla berjalan menuju gerbang sekolah.

"Huft~"

Menghela napas pendek. Ia mulai merapikan barang-barangnya, lalu melangkah keluar dari kelas dengan hati yang hancur. Dulu, ia selalu mengabaikan rasa sakit ini. Ia terus berjuang, pantang menyerah, berusaha tetap kuat... Tapi setelah begitu banyak penolakan, ia akhirnya tersadar.

"Sepertinya aku udah nggak sanggup lagi..." gumamnya, dengan senyum getir.

.

.

.

Sesampainya di rumah, Laki-laki itu langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur.

"Ternyata selama ini aku selalu nahan rasa sakit ini..."

Ia berguling, menatap langit-langit kamar. Pikirannya yang selama ini dipenuhi sosok Yuka perlahan mulai kabur. Hatinya... sudah terlalu lelah.

Satu tahun lalu, saat ia masih kelas 3 SMP, ada satu kejadian yang mengubah dirinya. Saat itu, ia dikenal sebagai siswa bermasalah: suka berkelahi, bikin onar, dan jarang peduli pada siapa pun.

Suatu sore, di perjalanan pulang, ia dan teman-temannya melintasi sebuah taman. Di sana mereka melihat sekelompok anak dari sekolah lain mengerumuni seorang gadis.

"Oi, liat deh!"

"Bukannya itu seragam sekolah kita?"

"Iya, dia dari sekolah kita!"

Tanpa pikir panjang, mereka berlari ke taman.

BAM!

Tanpa aba-aba, mereka langsung memukul anak-anak yang mengerumuni gadis itu. Perkelahian pun tak terhindarkan.

"Anjing! Mau lo apa, bangsat!?"

"Sok jago lo, mau jadi pahlawan!?"

Mereka saling menyerang, saling membalas pukulan. Situasi semakin panas.

Untungnya, seorang penjual bakso di seberang jalan menyadari keributan itu.

"WOI, BOCAH!"

Teriaknya sambil mengacungkan centong.

Anak-anak dari sekolah lain langsung kabur.

"Kutandai muka lo pada!" teriak salah satu dari mereka sambil lari.

"Datang aja kalo berani!" balas teman Ferdi.

"Oi, Fer, bibir lo pecah tuh."

Laki-laki itu, Ferdi, mengusap bibirnya. Darah.

"Ah, iya... bener."

Ia berbalik, menatap gadis yang kini terduduk ketakutan.

"Kamu nggak apa-apa?" tanyanya sambil mengulurkan tangan.

"Y-ya..." jawab gadis itu pelan. Saat tangan mereka bersentuhan, mata mereka saling bertemu.

Ba-dum!

Ada sesuatu yang menyentak dalam dadanya. Sebuah perasaan hangat, sekaligus asing.

"Makasih udah nolongin," ucap si gadis pelan.

"Ah, nggak masalah. Lagian kita satu sekolah," balas Ferdi.

Gadis itu lalu mengusap lembut pipi Ferdi, membersihkan debu dan bercak darah.

"Maaf, ya... pasti sakit," ucapnya pelan.

"Ah, enggak kok. Luka kecil aja. Paling besok udah sembuh," jawab Ferdi sambil mundur sedikit.

Jantungnya berdegup cepat. Ada keinginan aneh untuk memeluk gadis itu, tapi ia menahan diri.

Sejak hari itu, nama gadis itu, Yuka, tertanam dalam hati Ferdi. Dan semenjak hari itu pula, ia mulai berubah. Ia mendekatinya, mencoba mengenalnya lebih jauh, hingga kini mereka sudah sama-sama duduk di bangku SMA...

Tanpa sadar, ia mengenang masa itu.

"Takdir benar-benar nggak bisa ditebak," gumamnya.

"Menyelamatkan seorang gadis, lalu jatuh cinta padanya pada pandangan pertama... Haha, udah kayak cerita novel aja," lanjutnya sambil menutup wajah dengan tangan kanan.

"Tapi sekarang... sepertinya aku harus nyerah..."

Kali ini suaranya nyaris tak terdengar, mengandung kesedihan yang mendalam.

Ia mengambil ponselnya, membuka aplikasi chatting, lalu masuk ke grup kelas. Matanya sekadar menelusuri pesan-pesan yang terus bergulir. Ia tidak membalas satu pun. Hanya scroll sebentar, lalu mematikan ponselnya.

"Ah, mau mandi aja mager," keluhnya sambil berguling dari kasur.

Beberapa menit kemudian, Ferdi berjalan keluar kamar dan menuju pintu depan. Ia duduk di teras rumah, memandangi jalanan yang dilalui kendaraan dan orang-orang lalu-lalang. Kota itu tetap ramai dan berisik seperti biasa, tapi hatinya terasa sepi.

Ferdi tinggal sendiri. Orang tuanya berada di kota lain karena pekerjaan.

Di tengah riuhnya kota, pikirannya dipenuhi oleh usaha untuk melupakan gadis bernama Yuka. Tapi hati kecilnya masih menyimpan sisa-sisa rasa. Rasa yang belum sepenuhnya mati.

"Arrrrghhh!" Ia memegang kepalanya, frustasi.

Kesal pada dirinya sendiri. Kenapa bisa sebodoh ini hanya karena cinta?

Ia menghela napas dalam, lalu berdiri. Mengambil dompet dan jaket, Ferdi melangkah keluar rumah. Tujuannya sederhana, minimarket di ujung jalan.

Langkahnya pelan, malas, tapi entah kenapa tetap berjalan. Sampai akhirnya, seperti kebiasaan atau mungkin ini hal umum bagi banyak orang, ia berdiri diam di depan lemari pendingin minimarket. Matanya memandangi deretan minuman dengan tatapan kosong.

"Hmm... beli apa enaknya...?" gumamnya, masih menatap pintu transparan penuh botol dan kaleng warna-warni.

Saat itu juga, tanpa disadari, seseorang berdiri di sampingnya. Seorang gadis. Dari sudut matanya, Ferdi melirik sekilas.

Dan ternyata... gadis itu adalah Ketua OSIS di sekolahnya.

Ferdi, yang masih mengenakan seragam sekolah, dilirik balik oleh gadis di sampingnya.

"Itu seragam SMA 2, kan?" tanya gadis itu spontan, menoleh sebentar ke arah Ferdi.

"Ya..." balas Ferdi singkat.

Tanpa menambahkan apa-apa lagi, ia membuka pintu kulkas dan mengambil sebotol minuman bersoda.

"Duluan ya," ucapnya, lalu melangkah pergi menuju kasir.

Gadis itu hanya menatap kepergiannya tanpa berkata apa-apa.

Di meja kasir, Ferdi langsung membayar, lalu keluar dari minimarket. Langkahnya mengarah ke taman kecil yang tak jauh dari sana. Tempat itu sepi, hanya ada semilir angin dan suara samar kendaraan dari kejauhan.

Matanya melirik ke arah ayunan yang kosong.

Tanpa banyak pikir, ia berjalan ke sana dan duduk.

Ayunan itu bergerak perlahan, mengikuti gerakan kakinya. Ferdi diam, hanya menggenggam botol minuman di tangannya.

Perlahan tubuhnya mulai rileks, meski pikirannya tetap berat.

Crek.

Ia memutar tutup botol.

Spruss!!

Air soda menyembur keluar, membasahi sebagian seragamnya. Ia langsung menghentikan ayunan.

"..."

Ferdi terdiam. Menatap botol di tangannya.

"Huft~"

Ia menghela napas panjang. Entah karena lelah, frustasi, atau hanya ingin mengosongkan kepala.

Menatap langit jingga yang perlahan mulai menggelap, ia bergumam, "Kurasa aku harus pulang sekarang."

Terpopuler

Comments

ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊

ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊

bentar, ini ada haremnya kan yak? 🗿

2025-08-14

1

ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊

ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊

dari ferisu jadi ferdi🗿suka bet huruf 'f' keknya

2025-08-22

0

Seiya-kun

Seiya-kun

tsundere meresahkan

2025-08-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!