NovelToon NovelToon
Pergi Untuk Kembali

Pergi Untuk Kembali

Status: tamat
Genre:Romansa / Kontras Takdir / Healing / Tamat
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: mom fien

To heal & to grow

Remember,
when you forgive, you heal.
And when you let go,
you grow.
-unknown

Aku membaca tulisan di dinding ruang tunggu, yah aku juga tau teorinya namun kenyataan tak semudah teori, ucap Alena dalam hati.
Aku Alena, ini kisah percintaanku, dimana aku seorang pengecut yang merasa rendah diri, setiap ujian datang menghampiriku maka aku akan memilih untuk pergi, merasa menghindari masalah adalah jawaban yang tepat. Lagipula menjalani cinta dan jatuh cinta adalah 2 hal yang berbeda. Kamu bisa jatuh cinta tanpa perlu memikirkan latar belakang dan konsekuensi yang datang bersamanya. Sedangkan menjalani cinta berarti perjalanan panjang yang penuh dengan pertanyaan dan keputusan disetiap ujiannya.

"Al, aku berjanji untuk selamanya bersamamu menjalani kehidupan ini, apapun yang terjadi di masa depan, yakinlah, kamu akan selalu menjadi pilihan pertamaku".

Full of love,
Author 🤎

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Permainan di Kantor

Dddrrt... dddrrt...

"Jas, tumben sudah kembali ke hotel jam segini?", tanyaku dalam panggilan video kami malam itu, saat itu jam menunjukkan pukul 9 malam.

"Ya, aku langsung pulang setelah makan malam, karena aku mau meneleponmu sebelum kamu tidur".

"Ooo... bagaimana hari ini, apa semuanya lancar?".

"Al kenapa kamu tidak bercerita kamu makan siang bersama seorang pria?", tanya Jason dengan nada menginterogasi.

"Makan siang? Kapan? Aku tidak pernah makan siang bersama pria lain".

"Ayolah Al, salah satu kenalanku melihatmu berada di sebuah cafe".

"Ooo... cafe... ya, Rabu siang tidak sengaja aku bertemu Ebel di cafe. Kami hanya mengobrol sambil minum kopi saja Jas".

"Tidak sengaja atau janjian bertemu?".

"Jas, kok jadi menuduh begitu sih, kamu kan tau aku hilang ingatan, mana mungkin aku kepikiran untuk janjian dengan Ebel".

"Justru karena kamu melupakan segalanya tentang aku, ingatan terakhirmu adalah Ebel, Al".

"Jas!!", bentakku kesal.

Kami sama-sama terdiam sesaat.

"Jas, mungkin kamu lelah dengan urusan kantor, tapi coba kamu berpikir jernih dan singkirkan kecemburuan yang tidak beralasan itu. Jika aku memang janjian dengan Ebel, kenapa harus dicafe yang letaknya dekat dengan kantor. Jika aku memang memiliki niat buruk dengan Ebel, bukankah lebih baik aku janjian di hotel saja Jas?!".

"Al... !".

Kami kembali terdiam beberapa saat.

Aku berpikir sebenarnya ini hanya salah paham, mungkin seperti inilah kejadian yang Ebel maksud di masa lalu itu. Dengan nada yang lebih lembut, aku berusaha mencairkan suasana,

"Jas apa kamu tau Ebel sudah menikah? Kami hanya mengobrol sebagai teman tidak lebih. Memang saat itu sepertinya ada piring di meja, tapi itu bukan makan siang, percayalah padaku. Lagipula bukankah kita bahagia dengan keadaan kita sekarang? apalagi yang perlu aku cari dari pria lain".

"Kenapa kamu tidak mengatakan padaku kalau kamu bertemu Ebel hari itu?".

"Karena keterbatasan kita saat ini, bagiku lebih penting untuk kangen kangenan sama kamu, waktu kamu bisa meneleponku. Aku memang ingin menanyakan sesuatu soal ingatanku yang hilang, karena Ebel tidak sengaja membantuku mengingatnya, tapi aku ingin mengatakannya nanti saat kita bertemu".

"Jas, katakan sesuatu... jangan diam saja".

"Maafkan aku Al, mungkin aku lelah Al".

"Ya Jas, aku mengerti. Apa kita baik-baik saja Jas?".

"Ya Al".

"Besok kamu pulang jam berapa?".

"Besok siang, tapi aku langsung ke kantor Al, aku punya banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan".

"Apa kita akan makan malam bersama?".

"Entahlah Al, besok aku info lagi ya Al".

"Al, aku sangat lelah, aku mau mandi dan tidur aja ya Al".

""Baiklah Jas, sampai besok".

Dddrrt... dddrrt... Jumat siang...

"Aku sudah berada di kantor Al", begitu bunyi pesan Jason.

"Apa sudah makan siang Jas?".

"Belum, aku akan minta OB untuk membelikan makan siang untukku nanti".

"Al, sepertinya aku juga akan makan malam di kantor".

"Ok baiklah Jas".

Perasaanku sungguh tidak enak, kemarin malam kami memutuskan video call tanpa ada ciuman dari Jason seperti biasanya. Sekarang dia bilang mau makan malam di kantor, apa dia sungguh sibuk? Atau masih kesal denganku? Mungkin sebaiknya aku membawakan makan malam ke kantor.

"Sore bu", beberapa pegawai kantor menyambutku.

"Alena.... apa kabar?", tanya salah seorang temanku dan mantan rekan kerjaku dulu.

"Halo apa kabar?", sapaku ramah. Kami berbincang selama beberapa saat bersama beberapa kenalanku di kantor ini.

Kemudian saat menunjukkan jam 4 sore, satu persatu pegawai kantor mulai pulang. "Pak Jason masih meeting, mau kutemani Al?", tanya temanku.

"Aku tunggu saja di kantornya, kalian kan mau pulang".

Sepeninggalan teman-temanku, aku masuk ke ruangan Jason dan duduk diatas sofa menunggunya kembali.

"Al, udah lama nunggu? Kenapa ga wa kalau kamu mau datang", tanya Jason begitu ia masuk ke ruangannya.

"Aku hanya mau antar makan malam aja Jas, setelah itu aku pulang".

Ia duduk disampingku dan menarik badanku untuk duduk di pangkuannya.

"Jas, ini kantor, ga enak".

"Aku kunci pintunya Al".

Ia hanya diam dan memelukku kemudian aku membalas pelukannya.

"Maaf soal kemarin Jas, apa kamu masih marah?".

Ia menggelengkan kepalanya.

"Jas, soal kemarin itu, sebenarnya aku lama berbicara dengan Ebel karena bertanya tentang...", aku belum menyelesaikan ucapanku, Jason memotongku dan berkata,

"Apa kamu ga kangen Al? bicarakan nanti saja".

Ia menciumku bibirku, lalu tangannya meraba dadaku dan membuka kancing bajuku. Tidak lama mulutnya bermain dengan bagian sensitif dadaku.

"Akhhh... Jas", racauku menahan emosi.

"Nanti ada yang dengar Jas...mmmhhmmm...".

"Ruangan ini kedap suara", bisiknya ditelingaku.

Saat itu aku memakai kemeja berbentuk dress, dengan mudah Jason mengambil kendali atas tubuhku. Tanpa benar-benar melecuti pakaian, kami bermain seakan ini adalah ruangan pribadi kami. Meski aku berusaha untuk menahan diri, namun desahan kenikmatan tetap keluar dari mulutku.

Setelah permainan mencapai puncaknya, kami saling berpelukan.

"Kamu gila Jas, bagaimana nanti kalau ada pegawai yang lihat atau dengar".

"Sudah kukatakan ruangan ini kedap suara".

"Ya tapi kan siapa tau...", aku belum menyelesaikan ucapanku, Jason memotongku.

"Lagian biar semua orang tau kamu milikku Al".

Lalu ia hanya tersenyum mendengar ucapanku seakan tidak perduli soal itu.

Aku mulai berpikir, sepertinya Jason agak bersikap posesif terhadapku, namun sejauh ini segalanya masih terkendali.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!