Raka Dirgantara, Pewaris tunggal Dirgantara Group. Tinggi 185 cm, wajah tampan, karismatik, otak cemerlang. Sejak muda disiapkan jadi CEO.
Hidupnya serba mewah, pacar cantik, mobil sport, jam tangan puluhan juta. Tapi di balik itu, Raka rapuh karena terus dimanfaatkan orang-orang terdekat.
Titik balik: diselingkuhi pacar yang ia biayai. Ia muak jadi ATM berjalan. Demi membuktikan cinta sejati itu ada,
ia memutuskan hidup Miskin dan bekerja di toko klontong biasa. Raka bertemu dengan salah satu gadis di toko tersebut. Cantik, cerewet dan berbadan mungil.
Langsung saja kepoin setiap episodenya😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky_Gonibala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gaji Kecil Tetap Tersenyum
Pagi itu, Toko Kita Jaya terasa lebih hangat dari biasanya. Bukan karena cuaca, tapi karena suasana hati Raka dan Intan yang entah mengapa sedang baik-baik saja. Setelah seminggu penuh drama mie kadaluarsa dan tangan yang tak sengaja bersentuhan, keduanya semakin dekat, walau masih pura-pura biasa saja di depan teman-teman kerja lainnya.
"Mas, tadi kamu scan harga tisu dua kali ya? Nggak salah tuh?" tanya Intan
Suara Intan dari balik kasir mengusik konsentrasi Raka yang sedang menyusun dus air mineral.
"Itu bukan salah, itu strategi. Biar kamu bisa negur aku terus, jadi kita punya alasan ngobrol."
Intan mendelik, lalu meletakkan nota penjualan ke atas meja kasir. "Strategi apaan. Bisa-bisa pelanggan ngamuk nanti." Ucap Intan dengan wajah imutnya
Raka tertawa kecil, lalu berjalan mendekat. Ia mengambil tempat di kursi plastik kecil di balik kasir, duduk di samping Intan yang sedang menghitung uang kembalian.
"Gimana, udah cek slip gaji?" tanya Raka pelan.
Intan menghela napas sambil memutar matanya. "Udah. Dan seperti biasa... cukup buat bayar kos, beli mie, sama sabun cuci piring. Habis itu... habis. Uang gajian cuma mampir transit bentar doang di dompet."
"Tapi senyummu nggak pernah habis ya," goda Raka.
Intan menyikut lengan Raka, tapi tak bisa menahan senyum.
Sore itu, para karyawan mendapatkan slip gaji bulanan mereka. Sebagian tersenyum, sebagian lagi mengeluh, tapi Intan... tetap seperti biasa. Ceria. Bahkan ketika angka di slip gajinya nyaris tak bertambah dari bulan lalu, ia tetap bisa tertawa bersama rekan kerja lain.
"Aku selalu mikir gaji kecil bukan alasan buat wajah muram. Hidup kan bukan cuma soal uang," ujar Intan sambil menyimpan slip gajinya ke dalam dompet Hello Kitty yang sudah agak pudar.
Raka diam sejenak. Kata-kata Intan menghujam hatinya seperti hujan pertama yang menyiram tanah kering. Ada rasa kagum, juga rasa bersalah. Karena dia tahu, dia bisa saja memberikan dunia kepada Intan, tapi dia memilih jadi "orang biasa" untuk menemukan cinta yang tulus.
Malam itu, setelah toko tutup, Raka dan Intan duduk berdua di depan toko, makan gorengan yang dibeli dari abang keliling.
"Mas Raka, kamu nggak pernah ngeluh soal gaji, ya? Kamu... puas gitu kerja di sini?"
Raka menggigit bakwan sebelum menjawab. "Dulu aku kerja buat cari uang. Tapi sekarang... aku kerja buat nemuin seseorang yang bikin hidupku lebih berarti."
Intan menatapnya dengan alis mengernyit. "Maksudnya?" tanya Intan
Raka tersenyum. "Maksudnya, aku kerja di sini karena kamu. Kalau kamu nggak ada, mungkin aku udah pergi, Terus nyari kerjaan lain."
Intan terdiam. Pipinya merona merah di bawah cahaya lampu toko yang temaram. Ia menggigit tempe gorengnya pelan-pelan, mencoba menyembunyikan senyum kecil yang terbit di ujung bibir.
"Mas Raka aneh deh," bisiknya.
"Tapi kamu seneng, kan, kerja bareng aku?"
Intan mengangguk pelan. "Seneng banget. Tapi jangan ge-er ya. Aku seneng karena kamu lucu. Kalo nggak lucu, udah aku lempar pake raket nyamuk."
Raka tertawa keras.
...*****...
Keesokan harinya, suasana toko ramai seperti biasa. Tapi di antara kesibukan itu, datang satu kejutan kecil yang membuat Intan menjerit.
"Mas! Gajiku ditransfer dua kali! Aku harus balikin nggak sih?! Jangan-jangan sistemnya Error!"
Raka yang sedang mengangkut dus sabun langsung menghampiri. Ia membaca notifikasi di HP Intan.
"Kok bisa ya? Kamu yakin bukan bonus?"
"Mana ada bonus dua kali gaji di toko ini. Aku juga nggak dapet apa-apa. Wah, jangan-jangan nanti disuruh balikin. Duh, aku udah belanja online barusan!"
Raka pura-pura bingung. Padahal... diam-diam dialah yang mengatur agar transfer kedua itu terjadi. Ia menghubungi manajer keuangan toko melalui koneksi lamanya dan memastikan ''kesalahan sistem'' itu terjadi hanya ke satu rekening Intan.
"Kamu pake aja dulu. Siapa tau rezeki," ucap Raka, meski hatinya deg-degan. Ia takut Intan akan tahu.
"Tapi aku takut masuk neraka gara-gara uang haram, nggak lucu tau, di tanya malaikat masuk neraka buat dosa apa, terus aku jawab, make duit toko karena sistem error. Pasti malaikatnya nganggap aku bego." keluh Intan, membuat Raka tak bisa menahan tawa.
"Ya udah, ntar kalau dipanggil HRD, bilang aja kamu beliin temen-temen gorengan. Biar dosanya nggak cuma buat kamu sendirian. Kan lumayan ada teman masuk neraka."
Dan benar saja, malam itu Intan membelikan gorengan untuk seluruh karyawan. Dengan ekspresi dramatis, ia berkata.
"Aku nggak tahu ini rezeki atau ujian. Tapi yang penting kita kenyang dulu." ucap intan dengan Wajah polosnya.
...*****...
Malam semakin larut. Setelah semua selesai, Intan duduk di gudang, sendirian. Raka menghampiri membawa dua teh botol.
"Masih mikirin soal gaji dobel itu?" tanya Raka.
Intan mengangguk. "Aku jadi kepikiran. Kadang hidup tuh aneh ya. Aku kerja mati-matian, tapi kadang nggak cukup. Tapi di saat aku pasrah... malah datang sesuatu yang nggak aku duga."
Raka duduk di sebelahnya. "Mungkin karena kamu ikhlas. Orang ikhlas itu biasanya dikasih bonus sama Tuhan."
Intan menatap Raka lama. Lalu tersenyum.
"Mas Raka, kamu tau nggak? Kadang aku mikir... kamu itu siapa sebenernya, sih? Kok kayak... bukan cowok biasa. Tapi kamu juga nggak pernah sombong. Kamu baik, perhatian, lucu, dan... nyebelin juga. Tapi nyebelinnya bikin nagih. Atau jangan-jangan Mas ini Anggota dewan yah?, blusukan gitu nyari suara?, atau Mas ini koruptor yang lagi nyamar. Tapi mana ada koruptor mau nyamar kerja di toko klontong." ucap Intan dengan prasangka liarnya pada Raka
Raka tertawa pelan. Tapi dalam hati, ia mulai cemas. Ia tahu, cepat atau lambat identitas aslinya akan terungkap. Tapi untuk saat ini, ia hanya ingin menikmati setiap detik bersama Intan.
"Kalo aku kasih tahu aku siapa, kamu masih mau duduk di sini, ngobrol sambil minum teh botol?"
Intan mengangguk mantap. "Selama kamu bukan drakula penyedot teh botol, aku nggak peduli. Yang penting kamu baik sama aku."
Tawa Raka pun pecah mendengar ucapan Intan.
"Mana ada drakula nyedot teh botol."
Lalu Raka menghela napas lega. Lalu menyodorkan tangan.
"Kalau gitu, mulai sekarang... kita temenan selamanya ya."
Intan menjabat tangannya. "Tapi kalau kamu suka sama aku, aku juga nggak nolak."
Raka membeku.
Intan tertawa keras. "Bercanda, Mas! Bercanda!. jangan ge-eeeeeerrrrr." ucap Intan dengan bibif manyun
Tapi dalam hati keduanya, candaan itu bukan lagi candaan.
Hari gajian itu menjadi hari yang tak akan mereka lupakan. Bukan karena jumlahnya. Tapi karena di hari itulah, mereka sama-sama sadar.
Meski gaji kecil, kalau hati senang dan ditemani orang yang tepat... hidup akan terasa mewah.
Bersambung.