Hidup bersama dengan keluarga yang tidak peduli dengan kehadirannya, kemudian memiliki seorang adik yang akhirnya meninggal dunia dan menjadi kesalahannya. Ditinggal pergi oleh orang tuanya karena dianggap pembawa sial, lalu hidup sendirian dalam rasa bersalah pada apa yang bukan menjadi kesalahannya. Hidup dengan keras hingga membuatnya lupa akan arti kebahagiaan, akankah suatu saat Cassie menemukan kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gemini Pride, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Punya Hak Apa Kau Mengatur Ku?
"Keisya terlihat sangat kesal tadi" celetuk Richardo.
"Hah! Biarkan saja dia, selama ini dia terlalu dimanja oleh ayahnya" ucap Jackson.
"Memangnya ada urusan apa yang membuat mu sampai tidak bisa menemaninya? Padahal biasanya kau tidak seperti ini padanya" ucap Richardo.
"Sebentar aku akan menemani Cassie untuk mencari apartemen yang akan dia tempati" ucap Jackson.
"Pantas saja! Dia sudah punya uang sebanyak itu padahal baru mau didebutkan sebagai artis? Atau perusahaan mu yang membiayainya? Bukankah terlalu kelihatan bagaimana perbedaan perlakuan mu dengan artis artis lainnya yang ada di bawah naungan perusahaan kalian?" ujar Richardo.
"Jangan asal memfitnah! Itu uangnya Cassie sendiri, dia baru saja menjadi brand ambassador untuk sebuah brand kecil. Namun begitu dirilis, semua stok produknya malah sold out. Jadi ownernya pun langsung membayar Cassie, katanya sih impactnya setara" ucap Jackson.
"Benarkah? Sejak kemarin aku tidak memainkan ponsel ku jadi tidak tahu ada hal yang menghebohkan seperti itu" ucap Richardo.
"Jadi, kau sudah menjelaskan semuanya padanya?" tanya Richardo.
"Mn!" sahut Jackson.
"Bagaimana responnya?" tanya Richardo kembali
"Sangat dingin!" sahut Jackson.
"Kalau begitu berusahalah sebaik mungkin" ucap Richardo.
"Tsk! Bahkan tidak memberi saran sedikit pun" celetuk Jackson.
"Apa yang bisa ku katakan jika aku sendiri tidak begitu paham dengan bagaimana karakternya Cassie? Seharusnya kau meminta saran pada Eve saja, setidaknya dialah orang yang paling memahami sahabatnya sendiri" ujar Jackson.
"Dia tidak akan membantu ku, dia sudah menyuruh ku untuk berusaha sendiri" ucap Jackson.
"Kalau begitu, berusahalah untuk memahami seperti apa karakternya Cassie" ucap Richardo.
"Mn!" sahut Jackson.
# # #
"Kamu lihat tadi bagaimana cara perempuan itu menatap mu? Hahaha! Sangat lucu, dia merasa kesal karena Jackson mengabaikan permintaannya. Berdasarkan ucapannya Jackson, sepertinya dia selalu menemaninya karena permintaan ayah dari perempuan itu" ujar Evelin.
"Kenapa kamu menganggapnya lucu?" tanya Cassie.
"Hanya saja dia masih seperti seorang bocah saja padahal kita seumuran" ucap Evelin.
"Berhentilah membicarakan orang lain seperti itu di belakangnya, itu tidak sopan tau" ucap Cassie.
"Kamu mah begitu, tidak menyenangkan!" ucap Evelin.
"Sebentar temani aku untuk mencari apartemen" ucap Cassie.
"Ohoh! Jadi kamu sudah menerima gaji? Dari brand itu? Banyak sekali kah jumlah pembayarannya?" tanya Evelin.
Cassie pun membuka catatan saldonya dan menunjukannya pada sahabatnya itu, melihat jumlah saldonya dua bola matanya Evelin sampai terlihat seperti memancarkan bentuk uang saking terkejutnya dia.
"Itu benar-benar jumlah uang?" tanya Evelin.
"Mn! Setelah mencari apartemen, kita singgah ke mall untuk membeli hadiah buat papa dan mama lalu untuk mu juga. Setelahnya kita akan membeli daging dan lain sebagainya, kita akan makan bersama di rumah nanti" ucap Cassie.
"Siap bos!" seru Evelin bersemangat.
. . .
Saat ini Keisya tengah berada di kelasnya, dia terlihat sangat marah. Dia pun menelpon ayahnya, begitu telponnya di angkat pun dia mulai merengek.
"Pa, Jackson mengabaikan ku! Bisakah kamu membujuknya untuk menemani ku sebentar mencari buku-buku yang ingin ku beli?" ujar Keisya merengek.
"Baik, nanti pala akan menelfonnya dan memintanya untuk menemani mu" ucap ayahnya Keisya.
"Terima kasih pa" sahut Keisya, dia langsung terlihat sangat senang.
~ ~ ~
Sedang saat ini Jackson dan Richardo yang sedang bersantai di basecamp mereka pun diganggu oleh sebuah dering telpon masuk.
"Siapa?" tanya Richardo, pasalnya sahabatnya itu terlihat sangat enggan untuk mengangkat telponnya.
"Ayahnya Keisya" ujar Jackson.
"Hoh! Tuan putri itu sudah mengeluh pada ayahnya rupanya" seru Richardo.
Jackson pun mengangkat telfon dari ayahnya Keisya dengan terpaksa.
"Yah ada apa paman?" ucap Jackson.
"Jackson, sebentar bisakah kamu menemani Keisya untuk membeli buku?" tanya ayahnya Keisya.
"Dia sudah melapor pada mu? Apa dia juga tidak mengatakan kalau aku sudah berkata tidak bisa menemaninya karena ada urusan juga yang akan ku tangani?" ujar Jackson.
"Tidak bisakah urusan mu itu ditunda dulu dan temani Keisya lebih dulu?" ucap ayahnya Keisya.
"Hah! Kenapa urusan ku harus dikebelakangi hanya untuk urusan kalian? Aku juga punya kehidupan ku sendiri, mau sampai kapan paman menyuruh ku untuk menemani Keisya? Berhentilah membuat ku menjadi pesuruh kalian, aku juga sangat sibuk" ucap Jackson.
"Ah baiklah kalau kamu memang tidak bisa, tidak perlu sampai berkata begitu kan?" ucap ayahnya Keisya.
Jackson langsung mematikan sambungan telponnya, dia benar-benar kesal sekarang.
"Wah! Tuan muda kita dijadikan pesuruh oleh orang lain! Jangan terlalu marah seperti itu, kirimi saja pesan teguran pada perempuan itu supaya dia berhenti bersikap manja pada orang lain" ucap Richardo.
Jackson pun mulai mengetik sebuah pesan pada Keisya.
"Berhentilah meminta pada ayah mu untuk menyuruh ku menemani mu, kau pikir aku anjing pesuruh kalian? Sudah ku bilang aku ada urusan tapi masih mengeluh pada ayah mu, kau benar benar membuat ku kesal. Aku sangat membenci seseorang yang manja seperti mu!" seperti itulah isi pesannya Jackson pada Keisya.
Keisya yang membaca pesan itu pun menjadi semakin kesal saja setelah tadi dia diberitahu ayahnya kalau Jackson menolak permintaannya.
* * *
Sekitar jam tiga sore, Jackson sudah berdiri di depan fakultasnya Cassie. Dia menunggu mereka untuk keluar, beberapa saat kemudian orang yang sedang ditunggu pun akhirnya keluar juga.
"Tepat waktu juga kau rupanya!" seru Evelin.
"Aku sudah berjanji pada Cassie tadi" ucap Jackson.
"Ayo kita pergi kalau begitu, Sie? Kamu naik dengannya dan aku akan mengikuti kalian dari belakang" ucap Evelin.
"Kalau begitu, aku naik dengan mu" seru Richardo secara tiba-tiba.
"ASTAGA! Aku sangat terkejut! Kau benar-benar membuat ku kaget, kenapa kau sudah seperti hantu saja sih?" seru Evelin dengan kesal.
"Kamu saja yang lebay! Jackson dan Cassie saja tidak terkejut, kenapa malah kamu yang terkejut begitu?" ujar Richardo.
"Ayo kita pergi saja, semakin lama berdebat di sini maka semakin lama juga urusannya selesai" ucap Jackson.
"Jackson?" seru Keisya, tiba-tiba saja dia berada di situ.
"Kau menaruh seseorang untuk menguntit ku yah?" ujar Jackson.
"Huh? Mana mungkin!" sahut Keisya dengan terbata-bata.
"Aku paling benci saat ada seseorang yang melanggar privasi ku, jika sampai penguntit itu ku tangkap. Maka akan ku pastikan dia tidak akan pernah muncul di hadapan mu untuk melaporkan apa pun lagi pada mu, jangan menganggap ucapan ku ini hanya sekedar candaan" ucap Jackson dengan dingin.
Keisya pun menelan ludahnya dengan kasar, dia tahu betul seperti apa temperamennya Jackson seperti apa.
"Katanya kamu ada urusan, kenapa kamu ada di sini?" tanya Keisya.
"Tuan putri, urusan yang di maksud oleh Jackson itu adalah menemani Cassie" celetuk Evelin.
"Benarkah?" tanya Keisya.
"Yah!" sahut Jackson.
"Bahkan sampai ayah ku yang meminta pun kamu tolak, hanya karena dia?" seru Keisya dengan emosi.
"Memangnya siapa ayah mu? Apa dia adalah orang dermawan pada keluarga kami? Bukankah keluarga mu yang sudah kami bantu selama ini? Jadi punya hak apa kau dan ayah mu mengatur ku?" ujar Jackson dengan dingin.
"Kau..." sahut Keisya.
"Naiklah ke mobil Cassie, kita akan semakin telat untuk sampai di sana" ucap Jackson.
Cassie pun segera naik ke dalam mobilnya Jackson, Evelin dan Richardo juga segera naik ke mobilnya Evelin kemudian mereka segera meninggalkan Keisya seorang diri dalam kekesalan.