Follow ig~ mazarina_asrifaris
Kesalahan satu malam yang membuat kehidupan Disya Anggita jungkir balik menata kehidupannya.
Melewati satu malam dengan kekasihnya mungkin sedikit tidak masalah dan dibilang wajar. Namun melewati satu malam bersama pria asing yang tidak dikenalinya ini konyol namanya.
Gara-gara salah masuk apartemen tetangganya Disya harus kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam dirinya. Disya syok seketika mengetahui pria tersebut?
"What! Kamu?" tentu saja keterkejutan itu hanya boleh ia ucapkan dalam hati.
"Aku akan bertanggung jawab!" ~> Daharyadika Ausky
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 21
Disya mengetuk pintu yang bertuliskan dr. Rayyan di bagian atas pintu masuk. Setelah mendengar sautan dari seseorang yang ada di dalam ruangan tersebut, Disya langsung masuk ke dalam.
"Assalamu'alaikum ... cinta ...," seru Disya begitu masuk ke ruangan bernuansa putih itu.
"Waalaikum salam sayang, beneran datang? Aku kira cuma pemanis bibir saja," ujar laki-laki itu senang.
"Sembarangan, datang lah, aku bawa ini ...." Disya menenteng bekalnya tinggi-tinggi.
"Wah ... apa tuh? Sini sayang." Rayyan langsung merebut bekal di tangan Disya tak sabaran.
Rayyan duduk dan membuka bakalnya, seketika aroma khas kelezatan makanan tersebut menguar di udara.
"Hmmm ... enak nih kayaknya, pas banget aku udah laper," ujar Rayyan semangat.
Pria itu langsung mengambil nasi dan lauknya antusias.
"Gimana rasanya kak?" tanya Disya takut-takut.
"Perfect, sumpah ini enak banget, kamu beli apa bikin sendiri?"
"Aku masak dibantuin bik Tini," jawab Disya jujur.
"Asyik ... calon istriku udah belajar masak, enak gini lagi. Aku mau dong sayang dimasakin setiap hari," ujar Rayyan nglunjak.
"Hmm ... maunya, nanti ya kalau udah nikah. Sekarang waktunya suka nggak jelas tapi kalau kakak lagi pengen masakan aku nanti kapan-kapan aku masakin lagi, buat kamu apa sih yang nggak?"
"Love you Disya, parah makin cinta nih aku," ujar Rayyan bangga.
"Kalau suatu hari nanti aku buat kamu kecewa, apa kamu masih mau maafin aku?" Disya tiba-tiba kepikiran tentang masalahnya.
"Kamu nggak pernah buat aku kecewa, kamu selalu baik dan setia," jawab Rayyan cuek.
"Aku kan bilangnya, kalau suatu hari nanti tanpa sengaja aku berbuat salah tapi kesalahan itu fatal apa kamu masih mau memaafkan aku kak?"
"Hey ... sayang ... kamu ngomong apa sih. Seakan-akan kamu tuh mau pergi ninggalin aku. Aku cinta banget sama kamu." Rayyan mengelus pipi Disya dengan jari jempolnya.
"Aku percaya sama kamu, kamu akan selalu menjaga cinta kita," ucap Rayyan yang seketika membuat dada Disya berdenyut nyeri. Kata-kata yang sudah hampir keluar pun tertutup rapat kembali. Disya tidak bisa mengatakan itu kepada Rayyan.
Masalah itu merupakan aib bagi Disya, bagaimana mungkin ia membuka aibnya sendiri. Gadis itu menggelengkan kepalanya berkali-kali untuk menyakinkan dirinya baik-baik saja.
"Kamu kenapa?" Rayyan langsung memeluknya begitu erat.
"Nggak pa-pa cuma lagi capek aja," jawabnya sendu.
"Nggak pa-pa tapi kamu nangis, sayang ... ada masalah?" Rayyan beralih menggenggam tangan Disya. Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya saja.
"Ya udah kalau belum mau cerita sekarang nggak pa-pa, aku tunggu kamu siap, tapi satu hal yang harus kamu tahu aku sangat mencintaimu. Apa pun yang terjadi padamu hati dan perasa aku akan tetap sama, mencintaimu dan mencintaimu," ujar Rayyan yakin.
"Ayo kamu juga makan, aku suapin ya?" tawar Rayyan.
kedua couple tersebut saling menyuapi satu sama lain.
"Habis ini aku pulang ya?" ujar gadis itu sembari mengemas wadah yang telah kosong.
"Masih kangen, aku piket sampe jam sembilan malam, kamu tunggu di ruangan saya saja bisa duduk-duduk di sofa, tunggu aku pulang."
"Nanti kemalaman pulangnya aku nggak berani," ujar Disya.
"Aku anterin sampe rumah, sampe kamar juga nggak pa-pa," seloroh Rayyan tersenyum.
"Itu sih mau kamu." Disya pura-pura merajuk.
"Emang kamu nggak mau?"
"Nggak!" jawabnya cuek.
"Tapi aku mau, Sya nikah yuk ... biar bebas, halal juga berduaan gini."
"Ayo kak," jawab Disya ngasal.
"Beneran? Aku lamar kamu besok ya?"
"Tunggu aku wisuda kak," jawab Disya tersenyum.
"Ah! Itu mah lama." Rayyan tengah memposisikan dirinya tidur di pangkuan Disya.
"Kak perasaan ini jam kantor, gimana ceritanya kamu malah berduaan sama aku gini?"
"Biarin nggak ada panggilan darurat, cuma jaga doang sampe malam ini satu jam lagi kelar."
"Dokter Rayy ...! Ups sorry saya tidak tahu kalau ada pasien khusus." Seseorang main masuk ke dalam tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, untung mereka tidak sedang melakukan adegan dua puluh satu plus.
Rayyan langsung mengambil posisi duduk dan mempersilahkan rekannya masuk.
"Maaf Dok, saya mengganggu cuma mau nyerahin daftar hadir dokter jaga tolong ditanda tangani," ujar pria seumuran Rayyan dengan name tag Arman di dada sebelah kirinya.
"Oke, nggak ganggu kok. Kamu sudah mau pulang?"
"Sebentar lagi Pak tunggu yang shif malam datang."
"Oke saya juga sebentar lagi pulang," ujar Rayyan.
"Ceweknya ya Pak, semangat kerja kalau ditungguin gitu," seloroh Arman.
"Calon istri saya Man, cantik kan?"
"Iya cantik-cantik sayangnya calon istri Bapak, coba kalau bukan saya bungkus bawa pulang," seloroh Arman yang membuat kedua laki-laki itu ketawa bersama.
"Bisa ae kamu becandanya," ujar Rayyan sambil memperhatikan Disya yang tengah sibuk menatap layar ponselnya. Gadis itu tidak terusik dengan obrolan absurd Rayyan dan rekannya.
"Permisi Dok, kalau lama-lana saya di sini takut jantung saya sakit?"
"Periksalah?" jawab Rayyan enteng.
"Masalahnya takut sesak Pak, nggak kuat lihat keuwuan Bapak dan pacar, membuat jantung saya tidak normal."
"Lebay!"
"Permisi Pak!"
"Iya."
Suasana kembali sunyi setelah Arman meninggalkan ruangan tersebut.
"Kak, aku pulang sekarang ya udah di WA Mama," ujar gadis itu memperlihatkan pesan yang dikirim Mama Amy.
"Aku antar," ujar Rayyan bersih kukuh.
"Nggak takut dipecat?"
"Mana ada aku dipecat, yang ada aku yang mecat," ucap Rayyan dengan sombongnya.
"Iya deh iya yang anaknya pemilik rumah sakit, sombong amad."
"Aku nggak sombong ya? Jangan ngomong gitu lagi!" ujar Rayyan, pria itu terkekeh gemas sambil menggelitik badan Disya.
"Ampun Kak, ampun ... nyerah deh nyerah ...! Iya kamu nggak sombong ganteng, baik, pengertian, dan sayang sama, Disya."
Melewati waktu berdua memang selalu terasa menyenangkan bagi Disya dan Rayyan. Keduanya tak jarang lupa waktu.
Sementara Disya melewati hari lengkap dengan keseruannya. Di sisi yang berbeda Sky nampak pening di depan layar laptopnya.
Pria itu tengah duduk di atas kasur sambil memasukkan atau menyalin daftar nilai mahasiswanya ke laptopnya.
"Disya Anggita?" gumam Sky membaca pemilik nama tersebut.
"Pintar juga gadis itu, kapan dia bisa menatap gue dengan benar," sambungnya seraya bergumam pelan.
"Disya lagi ngapain ya? Kok gue kangen? Sehari nggak jailin dia rasanya ada yang beda. Seharusnya tuh tadi gue kirim pesan suruh dia ambil KTM-nya sekarang biar kita bisa ketemu?" Sky bermonolog.
"Sya, ayo kita menikah, aku akan bertanggung jawab?" Sky sedang berlatih dan berandai-andai.
"Kalau dia nggak mau? Ya dipaksa kali ya? Kok gue kesannya jahat!" Sky terus berdialog dengan dirinya sendiri.
"Gue harus yakinin gadis itu kalau gue mau bertanggung jawab."
sungguh mantap sekali 🌹🌹🌹🌹
terus lah berkarya dan sehat selalu ✌️
knp gak jd sm rayyannnn