Remake.
Papa yang selama ini tidak suka dengan abdi negara karena trauma putrinya sungguh menolak keras adanya interaksi apapun karena sebagai seorang pria yang masih berstatus sebagai abdi negara tentu paham jalan pikiran abdi negara.
Perkara semakin meruncing sebab keluarga dari pihak pria tidak bisa menerima gadis yang tidak santun. Kedua belah pihak keluarga telah memiliki pilihannya masing-masing. Hingga badai menerpa dan mempertemukan mereka kembali dalam keadaan yang begitu menyakitkan.
Mampukah pihak keluarga saling menerima pilihan masing-masing.
KONFLIK tinggi. SKIP jika tidak sesuai dengan hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Membujuk secara halus.
Bang Rinto menarik Dinar ke dalam pelukannya. Dinar menghindar tapi Bang Rinto tetap memeluknya meskipun Dinar banyak tingkah tidak ingin bersamanya.
Rasa bersalah Bang Rinto semakin bertambah. Sejak 'malam pengantin' itu Bang Rinto sama sekali belum memberikan nafkah batin untuk Dinar lagi. Cemas akan mental Dinar membuatnya berpikir ratusan kali lipat meskipun sebagai seorang pria jelas dirinya begitu menginginkannya.
Malam ini udara begitu syahdu, setengah mendung, setengah berkilat petir dan setengah rintik hujan membasahi bumi.
"Jangan ngambek lagi. Saya sudah seperti orang gila memikirkan semua masalah kita..!!" Bujuk Bang Rinto.
Dinar menoleh dan tanpa sengaja ia memandang wajah Bang Rinto. Entah kenapa jantungnya begitu berdebar. Dinar hanya bisa bengong tanpa kata, dirinya sedang marah tapi jemarinya menyusuri dada bidang Bang Rinto.
"Terlalu ganteng?" Tanya Bang Rinto menyadarkan Dinar.
Dinar mengangguk bagai terhipnotis pesona Letnan Rinto hingga meneguk saliva pun terasa sulit.
Melihat gelagat Dinar, Bang Rinto menoleh melihat sekitar kemudian mengecup bibir sang istri, hanya sekilas tapi ternyata wajah Dinar berubah kecewa.
"Kenapa ini?? Ada yang kangen?" Ujar gemas Bang Rinto sembari menggigit kecil ujung hidung Dinar.
"Memangnya nggak boleh??? Kalau di TV, para suami selalu di sayang suaminya. Kenapa Dinar tidak?" Protes Dinar, tangannya kini sudah menjalar nakal menyusuri lekuk terlarang.
"Berani sekali..!! siapa yang selalu menolak di ajak nikah?? Kalau sampai kebablasan, saya lagi yang di salahkan." Bang Rinto balik memprotes Dinar tapi bibirnya pun sudah mengejar Dinar.
Tapi sesaat kemudian Dinar mengingat perutnya yang semakin membesar, rasa insecure tiba-tiba menyerangnya. Ia pun menjauhi Bang Rinto.
"Kenapa?" Bang Rinto yang sudah merasakan hawa panas, hasratnya perlahan merangkak naik mendadak merasa di abaikan oleh sikap Dinar.
Saat Dinar melangkah pergi, Bang Rinto bergegas memeluknya.
"Lepaaaass..!!! Om hanya khilaf. Kalau Om sadar Dinar gendut pasti Om ilfeel." Kata Dinar.
Sejenak Bang Rinto tertegun mendengarnya bahkan apa yang di katakan Dinar sama sekali tidak terlintas dalam pikirannya.
"Awas, Oomm..!!!!!!!"
"Laa haula wa laa quwwata illa billah" Bang Rinto mengurut dadanya kemudian secepatnya kembali memeluk Dinar. "Di beri tahu pakai mulut tidak bisa, lebih baik pakai cara lain saja..!!!"
...
Awalnya Dinar terus berontak bahkan sampai menangis, tapi lama kelamaan bumil mulai tenang dalam dekapan Bang Rinto.
Bang Rinto pun bisa mengambil alih tindakan, dengan sayangnya ia memanjakan Dinar hingga terhanyut dalam setiap belaiannya.
Lama tidak merasakan hangatnya tubuh sang istri ikut membuat Bang Rinto serasa melayang. Tidak sedetik pun ia melewatkan malam bagaikan malam pertama.
:
Di bawah selimut, Bang Rinto masih membelai lembut kening Dinar. Sesekali ia mengecup puncak kepala sang istri.
"Diam saja, Neng?? Suka atau tidak??" Bang Rinto tetap memastikan meskipun dirinya sudah tau jawabannya.
Geliat manja Dinar sudah menunjukan bahwa istri kecilnya bisa menikmati setiap belaian sayangnya.
Dinar hanya mengangguk kecil sembari meringkuk dan merapatkan selimutnya, pipinya masih memerah tidak berani menatap wajah Bang Rinto.
Bang Rinto mengangkat dagu Dinar yang masih nampak malu-malu.
"Saya tidak peduli bagaimana perubahan fisikmu, di dalam perutmu ada jantung hati saya yang lain. Saya tidak peduli seperti apapun dirimu nanti, karena di dalam tubuhmu ada nyawa saya yang lain." Kata Bang Rinto melunakan hati Dinar.
"Kalau begitu, siapa Sherlyn??? Om ingin menikahinya juga??"
Pertanyaan Dinar sungguh mengagetkan Bang Rinto. Tak tau bagaimana istrinya itu bisa tau segala hal yang telah ia sembunyikan rapat dan membuatnya hampir gila.
"Tentara hanya boleh punya satu istri dan di sah kan resmi oleh negara.........." Jawab Bang Rinto.
"Oohh.. jadi Om ingin menyimpannya sebagai selir????" Celetuk Dinar tidak sabar, ia mulai kesal dengan jawaban Bang Rinto yang bahkan belum sempat menyelesaikan ucapannya.
"Ganteng sekali kah suamimu ini sampai kau takut saya selingkuh??" Ujar Bang Rinto kembali terpancing emosi saat Dinar mulai mencari bahan pertengkaran.
"Nggak.. mana ada gantengnya???" Oceh Dinar memalingkan wajahnya lalu berputar arah memunggungi Bang Rinto. "Nggak mungkin Om nggak pengen kawin lagi. Dinar bilang sudah saja sama Om masih di lanjut."
"Sama istri sendiri masa tidak boleh?? Ngomong ngalor ngidul, bilang saja kamu tidak mau saya kawin lagi..!!"
Seketika Dinar menoleh dengan mata membulat besar tapi Bang Rinto mengangkat tangan Dinar dan kembali menyatukan tubuh.
"Oooommm..!!!"
"Saya tidak butuh wanita lain untuk mendampingi saya ataupun menuntaskan hasrat saya. Cukup tuan putri saja yang selesaikan. Tunjukan pada dunia, kalau saya hanya milikmu..!!" Kata Bang Rinto mengajari Dinar.
Secara halus sebelum dirinya menceritakan semua perkara, sebab jika hati wanita sedang tidak senang maka perkara kecil pun akan menjadi bom waktu.
.
.
.
.