NovelToon NovelToon
Luka Di Balik Senyum

Luka Di Balik Senyum

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Pelakor
Popularitas:7.8k
Nilai: 5
Nama Author: retnosari

Laluna: 'Aku mengira jika suamiku benar-benar mencintaiku, tetapi aku salah besar. Yang mengira jika aku adalah wanita satu-satunya yang bertahta di hatinya'.


Jika itu orang lain, mungkin akan memilih menyerah. Namun, berbeda dengan Luna. Dengan polosnya Dia tetap mempertahankan pernikahan palsu itu, dan hidup bertiga dengan mantan muridnya. Berharap semua baik-baik saja, tetapi hatinya tak sekuat baja.


Bak batu diterjang air laut, kuat dan kokoh. Pada akhirnya ia terseret juga dan terbawa oleh ombak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon retnosari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bentuk pengorbanam

Meski Emilia selamat, tetapi tidak dengan Laluna. Wanita itu tergeletak bersimbah darah dan seketika tak sadarkan diri. Dari arah berlawanan, sebuah mobil melaju kencang, tidak ingin Emi celaka dan berusaha mendorongnya. Hingga berakhir dirinya sendiri yang kini tengah terkapar.

Inikah yang selalu menjadi angan-angannya? Pergi sejauh mungkin dari mereka. Membiarkan suaminya bahagia tanpa adanya bayang-bayang kesalahan yang ditorehkan kepada Luna.

Jalanan yang awalnya sepi, kini ramai dipenuhi oleh orang-orang. Meski Arindra berteriak sampai kehabisan suara. Luna pun tak akan bangun sekedar mendengar teriakannya. Luka yang dialaminya cukup parah hingga tubuhnya terpental sejauh delapan meter.

“Sayang bangun, Sayang. Aku mohon untuk bangun,” ucap Arindra dengan tubuh dipenuhi oleh cairan berwarna merah.

“Tolong … tolong panggil ambulans, bawa istriku ke rumah sakit!” Teriakannya hanya membuat semua orang simpati. Ambulans belum datang, suasana semakin memilukan.

“Luna bangun! Kamu harus membuka mata,” ucapnya lagi dengan deraian air mata membasahi pipinya.

“Emi, suruh dia bangun, aku tahu kamu bisa. Emi, bangunkan dia!” Bak orang gila, Arindra terus menerus meminta Emilia untuk membangunkan Luna.

Setelah menunggu beberapa menit, tibalah Ambulans dan beberapa mobil polisi.

Tubuh Arindra membeku, melihat istrinya dibawa masuk ke dalam Ambulans.

“Lun, kenapa kamu harus merasakan ini semua.” Arindra masih berdiri, bahkan tidak sadar jika Emi sedang memanggilnya.

“Mas Arin …!”

“Kita pergi.”

Di rumah sakit.

PLAK!

PLAK!

“Bedebah, apa dengan cara seperti bisa membuat kalian puas, huh! Lihat sekarang lihat!”

Aruna yang tak bisa menahan amarahnya. Langsung menampar Arindra, karena lelaki macam dia memang pantas mendapatkannya. Bahkan itu semua tidak ada apa-apanya dibanding dengan yang dirasakan oleh Luna.

“Aku minta maaf, aku bersalah.” Arindra pun tidak menyangkal apa yang dituduhkan oleh Aruna.

“Harusnya kamu yang ada di posisinya, bukan Luna!” geram Aruna lagi.

Kemarahannya tak lagi bisa dicegah. Melampiaskan kemarahannya dan menyumpahi Arindra.

“Diam!”

Emilia yang tidak tahan akhirnya menyerobot di tengah-tengah kondisi memanas antara Aruna dan Arindra.

“Mbak, jangan salahkan mas Arin. Akulah orang yang harus disalahkan, jika aku tidak berlari dan bu Luna tidak menolongku. Mungkin saat ini bu Luna masih sehat,” terang Emilia.

“Sekarang kamu tahu arti sebuah pengorbanan? Dia—Laluna demi menolongmu rela kehilangan nyawanya, tapi apa yang dia dapat dari kalian, apa!”

Aruna benar-benar sudah hilang kendali, tidak seharusnya Aluna berada di dalam bertaruh nyawa.

Ruangan di mana Laluna dibawa masuk. Seorang dokter keluar dan mengatakan jika Luna mengalami luka serius.

“Di mana keluarga pasien?”

“Saya!” Secara bersamaan, Arindra dan Aruna menjawab.

“Maaf, suaminya yang mana?” Lagi, tidak ingin membuang waktu, dokter pun akhirnya meminta persetujuan Arindra.

“Saya Dok, bagaimana keadaan istri saya?”

“Pasien mendapat luka serius, harus segera dioperasi dan keadaannya semakin kritis.”

“Baik Dok, lakukan apa pun demi istri saya untuk tetap hidup. Tolong istri saya karena tidak mau kehilangannya,” ucap Arindra dengan tubuh bergetar.

“Baik, ikuti prosedurnya dan kami akan berusaha melakukan yang terbaik.” Dokter itu pun pergi.

Selang beberapa menit, terlihat wajah pucat dengan mata terpejam. Kini sedang memasuki ruang operasi. Semuanya begitu cemas, berharap jika Luna dapat diselamatkan.

“Setelah dia sadar, jauhi dia. Jangan membuatku mengatakannya untuk yang ketiga kalinya. Sudah cukup kalian berdua membuatnya menderita,” ucap Aruna, meminta Arindra menjauh dari Luna.

“Tidak mungkin,”

“Apanya yang tidak mungkin? Cukup sudah telah membuatnya merasa bersalah. Pernikahan palsu yang kamu berikan, telah menjadikannya seolah dialah orang ketiga di antara kamu dan bocah itu.”

“Luna ingin bertahan sampai ulang tahunnya tiba. Alasan mengapa aku tidak bisa menuruti permintaanmu,” jelas Arindra.

“Persetan dengan itu. Harusnya kamu bersyukur mendapat wanita sepertinya, kamu yang memulai dan kamu pula yang menghancurkan hidupnya!”

Arindra pun tak bisa berbuat apa-apa, kenyataannya dialah yang sudah menghancurkan hidup Luna hingga berkeping-keping.

Di luar sana, seseorang berjalan dengan wajah dipenuhi oleh amarah. Mata coklat itu, menatap tajam ke arah Arindra dan ….

Pakh.

Satu pukulan masih belum cukup untuk memberinya pelajaran.

“Paman, sudah Paman, cukup!” cegah Aruna ketika melihat Arindra berdarah.

“Bahkan, nyawanya saja tak akan cukup untuk menggantikan pengorbanan Luna.” Menimpali perkataan Runa. Morgan pun menunjuk ke arah wajah Arindra.

“Paman, bukan saatnya untuk membuat masalah. Lampu operasi masih menyala, lebih baik kita berdoa untuk Luna.”

Semua setuju, meski ada rasa untuk terus menghajar Arindra.

Satu jam, dua jam, tiga jam, hingga sudah memasuki waktu jam kelima. Semuanya masih menunggu, kata dokter. Harapannya hanya 50%. Namun, mereka berharap akan ada keajaiban datang dan membangunkan Luna.

Sedangkan di ruang operasi sendiri. Keringat mereka bercucuran, sudah menghabiskan banyak waktu. Berharap semuanya akan berhasil dan tidak berakhir sia-sia.

“Bagaimana detak jantungnya?” tanya dokter, tangannya dengan teliti mengeluarkan benda yang tak sengaja masuk di tubuh Luna harus bertanya tentang detak jantungnya.

“Dok, makin melemah. Apa Dokter yakin untuk melanjutkannya,” ujar perawat yang terus mengontrol monitor.

Dokter itu pun kembali fokus, tapi suara monitor tiba-tiba berubah hingga membuat tim menggunakan Defibrillator.

“Cepat, tidak ada waktu lagi!”

Semuanya bersiap untuk mengambil tindakan akhir. Baru saja sang dokter bernanas lega karena operasinya berjalan lancar. Namun, yang tidak bisa diketahui jika monitor menunjukkan detak jantung Luna sudah berada di garis lurus dengan begitu cepat.

“Oke, siapa?”

Para tim sudah siap, Defibrillator pun langsung diletakkan untuk memastikan.

“Ulangi lagi.” Suara perintah dokter bedah. Untuk ketiga kalinya alat itu diberikan, tapi ritme jantung Luna benar-benar sudah tidak ada.

“Sekali lagi, setidaknya tim sudah berusaha semaksimal mungkin.”

Dokter pun mencoba untuk yang terakhir kali. Jika masih gagal, maka perjuangan mereka cukup sampai di sini dan setidaknya operasi sudah dijalankan.

“Lamanya penjemputan, karena darah dari bagian dada dan kepala terus mengalir. Itu juga penyebab utamanya.

Sedangkan di luar mereka masih setia dan tak ada yang meninggalkan ruang operasi. Menunggu dokter memberikan gambar gembira.

Harap-harap cemas, lalu ketika Aroon berdiri. Ia melihat lampu operasi baru saja mati. Itu artinya dokter sudah selesai dengan pekerjaannya.

“Lampu sudah mati,” tukas Aroon.

Semua berdiri dan tidak sabar akan hasil akhir.

“Paman, aku takut.” Aruna pun dengan tubuh bergetar, memeluk Aroon dengan erat. Lalu, tibalah dokter keluar diiringi helaan napas.

“Dok, bagaimana dengan istri saya?” tanya Arindra.

Dokter menggeleng, raut wajahnya menunjukkan jika tidak baik-baik saja.

“Dok, istri saya masih bisa diselamatkan, ‘kan?”

Bahkan Emi pun tak kuasa menahan tangis hingga tubuhnya terjatuh di lantai. Semuanya atas kesalahan fatalnya, tanpa sengaja dialah yang membunuh mantan gurunya itu.

Untuk sesaat, perawat pun keluar menghampiri dokter.

“Dokter, kita masuk!”

1
Rizky Sandy
g ada mantan jadi saudara,,, mending pergi menjauh,,,,
🤗🤗: ada, bahkan dunia nyata pun ada. tinggal kitanya yang harus melupakan masa lalu biar gak terjebak.
total 1 replies
Soraya
knp paman sama bibinya luna gak gak dikabarin klo aluna kecelakaan
🤗🤗: di sini dia gak punya keluarga kak, dari sejak muda mereka sudah tiada.
total 1 replies
Blu Lovfres
akur novel yg menyebalkan bikin emosi dgn peran wanita nya yg jdi mayat hidup
Soraya
bingung mau komen apa
🤗🤗: komen aja yang pengen kakak ungkapin😄
total 1 replies
Soraya
mampir thor
🤗🤗: makasih akak🥰
total 1 replies
Azlin Hamid
Luar biasa
Atika Sari
bsa dijual,trus bli rumah lgi
🤗🤗: yups bener kak. nanti bagi dua.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!