Duda tapi masih perjaka? Loh kok bisa? Percaya nggak? Buktiin yukk cap cuss!
---
Hanya othor remahan yang masih amatiran bukan othor profesional. Masih banyak belajar 😌 harap maklum dengan segala kekurangan❣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sensen_se., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Bugh! Bugh!
Gadis berambut panjang itu terus bergulat melawan penjambret. Yang ukuran tubuhnya 2x lipat lebih besar dari tubuhnya. Sesekali ia juga terkena sambaran tangan pria itu. Baku hantam tak terhindarkan.
Tubuh Bunda bergetar ketakutan. Kebetulan ia memang berdiri di tempat yang sepi. Bukan berhenti di tempat yang biasanya. Karena ia merasa lelah jika harus berjalan lebih jauh. Namun kejadian naas itu harus menimpanya.
"Toloong! Tolong!" Bunda masih menangis meraung sambil menjerit meminta tolong.
Gerombolan warga yang kebetulan lewat naik mobil pick up, berbondong-bondong mendekat. Jambret itu pun ketakutan, ia melempar dompet Bunda dan menghempaskan tubuh gadis cantik itu hingga terpental mobilnya.
Warga pun mengejarnya, tertangkap dan hampir dihajar massa jika tidak dihentikan oleh Bunda Hanin. "Sudah, Pak. Sudah, yang penting uang saya sudah kembali," ucapnya.
"Kita bawa saja ke kantor polisi. Mari, Buk ikut kami untuk laporan!" ajak salah satu warga yang mencengkeram lengan jambret itu.
"Tapi saya ditunggu anak-anak, Pak," elak Bunda Hanin yang sepertinya keberatan.
"Bu, nanti saya antar. Dia harus dijebloskan penjara biar kapok," sinis gadis itu menatap tajam pelaku.
Setelah menimang-nimang, akhirnya Bunda pun menurut. Ia menaiki mobil gadis itu sedang pelaku diboyong warga dengan mobil pick up.
"Dek, namanya siapa? Makasih ya, udah bantuin saya. Kamu jadi terluka seperti ini," ucap Bunda membuka percakapan.
"Saya Chatrine, Buk. Panggil saja Chaca," ucapnya tersenyum sambil meringis menahan sakit di pipinya.
"Makasih banyak ya, Nak Chaca. Bunda enggak tahu gimana jadinya kalau enggak ada kamu tadi. Banyak anak-anak yang menggantungkan hidup dari dompet ini," sahut Bunda menundukkan kepala. Setitik air bening terjatuh dari kedua bola matanya.
"Bunda punya anak berapa?" Chaca terenyuh dengan pengorbanan seorang ibu.
Bunda Hanin kembali meluruskan pandangan, meski matanya berkaca-kaca senyum cantik menghiasi bibirnya. "Anak bunda banyak, ada sepuluh. Yang paling besar sekarang sudah bekerja. Sering bantuin Bunda, dan enggak pernah foya-foya," puji Bunda membayangkan Gandhi.
Chaca mengangguk, ia membayangkan pasti seru kalau punya banyak saudara.
Di kantor polisi, Bunda memberikan keterangan tindak kriminal tadi sesuai dengan apa yang terjadi. Beberapa pertanyaan juga terjawab dengan lancar. Begitupun dengan Chaca sebagai saksinya dan beberapa warga.
Hampir dua jam mereka memberikan kesaksian, sampai saat pulang Chaca memaksa untuk mengantarkan Bunda Hanin pulang.
"Bunda, rumahnya pasti rame banget ya." Chaca membuka pembicaraan ketika mereka dalam perjalanan pulang.
"Iya, Nak. Ramai sekali," sahut Bunda yang memikirkan akan masak apa. Mengingat waktunya sudah terpotong habis di kantor polisi tadi.
"Nak, nanti kalau ada warung makan, tolong berhenti dulu ya. Gara-gara tadi, Bunda enggak bisa masak. Kasian anak-anak pasti udah kelaparan," pinta Bunda.
"Siap, Bunda," ujar Chaca mengangkat tangan kanannya memposisikan hormat sambil tertawa.
Namun bukan dihentikan di warung tenda seperti bayangan Bunda. Chaca justru berhenti di pelataran restoran yang sangat luas dan besar.
Bunda terkejut, "Kok berhenti di sini, Nak. Nanti uang ibu enggak cukup," ucap Bunda merasa takut.
"Bunda tunggu di sini aja. Chaca ada urusan bentar. Tunggu ya, Bun," ujarnya melepas sabuk pengaman lalu bergegas keluar.
Setelah beberapa lama, Chaca sudah kembali dengan dua kantong plastik berukuran besar. Ia kesusahan membuka pintu mobilnya.
"Untung tadi enggak pake mobil sport," ucapnya tersenyum. Dia memakai mobil pajero, salah satu milik Daddy-nya.
"Rumah Bunda di mana? Tunjukin jalan ya, Bun. Untuk makanan jangan khawatir, tuh Chaca udah bawa banyak buat anak-anak Bunda." Chaca menoleh menunjuk dengan dagunya.
"Ya ampun, Nak. Bunda jadi enggak enak, udah ngrepotin terus dari tadi."
"Jangan seperti itu, Bun. Chaca hanya ingin membantu semampu Chaca kok," cicitnya sembari menyalakan mesin mobil dan mulai menjalankannya.
"MasyaAllah, mulia sekali hatimu, Nak. Orang tuamu pasti mendidikmu dengan baik. Terima kasih banyak ya. Semoga Allah akan membalas semua kebaikan, Nak Chaca," doa Bunda tulus.
DEG!
'Orang tua'
Bersambung~
Tapi sekalinya baca novel atau nonton drama tentang ditinggal pergi selamanya oleh sesorang, rasanya seperti ngalamin kejadian itu sendiri 😭😭
sakit banget ini hati...
air mata juga ampe ngalir 😭
ampe merinding bacanya tuh
bener banget
hati-hati sama orang penyabar dan pendiam 😄
sekalinya kecewa langsung keluar dari mulut talak tiga...
kan kan kan
dasar buaya!
jeburin aja ke danau 😊
sombong amat!
kasihan sama orang lain tapi gk kasihan sama diri sendiri dan chaca...
kesel sama si gandhi 😤😡
eh pas disamperin udah jejer sama cewe lain 😭
sakitnya luar biasa
Bapak kandung apa bukan sih?
setidaknya kalau gk bisa beri perhatian ya gk usah main tangan lah 😭😭
kemarin kan sabtu katanya...
apa iya hari minggu kerja? 🤭