Zakia Amrita. gadis cantik berusia 18 tahun, terpaksa harus menikah dengan anak pemilik pesantren Kais Al-mahri. karena perjodohan oleh orang tua Kais. sendiri, karena Pernikahan yang tidak di dasari Cinta itu, harus membuat Zakia menelan pahitnya pernikahan, saat suaminya Kais ternyata juga tidak memilik cinta untuk nya.
Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berlangsung lama, setelah Zakia tahu di hati suami nya, Kais memiliki wanita lain?
yuk baca Sampai Happy Ending.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Luka Dan Nestapa.
"Jadi Ustadz Mubarak ngak jadi ikut karean ada urusan mendadak yah Umi?" tanya Zakia, setibanya mereka di Parang Tritis.
"Iya Ki, katanya anak teman beliau nikah, jadi mereka dapat undangan." ujar Umi Salimah mengulum senyum tipis pada menantunya itu.
Seusai Gus Kais membayar tiket mereka berempat langsung masuk kearea pantai Parang Tritis itu, yang di kenal dengan Legenda dan keindahan nya.
"Sebelumnya awak mu, sudah pernah kesini belum Ki?" tanya Umi sembari menatap Zakia hangat.
"Belum Umi." Zakia mengeleng pelan. Karena memang ia hanya berada di Salatiga saja tidak pernah kemana-mana kala itu, dan baru pernah keluar dari Salatiga yah itu masuk kedalam pesantren, dan selebihnya hanya menghabiskan waktu di pesantren tidak pernah keluar pondok.
"Nah ... sekarang kamu sudah di Yogyakarta kamu seneng ndak Umi ajak jalan-jalan?"
"Seneng Umi, terimakasih banyak yah Umi." Zakia memeluk pundak mertuanya itu.
Zakia terharu karean mendapatkan mertua yang sangat baik pada dirinya dan juga kasih sayang yang sangat tumpah ruah, padahal baru satu tahun mondok tapi Bu Nyai Salimah sudah percaya padanya bahkan sekarang dirinya di angkat menjadi menantu.
Gus Kais dan Abah terlihat menyewa Kuda, mereka berdua berkuda berkeliling pantai Parang Tritis, sementara Zakia dan Umi Salimah tersenyum lebar menyaksikan dari kejauhan.
"Lihat itu, Abah sama Kais itu sebenarnya mereka loh akrab, cuma sayangnya sejak Kais pulang dari Cairo Kais jadi susah di atur, sebelum kamu mondok. Kais sudah Umi titahkan Buat ngajar di pesantren sendiri, tapi dia loh malah menolak memilih buka bisnis dan usaha Caffe nya yang lebih parah lah dia malah Pac..." Umi hampir keceplosan. Beliau tidak jadi melanjutkan ucapannya.
Zakia mangut-mangut pura-pura tidak mendengar kalimat Akhir mertuanya, padahal ia tahu kalau Ayunda adalah pacarnya Gus Kais dan pernah datang kerumah Bu Nyai
"Kamu disini dulu yah, Umi mau beli minum." Bu Nyai Salimah beranjak dari duduknya.
"Iya Umi." Zakia menganguk pelan, sambil menikmati keindahan pantai Parang Tritis, yang konon katanya disini Gerbang menuju kerajaan Gaib
"Ratu Kidul, yang lebih di kenal dengan Nayi Roro kidul, beliau seorang wanita tapi tidak butuh pemimpin. Bahkan dirinya yang memimpin di kerajaan bawah laut sana." Zakia mengulum senyum tipis mengingat dirinya yang terlalu. Nelangsa saat di tolak oleh Gus Kais pada malam pertamanya.
Lalu sekarang Zakia berfikir apakah ia juga bisa seperti Nyai Roro kidul yang tidak membutuhkan Raja dalam Istananya. "Apakah aku bisa menjalankan pernikahan tampa sentuhan dan landasan cinta yang sesungguhnya?" Zakia bertanya pada dirinya sendiri, sambil matanya memandang jauh kerah gelombang air pantai yang membentang luas.
"Seharusnya seorang Ratu harus lebih kuat bertapa dan Tirakatnya." Ia menunduk pilu, mengingat setiap malam bersila sambil berdoa meminta keluluhan hati suami bekunya itu.
"ini Umi pesankan wedang jahe, karean Umi tahu kamu ngak suka kopi. Kamu kenapa Nak, kok nangis?" Umi menangkap mimik wajah Zakia yang sendu dan mata yang nampak berkaca-kaca.
"Eh-ngak papa Umi, ini tadi Kelilipan pasir matanya." Zakia mengucek matanya yang nampak basah.
"Makasih yah Umi, wedang jahenya." Zakia terseyum tipis kearah ibu mertuanya.
"Iya sama-sama." Umi membalas senyuman itu.
Beberapa menit kemudian Abah memanggil Zakia, meminta Zakia menunggang kuda bersama Gus Kais. "Kia, ayo kamu belajar naik kuda sama Mas mu." Ujar Abah Syarif sembari turun dari kudanya.
Mata Zakia langsung terbelalak tentu saja ia bingung dengan ajakan mertunya itu. "Tapi Kia ngak bisa naik kuda Abah." Zakia menunduk kikuk.
"Yah justru ngak bisa makanya belajar, kamu siap-siap biar Abah pangilkan Mas mu," Abah Syarif langsung menghentikan laju kuda Gus Kais.
"Kais itu loh ajak Kia naik kuda, biar dia ngak jenuh nemenin Umi mu terus." Abah langsung meraih tali kuda yang di tumpangi anaknya itu.
Mau tidak mau jika Abahnya yang meminta Gus Kais juga harus manut, Abah langsung meminta Gus Kais turun terlebih dulu, dan Zakia berada di depan, sementara Gus Kais di belakang suda seperti berboncengan motor saja.
"Nah... jangan malu-malu kalian kan sudah mau dua bulan menikah, harusnya jangan sungkan-sungkan buat apa-apa itu harus selalu bersama." Umi terkekeh pelan, saat keduanya sudah berada di atas kuda.
Zakia Berkali-kali merasakan deru nafasnya tidak beraturan, Gus Kais juga merasakan hal yang sama. Tubuh Gus Kais sekarang lebih condong mendekat kearah bahu dan pinggang Zakia, meskipun ia mencoba berjarak, tapi laju kuda yang cukup kencang membuat Kedunya menempel satu sama lain.
Bibir mereka tidak saling bicara, tapi dalam hati merak merasakan getaran yang sama, sama-sama mulai bergejolak.
Umi yang sedari tadi membawa tas kecil Gus Kais, ia langsung membukanya. Umi mengambil ponsel Gus Kais dan langsung menyalakan nya, disana terdapat pesan Ayunda yang tidak di balas. alih-alih bukannya marah. Umi malah merencanakan sesuatu untuk membuat gebrakan pada Ayunda.
"Rupanya kamu masih berbalas pesan sama Ayunda Le, lihat saja apa yang balkan Umi lakukan." Umi Salimah tersenyum puas dalam hati.
Ia langsung membuka Aplikasi Ijo sengaja tidak membals pesan Ayunda. Umi malah mengambil Video Zakia dan Gus Kais sedang berkuda diam-diam Umi mengungah nya kedalam Status Aplikasi Ijo Gus Kais. "Rasakan kamu panas yah panas!" Umi tersenyum puas, ia sengaja mengungah Video kebersamaan Gus Kais dan Zakia.
"Umi lagi ngapain buka ponsel Kais sambil senyum-senyum gitu?" Abah nampak kepo, menyenggol lengan istrinya.
"Ngak lagi ngapa-ngapain Abah, cuman merekam Kais sama Zakia aja yang lagi berkuda biar di HP Kais ada moment." Umpat Umi Salimah kembali mematikan ponsel Gus Kais.
Sengaja Umi melakukan itu agar Ayunda tidak bisa menghubungi Gus Kais.
Pacuan kuda yang semakin melesat kuat, membuat Zakia semakin ketakutan, Gus Kais meraih tali kuda agar bisa memegang kendali, namun karean jarak mereka yang terlalu dekat membuat bagian dada Zakia tersenggol lengan tangan Gus Kais.
Gus Kais terhenyak kaget. Zakia pun demikan, berusaha keras Zakia langsung membungkuk namun itu malah membuat laju kuda Gus Kais kehilangan kendali.
"Gus ini bagaimana kudanya lari begitu cepat." Zakia mulai Panik, di tambah ia tidak bisa menghindari dekapan suami dinginnya itu.
Bagimana mungkin Zakia bisa menghindar sedangkan Gus Kais mengungkung dirinya begitu kuat, karean Gus Kais pemegang kendali tali kuda, sedangkan entah gugup atau saking semangatnya ia terlalu memacu dengan gerakan cepat membuat kuda bergerak tampa henti.