Ketika perang abadi Alam atas dan Alam bawah merembes ke dunia fana, keseimbangan runtuh. Dari kekacauan itu lahir energi misterius yang mengubah setiap kehidupan mampu melampaui batas dan mencapai trensedensi sejati.
Hao, seseorang manusia biasa tanpa latar belakang, tanpa keistimewaan, tanpa ingatan masa lalu, dan tumbuh dibawah konsep bertahan hidup sebagai prioritas utama.
Namun usahanya untuk bertahan hidup justru membawanya terjerat dalam konflik tanpa akhirnya. Akankah dia bertahan dan menjadi transeden—sebagai sosok yang melampaui batas penciptaan dan kehancuran?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Slycle024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bulan dan bintang
Segala sesuatu di sekitarnya terasa begitu tenang.
Langit selalu biru, tanpa siang maupun malam. Di dalam gua sederhana yang sunyi, hanya ada bayangan seorang gadis yang tertidur dengan damai.
Perlahan, kelopak matanya bergetar lalu terbuka.
Perasaan yang tak dapat dijelaskan membuat hatinya bimbang. Emosi itu begitu rumit, seolah ribuan kata berputar di dalam hati, namun saat ingin diucapkan, tak satupun keluar.
Ia menatap langit-langit gua yang sama seperti sebelumnya, diterangi cahaya biru lembut yang memancar dari dinding batu. Tiba-tiba, suara lembut terdengar di udara. “Gadis kecil, kamu sudah sadar?”
Mu Lanxing menoleh, lalu melihat sosok Yue yang melayang santai di udara.
“Senior, terima kasih telah mengizinkan kami tinggal di sini,” katanya dengan nada hormat. Ia berusaha mengendalikan tubuhnya dan duduk perlahan meski tubuhnya masih terasa lemah.
Yue tidak langsung menjawab. Ia hanya mengitari Mu Lanxing, menatapnya dari berbagai sudut dengan pandangan seperti sedang menilai karya seni.
“Kamu benar-benar cantik” kata Yue.
“Bahkan lebih menyenangkan dilihat daripada pria bodoh itu” Ia tersenyum miring. “Jadi, apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?”
“Aku… tidak tahu” Jawab Mu Lanxing singkat.
“Kamu aneh,” ujar Yue sambil menyipitkan mata. “Kenapa tidak membunuh pria bodoh itu saja? Bukankah dia hanya alat?”
Tubuh Mu Lanxing langsung menegang. Tatapan matanya mulai kosong, tubuhnya, jiwanya, dan pikirannya seolah saling menolak dalam mengambil keputusan. Ia tidak memahami semua itu, bahkan merasa seolah bukan dirinya lagi.
Melihat reaksi itu, Yue mengerutkan kening, tatapan Yue berubah mengerti.
“Jadi seperti itu,” gumamnya pelan. Lalu tawa kecil keluar dari bibirnya,“Ha-ha-ha! apakah ini juga bagian dari rencananya?”
Mu Lanxing tetap diam tidak menanggapi.
Tawa Yue perlahan mereda. Ia menatap gadis itu sekali lagi, lalu tubuhnya mulai memudar dan akhirnya lenyap di udara tipis.
Mu Lanxing masih diam, segera, ia menutup mata, lalu mulai berusaha memulihkan lukanya.
Di atas lereng bersalju, Zhang Hao masih duduk diam.
Dari tempatnya, ia beberapa kali melihat para kultivator melesat menuju arah tertentu, meninggalkan jejak cahaya di langit. Namun ia tidak berani mengikuti mereka. Alasannya sederhana—keselamatannya sendiri, dan juga karena Mu Lanxing belum sadar.
Meskipun memiliki banyak tanaman herbal, ia tak bisa melakukan banyak hal selain menyerap sedikit energi kehidupan dari tanaman-tanaman itu. Dalam pandangannya, menjelajah tanpa arah adalah hal bodoh.
Dia mengulurkan tangan, merasakan aliran spiritual di udara. “Semakin padat…sebentar lagi pasti akan terjadi kekacauan” gumamnya pelan.
Perlahan, Dia bangkit dan berjalan masuk ke dalam gua.
Swiisss!
Puluhan pedang es meluncur cepat ke arahnya, membentuk barikade yang tajam dan mengancam.
Zhang Hao menatapnya tanpa gentar. Ekspresi datarnya perlahan berubah, kali ini menampakkan sedikit emosi— bukan marah, melainkan sesuatu yang menyerupai kegembiraan.
“Masih sama seperti dulu,” bisiknya.
Dengan tenang, dia melapisi tubuhnya dengan lapisan energi spiritual tipis, lalu melangkah maju menembus barikade pedang es itu. Setiap pedang yang menyentuhnya langsung pecah menjadi serpihan kristal kecil yang jatuh seperti salju.
Sesampainya di dalam, pandangannya tertuju pada sosok Mu Lanxing yang baru saja terbangun. Tubuh gadis itu masih lemah bahkan untuk berdiri saja ia membutuhkan sandaran.
Zhang Hao berjalan mendekat, menatapnya sebentar, lalu berkata datar: “Cukup, jangan melakukan hal bodoh. Aku tidak ingin merawatmu lebih lama lagi.”
Tanpa menunggu jawaban, dia duduk tak jauh darinya dan memejamkan mata seolah bermeditasi.
Mu Lanxing hanya bisa menggigit bibirnya. Ada sesuatu yang berputar dalam hatinya nya—kesal, marah, dan entah apa lagi, campur aduk tanpa arah. Ia ingin berkata sesuatu, tapi tidak ada suara yang keluar.
Tubuhnya melemah dan akhirnya ia jatuh kembali ke tanah.
Keheningan menyelimuti gua.
Zhang Hao masih duduk bermeditasi dan tubuhnya tenang seperti batu.
Sementara itu, Mu Lanxing berusaha berdiri, namun tubuhnya masih terlalu lemah. Setiap kali mencoba, lututnya goyah dan ia jatuh kembali ke tanah.
Tidak punya banyak pilihan, Mu Lanxing akhirnya bersuara. “Hei, cepat bantu aku naik.” katanya dengan nada seperti perintah.
Zhang Hao tetap diam. Ia sama sekali tidak menanggapi dan masih duduk dengan mata tertutup dan nafasnya sangat stabil.
Yue yang sedari tadi mengamati mulai geram. Akhirnya ia muncul dari udara tipis, menatap Zhang Hao dengan kesal. “Pria kecil, apakah kamu seorang pria? Cepat bantu dia!”
Zhang Hao menghela napas panjang dan perlahan membuka matanya. Tanpa banyak bicara, dia mengangkat tangannya dan dengan satu gerakan lembut, energi spiritualnya melingkupi tubuh Mu Lanxing. Dalam sekejap, gadis itu terangkat dan diletakkan dengan kasar di atas kasur batu.
Yue langsung terdiam melihat adegan kasar itu.
“Pria ini benar-benar bodoh,” gumamnya pelan, lalu menatap Mu Lanxing. “Dan… apa pula dengan sikap gadis itu? Kenapa dia juga ikutan jadi bodoh?”
Hening kembali menyelimuti gua. Hanya suara napas mereka yang perlahan menjadi stabil, berpadu dengan desiran angin dari luar.
Beberapa saat kemudian, Zhang Hao memikirkan sesuatu dan membuka mata.“Senior Yue, berapa lama waktu berlalu di dunia luar?” tanyanya tenang.
Yue memutar bola matanya sebelum menjawab, “Kemungkinan sudah satu tahun. Kalian sebaiknya segera bergerak. Beberapa warisan orang-orang bodoh itu sepertinya sudah mulai muncul.” Nada suaranya terdengar kesal, seperti ingin segera mengusir keduanya.
Mendengar jawaban itu, Zhang Hao mengangguk pelan, lalu menoleh pada gadis yang terbaring di sisi kasur batu.
“Lanxing,” panggilnya lembut.“Berapa lama waktu yang kamu butuhkan untuk pulih?”
Mu Lanxing tidak menjawab. Ia hanya memalingkan wajah dan menatap ke arah lain dengan ekspresi marah.
Zhang Hao tidak memaksa. Ia hanya tersenyum tipis, lalu berjalan mendekatinya.
Zhang Hao sendiri sudah menghitung kemungkinan terbaik selama ini, menurutnya sekarang waktu terbaik untuk menjarah semua harta itu, namun dia juga tidak bisa meninggalkan gadis lemah ini begitu saja.
Ia menatap Mu Lanxing sekali lagi dan berkata dengan lembut: “Lanxing, aku bisa mempercepat proses penyembuhan, apakah kamu bisa bekerja sama?”
Mendengar kata “pemulihan”, Mu Lanxing langsung menunjukkan reaksi. Selama ini, tubuhnya terasa lemah, bahkan untuk bergerak saja membutuhkan usaha besar. Proses pemulihannya pun berjalan sangat lambat.Ia menarik napas panjang, lalu melirik:“Apakah ada efek sampingnya?”
“Tidak” Jawab Zhang Hao singkat.
Mu Lanxing menatapnya beberapa saat sebelum bertanya lagi, “Lalu, apa yang harus aku lakukan?”
“Mandi herbal,” jawab Zhang Hao datar. “Aku memang bukan alkemis, tapi aku bisa secara paksa mengekstrak esensi kehidupan paling murni dari setiap tanaman dan mengumpulkannya di satu tempat.”
“Jadi begitu. Cepat lakukan.” Kata Mu Lanxing, suaranya terdengar bersemangat, seperti anak kecil yang menemukan harapan baru.
“Nona Lanxing,” kata Zhang Hao pelan, “aku hampir bangkrut karenamu. Selain pakaian itu, baik tas maupun cincin penyimpanan semuanya memiliki segel. Meskipun kamu bodoh harusnya pahamkan?”
Mu Lanxing tidak menjawab. Ia hanya menatapnya sebentar, lalu dengan kehendaknya, cincin dan tas di tubuhnya bergetar pelan.
Sekejap kemudian, ruang gua dipenuhi cahaya dari harta-harta alam yang berjatuhan. Akar spiritual, bunga langit, batu energi, dan ratusan herbal langka bermunculan.
Zhang Hao langsung tertegun. Ia menatap semua itu dengan mata membulat, wajahnya campuran antara kagum dan putus asa. “Jadi… selama ini aku memang miskin,” gumamnya lirih, menatap kekayaan luar biasa yang bahkan sulit dihitung.
“Kenapa kamu diam?” suara Mu Lanxing memecah keheningan. “Cepat lakukan.”
Zhang Hao hanya menghela napas panjang. Ia mengaktifkan Metode Asal Surgawi, lalu mulai mengambil tanaman-tanaman herbal yang dibutuhkannya, menyusunnya dengan hati-hati mengelilingi tempat Mu Lanxing terbaring.
“Apa yang kamu lakukan? Bukankah tadi kamu bilang aku harus mandi herbal?” tanya Mu Lanxing dengan kening sedikit berkerut.
“Aku tidak menemukan wadah yang cocok,” jawab Zhang Hao tenang. “Jadi, aku berencana langsung mentransfer energi herbal itu ke dalam tubuhmu melalui pori-pori kulit”
Ia menatap Mu Lanxing sejenak dan lalu menambahkan, “Jadi... tolong lepaskan pakaianmu.”
“Kau... apa yang kamu bicarakan!” seru Mu Lanxing dengan wajah memerah. Tubuhnya bergetar menahan emosi; ingin menghajar pria itu, tapi bergerak pun tidak bisa. Namun melihat sikap Zhang Hao yang tenang, Mu Lanxing hanya bisa menggigit bibirnya. Setelah hening beberapa saat, ia akhirnya mengangguk pelan.
Zhang Hao segera membentuk segel tangan. Dalam sekejap, bintik-bintik cahaya kehijauan keluar dari setiap tanaman herbal, melayang lembut sebelum menyatu dan meresap ke dalam pori-pori kulit Mu Lanxing.
“Jangan diam saja,” kata Zhang Hao dengan suara lemah. “Cepat pulihkan tubuhmu.”
Mu Lanxing memejamkan mata dan mulai menuntun aliran energi kehidupan murni yang mengalir deras di dalam tubuhnya. Kehangatan lembut menyelimuti setiap selnya, menghapus semua rasa sakit dan kelelahan yang tersisa. Tubuhnya pulih dengan kecepatan luar biasa, ratusan kali lebih cepat dari biasanya. Ia tenggelam dalam rasa nyaman yang sudah lama tak ia rasakan.
Setengah jam berlalu, aliran energi itu perlahan mereda. Mu Lanxing menarik napas panjang, menikmati sisa kehangatan yang masih berdenyut di seluruh tubuhnya.
“Hei, cepat lanjutkan,” ujarnya dengan nada tak sabar.
Namun tak ada jawaban sama sekali.
Ia membuka mata dan pandangannya langsung tertuju pada pria yang terbaring lemah di sampingnya. Meskipun sedikit kecewa, tapi perubahan signifikan yang terjadi pada tubuhnya sangat luar biasa. Bahkan elemen es yang ia miliki terasa lebih murni dan rasa ketidaknyamanan yang dialami selama ini telah teratasi.
Perlahan, Mu Lanxing berdiri. Ia mengepalkan tangan, meninju udara, lalu melompat ringan beberapa kali. Tubuhnya terasa begitu ringan dan penuh tenaga, seolah baru saja terlahir kembali.
Tiba-tiba, suara lembut terdengar di udara, “Ternyata pikiranmu masih saja kekanak-kanakan.”
Mu Lanxing tertegun. Wajahnya seketika memerah, dan ia buru-buru berhenti bergerak. Dengan cepat ia mengenakan kembali pakaiannya, lalu menunduk hormat sambil mengepalkan tangan.
“Terima kasih Senior” ucapnya tulus.
Yue menatapnya dengan senyum samar. Ia mengangkat jarinya, dan cahaya lembut muncul di udara, membentuk potongan-potongan kenangan yang berputar perlahan di depan Mu Lanxing.
“Itu saja yang bisa kuberikan,” ucap Yue, nadanya terdengar seperti sangat kelelahan.
“Sisanya terserah padamu...sepertinya perasaan disayangi orang bodoh juga menyenangkan. Hahahahahaha.” lanjutnya dengan nada iri kemudian diikuti tawa halus.
Kemudian tubuh spiritualnya mulai redup dan akhirnya menghilang sepenuhnya.