NovelToon NovelToon
Cinta Sebening Embun

Cinta Sebening Embun

Status: tamat
Genre:Romantis / Perjodohan / Tamat
Popularitas:18.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: Shan Syeera

Perjodohan adalah sebuah hal yang sangat
di benci oleh Abraham, seorang pengusaha
muda penerus kerajaan bisnis keluarga nya.

Dia adalah sosok yang sangat di puja dan di
damba oleh setiap wanita, dia merupakan
calon menantu yang sangat ideal dan di
impikan oleh setiap pengusaha dan para
bangsawan yang memiliki anak gadis, jadi
baginya hanya dengan menjentikkan jari
saja, wanita manapun akan dengan senang
hati memasrahkan dirinya untuk merangkak
di bawah kakinya.

Tapi..justru kakeknya, sang pemilik dan
penguasa serta pemegang kendali penuh
dari semua kekayaan keluarganya malah
memilihkan jodoh untuknya.

Dan sialnya lagi..wanita pilihan kakeknya
bukanlah wanita dengan kriteria dan tife
yang selama ini selalu menjadi standard nya.

Abraham sangat membenci keputusan sang
kakek. Namun demi warisan dan kendali penuh
atas segala kekuasaan yang telah di janjikan
padanya. Dengan terpaksa Aham menerima
semua keputusan kakeknya tersebut..

Dan bagi wanita yang juga terpaksa menerima
perjodohan ini..bagaimana kah dia akan bisa
menjalani hidupnya bersama seorang pria yang
sama sekali tidak menginginkan kehadirannya.?

Takdir seakan menjungkir balikan kehidupan
seorang gadis biasa terpaksa yang harus
masuk ke dalam kehidupan sebuah keluarga
yang di penuhi dengan keangkuhan dan
kesombongan akan dunia yang hanya
tergenggam sementara saja..


**Tetaplah untuk selalu di jalanNya..**

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Kejutan Besar

♥️♥️♥️♥️♥️

Malam ini Naya memutuskan untuk tidur cepat.

Pak Ali mengatakan kalau Aham akan pulang

tengah malam karena dia harus pergi ke suatu

tempat.

Naya memandang langit-langit kamar yang

hanya di hiasi lampu gantung berukuran kecil.

Dia tersenyum kecut saat bayangan wajah datar

Aham tiba-tiba saja melintas dalam ingatannya.

"Isshh..kenapa juga harus memikirkan orang itu.

Tidak penting.."

Gumam Naya sambil kemudian menarik selimut

sampai ke kepalanya. Dia mencoba untuk segera

memejamkan matanya.

Namun ketukan di pintu membuat dia membuka

selimut dan menajamkan pendengarannya.

"Siapa..?"

Tidak ada sahutan dari luar. Naya turun dari

tempat tidur, memakai hijab nya dan melangkah

ke arah pintu. Membuka sedikit tirai yang

menutup jendela kamarnya. Dia tertegun saat

melihat sosok Noah tengah berdiri santai

di depan pintu.

Dengan ragu Naya membuka pintu kamarnya.

"Tuan Noah..? ada perlu apa.?"

"Kau bisa buatkan aku makan malam yang enak.?"

"Ahh..? bukankah Anda bisa memintanya pada

Pak Ali atau kepala koki.?"

"Aku ingin kau yang membuatnya."

Naya menatap bingung wajah Noah yang saat

ini sedang tersenyum manis ke arahnya.

"Baiklah.."

Naya mengunci pintu kemudian mulai berjalan

di ikuti oleh Noah yang tersenyum puas.

Naya menyiapkan dua hidangan untuk Noah.

Saat ini laki-laki itu sedang duduk santai sambil memperhatikan semua gerak gerik nya.

"Selamat atas kelulusanmu."

Naya terkejut, dia menoleh dan menatap Noah.

"Terimakasih.."

"Besok kau harus mulai terjun ke dunia bisnis !

itu yang di inginkan oleh kakek."

Naya semakin terkejut. Setelah siap dia

membawa hidangan ke hadapan Noah yang

terlihat bersemangat. Naya ikut duduk di

hadapan Noah.

"Maaf Tuan..apa aku boleh tahu, siapa anda

sebenarnya.?"

Noah mulai menyantap makanannya, bibirnya

tersenyum tipis.

"Aku hanya seorang anak yang beruntung."

Naya menatap Noah tidak mengerti.

"Kakek mengadopsi ku.! "

Mata Naya mengerjap, jadi Noah cucu angkat

Tuan Adiyaksa ?

"Kakek sangat menyayangi dan memanjakanku.!

Itu sebabnya Aham sangat tidak menyukaiku.!"

Noah tersenyum kecut. Dia melanjutkan makannya.

"Dia hanya iri padamu.!"

"Yes.! Dia pikir kakek lebih sayang padaku

dibanding pada dirinya.!"

"Dan apakah itu benar.?"

Mata Noah dan mata Naya bertemu, keduanya

saling menatap kuat.

"Tentu saja tidak.! Kakek sangat mencintai Aham.

Daddy meninggal saat Aham berusia 5 tahun, sejak

itulah kakek menggantikan peran Daddy untuk

kami.!"

"Apa kakek bersikap lebih keras pada Tuan Aham.?"

Noah tersenyum mendengar tebakan Naya.

"Tepat.! bahkan sangat keras ! dia ingin

membentuk Aham menjadi pribadi yang

tangguh.!"

"Bisa aku lihat.."

Lirih Naya. Dia menyodorkan air putih ke hadapan

Noah di sambut pria itu dan meminumnya.

"Jadi Ibu adalah menantu Kakek.? "

"Iya..Kakek membiarkan Mami tetap tinggal di

rumah ini supaya kami tidak kehilangan sosok

ibu. Bahkan setelah dia menikah dengan laki-laki

******** itu !"

Tangan Naya sedikit bergetar saat mengingat

perbuatan bejat lelaki setengah baya itu.

"Tapi sikap Aham berubah setelah itu. Dia jadi

lebih tertutup."

Keduanya terdiam. Noah menikmati suapan

terakhir nya.

"Terimakasih.. masakanmu sangat lezat."

Puji Noah. Naya hanya mengangguk dengan

rona merah di pipinya. Keduanya kembali terdiam.

"Satu hal yang sangat aku sesalkan."

"Apa itu.?"

Naya menatap heran kearah Noah.

"Kenapa Kakek tidak menjodohkan aku dengan

mu, kenapa harus dengan Aham.."

Buk !!

Mereka berdua menoleh dengan cepat kearah

suara, di ambang pintu terlihat Aham tengah

berdiri dengan wajah yang terlihat sangat dingin.

Tangannya masih menekan kusen pintu yang

tadi di pukulnya dengan keras.

"Kalau kau mau ambil saja wanita itu !"

Noah berdiri dari duduknya. Aham berjalan

melangkah menghampiri Noah dan tanpa

ampun dia langsung mencengkram kerah baju

Noah.

"Kau sudah merebut semuanya dariku sejak

kecil.! dan sekarang..kau ingin merebut apa

yang sudah kakek berikan padaku.? Ambil saja !

Aku juga tidak pernah menginginkan nya sama sekali !"

Noah tersenyum kecut, tapi dia masih terlihat

santai. Naya mundur dengan mata berkaca-kaca.

"Aku tidak akan mengambil wasiat kakek.! Dia

sudah memberikan semuanya padaku.!"

"Jangan munafik, aku tahu kamu menginginkan

nya, kamu selalu menginginkan semua yang

menjadi milikku.! termasuk wanita itu..!"

"Hahaa..kalau kau memberikan nya dengan

suka rela, tentu saja dengan senang hati aku

akan menerima nya, itu adalah sebuah anugerah untukku.!"

"Brengsek..!!"

Aham menghempaskan Noah dengan mendorong

nya kuat hingga dia mundur beberapa langkah.

Noah hanya terkekeh seraya merapihkan kembali kemejanya. Mata Aham bergulir menatap tajam kearah Naya.

"Tempatkan dirimu dengan benar.! "

Geramnya sambil kemudian menendang kursi

dan berlalu dari ruangan itu.

------ -----

Naya membawa nampan berisi makan malam

untuk Aham. Dengan perasaan takut dia masuk

ke dalam kamar. Penerangan di dalam ruangan

terlihat temaram. Naya mengedarkan pandangan,

dia melihat sosok Aham tengah berdiri di balkon

memandang jauh ke luar sana.

Dengan hati-hati Naya meletakkan nampan di

atas meja yang ada di balkon.

"Tuan..makan malam mu.."

Lirih Naya, dia berdiri cukup jauh dari Aham.

Laki-laki itu masih tetap berdiri di tempatnya.

Tubuh bagian atasnya di biarkan polos. Naya

berpikir laki-laki ini bisa saja masuk angin kalau

membiarkan dirinya seperti itu.

Dia beranjak masuk, mengambil mantel kemudian

kembali keluar.

"Kau bisa masuk angin, pakailah mantel ini."

Perlahan Naya mengulurkan mantel itu, tapi

sesaat kemudian dia memekik saat Aham tiba-

tiba menarik pinggangnya, kemudian tanpa aba-

aba dia langsung ******* rakus bibir ranumnya.

Naya berusaha meronta melepaskan ciuman

Aham yang sangat memaksa. Namun Aham

malah semakin memperdalam ciumannya.

Naya mendorong kuat dada Aham hingga

akhirnya ciuman itu bisa terlepas.

Keduanya saling tatap sambil mengatur napas

yang tersengal. Wajah Naya bersemu merah.

Baru saja dia akan menjauh Aham kembali

menyergap bibirnya, namun kali ini ciumannya

lebih tenang, lembut dan intens. Naya tidak

berdaya untuk melepaskan ciuman ini. Tanpa

sadar dia memejamkan matanya, perlahan mulai

bereaksi membalas ciuman Aham walau terkesan

masih sangat kaku.

Tangan Aham melingkari pinggang Naya dan

menarik tubuh mereka lebih rapat. Saat ini yang terdengar hanya suara decakan erotis penuh kenikmatan dari ciuman mereka yang semakin

lama semakin memanas. Angin malam yang

menusuk kulit tidak mereka rasakan karena

saat ini darah mereka mendidih, membangkitkan hasrat yang mulai membakar seluruh tubuhnya.

Namun Naya cepat-cepat tersadar saat akal

sehat kembali menguasai dirinya. Dia berusaha mendorong kuat tubuh Aham dan melepaskan

ciuman panas tersebut. Aham menatap wajah

Naya dengan sorot mata yang sedikit berkabut.

Mereka kembali mengatur napas dan menjejali

paru-paru nya dengan udara.

Naya mundur, kemudian berbalik..

"Kau pergi, aku tidak akan memakannya.!"

Naya terdiam. Dia menarik napas panjang. Saat

ini wajahnya masih sangat memerah. Aham

bergerak kemudian duduk di kursi. Naya maju

mendekat, perlahan dia memakaikan mantel

ke tubuh Aham. Setelah itu duduk di depannya.

Mata Aham menatap intens wajah Naya yang

terlihat begitu menggemaskan. Bibirnya sedikit

bengkak dan tampak semakin menggoda.

"Makanlah..nanti keburu dingin.."

"Tanganku yang kedinginan.!"

Elak Aham dengan santai, tangannya di lipat di

dadanya. Naya menatap kesal. Terpaksa dia

mulai menyendok makanan dan mendekatkan

nya ke mulut Aham. Dengan tersenyum tipis

Aham menerima suapan Naya. Keduanya terdiam. Aham terlihat sangat menikmati makan nya.

"Kau menyukai laki-laki itu.?"

Naya mendongak, menatap heran.

"Siapa.? "

"Cucu angkat kakekku.!"

Aham menjawab dengan malas. Naya berusaha

tidak peduli, dia kembali menyuapkan makanan ke mulut Aham. Kemudian menarik napas berat.

"Walau berusaha kau ingkari, tetap saja statusku

adalah istrimu.! "

Deg !

Jantung Aham berdetak dengan kencang.

Dadanya berdebar hebat. Dia melempar

pandangan ke tempat lain.

"Aku tidak pernah menginginkan pernikahan

ini.! Kau bebas melakukan apapun.!"

Hati Naya seakan tertusuk seribu duri.

"Bagaimana pun kamu menolak ku, faktanya

kita sudah menikah. Aku tahu batasanku.!"

"Pernikahan ini akan berakhir juga."

"Aku akan menerima apapun ketentuan Tuhan."

Lirih Naya semakin menunduk. Aham kembali

menatap wanita yang ada di hadapannya itu

dengan intens. Ada perasaan aneh yang kini

kembali di rasakannya.

"Apa aku boleh bertanya.?"

Naya memberanikan diri menatap tenang wajah

Aham. Keduanya saling pandang kuat.

"Apa kau benar-benar tidak bisa menerima

pernikahan ini.?"

Mata Aham mengerjap. Dia kembali berusaha

membuang pandangannya ke sembarang arah.

"Aku tahu, aku hanyalah wanita biasa, jauh dari

kata sempurna, jauh dari kriteria wanita yang

selalu mengejarmu selama ini."

Suara Naya tercekat di tenggorokan nya. Dia

kembali menunduk.

"Aku tidak ingin mengingkari amanah kakek, tapi

kalau kamu tidak bisa menerima nya sama sekali,

semua hanya akan menimbulkan keburukan."

"Apa yang kau inginkan.?"

"Kau bisa membebaskan aku. Silahkan lakukan

apapun yang bisa membuatmu bahagia."

Aham terhenyak. Dia menatap tajam wajah Naya,

perasaanya tiba-tiba saja tidak nyaman.

"Kau menginginkan nya agar bisa bebas menjalin

hubungan dengan laki-laki itu bukan.?"

Naya menjatuhkan sendok nya. Dia balas

menatap tajam kearah Aham.

"Jangan berusaha menimpakan semua alasan

padaku.! Aku hanya tidak ingin memaksamu

untuk tetap berada dalam ikatan ini.!"

"Aku sudah menikahimu, di saksikan kakekku.!

Dan itu adalah satu hal yang sangat di inginkan

oleh nya, apa kau tahu apa artinya.?"

Mereka berdua berdiri dan saling bertatapan

dengan suasana sedikit memanas.

"Lalu, apa maumu sekarang.?"

Naya melipat kedua tangannya di dada. Aham

tampak sedikit kikuk. Bingung dan ragu.

"Dari awal semua ada dalam kendalimu.! Aku

tidak punya hak memutuskan apapun.!"

Kembali Naya berucap penuh penekanan. Aham

membalikan badannya, berdiri di pinggir balkon.

Naya menatap punggung kokoh itu. Dia menarik

napas dalam, kemudian membereskan nampan beserta sisa makanan tadi, hanya menyisakan

air putih saja.

"Selamat malam Tuan Muda.."

Naya membalikan badannya, kemudian berlalu

pergi dari kamar Aham.

Aham mengacak kasar rambutnya. Sebenarnya

apa yang kini di inginkannya ? Sejak awal dia

tidak pernah menerima pernikahan ini. Tapi

kenapa saat pertama kali dia melihat wanita

yang sudah sah menjadi istrinya itu, ada keresahan dan kegelisahan yang di rasakannya. Dia juga

selalu merasa kehilangan kendali saat berada

di dekat wanita itu.

***** *****

Pagi ini Naya memutuskan untuk tidak keluar

kamarnya. Perdebatan semalam menyisakan

perasaan tidak nyaman dalam hatinya, hingga

dia enggan untuk bertemu dengan Aham.

Sekitar jam 10 Pak Ali datang ke kamarnya dan

memberitahu bahwa Pak Bastian datang mencari

nya. Wajah Naya tampak bahagia saat mendengar

kedatangan asisten pribadi mendiang Tuan Besar

itu. Dia segera bersiap, setelah itu pergi melalui

jalan belakang.

Naya tertegun saat melihat Pak Bastian sedang

berdiri menyambut nya bersama dengan Noah

serta seorang laki-laki paruh baya.

"Selamat pagi Nona Muda.."

Sapa Pak Bastian dan laki-laki paruh baya itu.

"Pagi..senang bisa melihat bapak lagi."

Naya tersenyum lembut dan membungkuk

sedikit pada mereka.

"Nona..sudah tahu siapa Tuan Noah kan.?"

"Iya, tentu saja. "

"Kenalkan, beliau adalah Pak Hamdan, pengacara pribadi mending Tuan Besar.."

Pak Bastian mengenalkan laki-laki paruh baya

tadi yang terlihat kembali membungkuk ke arah

Naya.

"Senang berjumpa bapak."

Sambut Naya dengan mengatupkan kedua

tangan di dadanya.

"Hari ini adalah hari yang penting bagi Nona.

Kami akan menjelaskan semuanya di kantor."

Naya tampak bingung. Dia melirik kearah Noah

yang mengedipkan matanya.

"Mari Nona, kita berangkat sekarang."

"Dia akan pergi denganku.!"

Noah menarik tangan Naya, yang terlihat

canggung namun dia terpaksa mengikutinya

setelah berpamitan pada Pak Ali.

Akhirnya iringan mobil mereka mulai melaju meninggalkan Pak Ali yang hanya bisa menghela napas panjang.

Mereka tiba di sebuah kantor yang cukup megah.

Pak Hamdan langsung membawa Naya menuju

ke ruangannya di lantai 4.

Naya masih tampak bingung dengan semua yang

tengah terjadi. Ada apa sebenarnya.? Kenapa

mereka semua terlihat begitu serius.?

Ruangan kantor Pak Hamdan terlihat cukup luas,

mereka semua duduk di sofa yang tersedia di

ruang depan.

Tidak lama seorang wanita muda muncul,

menyerahkan setumpuk dokumen kepada Pak

Hamdan.

"Silahkan Nona.. lihat dan pelajari dokumen ini

baik-baik."

Pak Hamdan menyerahkan dokumen itu ke

hadapan Naya yang semakin di buat bingung.

Dia kembali melirik kearah Noah yang terlihat

mengangguk meyakinkan.

Dengan ragu-ragu Naya mulai membuka sampul

dokumen tersebut. Sesaat kemudian wajahnya

tampak terkejut, dengan cepat dia membuka

lembar demi lembar dari seluruh berkas penting

yang ada dalam dokumen tersebut.

"Sebenarnya apa ini Pak.? tolong jelaskan semua

nya pada saya.."

Naya memandang kearah Pak Hamdan juga Pak

Bastian. Pak Bastian mempersilahkan Pak Hamdan

untuk berbicara.

"Itu adalah berkas penting berisi seluruh warisan

yang di tinggalkan oleh Tuan Dananjaya, kakek

anda Nona.."

Naya terhenyak. Dia terdiam tidak percaya.

"Selama ini Tuan Besar sudah mengelola semua

warisan yang di tinggalkan Tuan Dananjaya untuk

anda. Dan Tuan Noah lah yang sudah memegang

semua perusahaan keluarga anda tersebut.."

Pak Hamdan kembali menjelaskan membuat

Naya semakin tak percaya. Dia menatap Noah

yang hanya tersenyum santai menyandarkan badannya ke belakang.

"Anda adalah Nona Muda keluarga Dananjaya.

Tuan Besar sengaja menyembunyikan keberadaan

anda, karena anda masih memiliki keluarga. Tapi

keluarga anda tersebut sangat haus akan harta

dan kekayaan yang di tinggalkan oleh kakek anda."

"Apa..?? jadi saya masih punya keluarga.?"

"Benar Nona, anda masih punya paman.."

Naya nampak menutup mulutnya.

"Selama ini dia mencari anda, karena mengincar

warisan bagian Ayah anda, karena bagiannya

sudah habis, saat ini dia diambang kehancuran.."

Naya terdiam. Dia merasa kini kepalanya seakan

berputar, pusing, apakah ini nyata, atau hanya

sebuah mimpi saja.?? Naya menutup wajahnya

mencoba untuk mencerna semua kenyataan ini.

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

Bersambung.....

1
Clorris Azzahra
maaf tor pemenggalan kalimat kurang enak, kalau cerita bagus sekali lagi maaf ya tor makasih
Utamy Utamyy
teman aham wanita jadi"an
Novi Jahan
Luar biasa
Selamet Turipno
Cerita yg tak jelas hanya memuji tampan dan cantik
Selamet Turipno
bagus kayaknya ceritanya cuma satu yg kurang bagus menurut gua apa tidak ada nama lain tokoh utamanya ngapain mesti Abraham Ibrahim lebih bagus
Gadis Puspa Kartika
Luar biasa
tus tiani
aaaah dasar aham arogan
tus tiani
makanya jadi laki jangan banyak tingkah
tus tiani
nah mulai kan, aham siap2 aja loh..
tus tiani
ego aja ditinggikan tuan aham, Tampa sadar sudah kalah secara perlahan tapi pasti
tus tiani
biasanya setelah bahagia baru ketemu dengan keluarganya.
Khairul Azam
novel othor ini yg aku suka cuman yg menikahi wanita tanguh, yg lainya ngak aku suka wanitanya terlalu plinplan lemah semua gak ada harga diri semua
elank yl
ceritanya bagus 👍🏻
Arida Susida
Luar biasa
winda aulia
emang GK salah sih Noah jadi penjaga Kanaya. selalu gercep.
ayi fujiarti
mengulang lagi untuk sekian kalinya... tak pernah bosan baca karya ka shan
Naura Ovo
sayang aham jadi laki,,murahan apa karna dia tampan ya thor 😁🤭🤭🤭
Siti Aminah
thor tng ksh tau apa2 saja karya novel mu thor...aku ingin membacany. atw para reader tlng klo ada yg tau...ksh tau aku yah judul2 novel ny othor .
Khadijah Nafisah: di baca
total 2 replies
Siti Aminah
aku jg ngucapin trm ksh thor...krn sdh menyuguhkan cerita se bagus...se menarik d se seru ini. aku snht suka sepertiny akan aku ulang2 membaca ny
Siti Aminah
Noah sllu jd pahlawan bagi kaum hawa...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!