Cinta Pria Introvert

Keesokan harinya.

Nayla dan Kikan turun untuk sarapan.

"Pagi Ma. Pa."

"Pagi Tante, om."

"Pagi sayang, ayo duduk sarapan." Balas Bu Rina dan Pak Faris.

"Kakak mana ma?." Tanya Kikan.

"Gak tahu ya, tapi kata bibi sudah keluar sejak tadi, mungkin mau ketemu pacar nya."Balas Bu Rina tersenyum.

Kikan yang mendengar pun tersenyum, sementara Nayla tampak datar saja sembari mengoleskan selai di roti nya, namun ia mendengar ucapan Bu Rina.

"Aku jadi gak sabar mau ketemu pacar kak Evan." Ucap Kikan.

"Iya, mama dan Papa Juga." balas Bu Rina.

"Nay."

"Nayla."Panggil Bu Rina mengagetkan Nayla yang melamun.

"Iya Tante." Saut Nayla.

"Kamu cuman makan roti saja, itu ada nasi goreng." Ucap Bu Rina.

"Aku lagi diet Tante."Balas Nayla tersenyum. Kikan melihat sahabat nya itu dengan heran.

"Ma,Nay, nanti kita pilih dress ya untuk kita pakai nanti malam." Ajak Kikan.

Bu Rina dan Nayla pun mengiyakan.

Ting Tong.

Saat mereka selesai sarapan, terdengar suara bel rumah berbunyi. tidak berapa lama Bibi datang menghampiri mereka.

"Pak, Ada teman Bapak Datang." Kata Bibi memberi tahu.

"oh Itu pasti Indra, Papa kedepan dulu ya Ma."Ucap Pak Faris.

"Ya udah Pa, mama sama anak-anak mau pilih dress dulu."ucap Bu Rina dan Pak Faris mengiyakan sembari mengelus kepala istri nya.

Kikan dan Nayla aneh melihat ke romantisan Pak Faris dan Bu Rina.

"Tante dan Om Romantis banget ya Kin?." Ucap Nayla.

"Iya, semoga saja ,kita bisa ya seperti mereka, sampai tua sama- sama." Ucap Kikan masih menatap ke bawah, menatap kedua orang tua nya.

Nayla yang mendengar tersenyum menatap ke Kikan, ia sangat berharap Sahabat nya itu bisa hidup selama nya dengan orang yang ia cintai.

•••

Kikan dan Nayla sedang mencoba Dress yang akan mereka kenakan bersama Bu Rina.

"Yang ini bagaimana?." Tanya Kikan sembari mengepalkan baju itu pada tubuh nya.

"Cocok kok, kamu pakai baju apa juga cantik Kikan."Balas Nayla.

"Iya sayang, kamu pakai baju apa aja juga cantik."Balas Bu Rina sembari memegangi kedua pipi putri nya itu.

"Mamah, aku kan cantik kayak mama,makanya Papa cinta banget sama Mama."Balas Kikan tersenyum.

"Kamu bisa saja sih."Balas Bu Rina tersenyum.

"Mama kan sudah selesai, Mama tinggal dulu ya, Mama mau temani Papa, gak enak sama teman Papa di bawah."Ucap Bu Rina.

"Iya Ma."Balas Kikan.

"Tante tinggal dulu ya Nay."ucap Bu Rina lagi.

"Iya Tante."Balas Nayla tersenyum.

Saat Bu Rina sudah pergi, tinggal lah Mereka Berdua yang masih bingung harus memakai dress apa.

"Dress kamu cantik - cantik Ki, aku jadi bingung mau pakai yang mana."Ucap Nayla.

"Kalau Evan liat kamu pakai Dress ini, dia pasti akan terpesona sekali melihat kamu."Goda Nayla.

Kikan yang tadi tersenyum melihat diri nya di balik kaca rias nya, tiba - tiba seketika senyum nya hilang, karena mengingat lagi sosok Evan.

Kikan menghela nafas dan menatap Nayla. "Nay, kenapa sih bahas Evan terus, aku beneran sudah gak cinta lagi sama Dia."Ucap Kikan sembari mengalihkan pandangan nya ke arah lain.

Nayla menatap Sahabat nya itu dan ia tahu kalau Kikan tak berani mengatakan nya sembari menatap nya, karena itu bukan keluar dari lubuk hati nya.

"Ya udah dech, kalau kamu merasa begitu, maaf ya."Ucap Nayla dan Kikan mencoba tersenyum pada Nayla.

"Nay, meski kamu sangat menyebalkan, tapi aku sangat menyayangi mu, karena hanya kamu yang mengerti aku." Ucap Kikan sembari duduk di samping Nayla, Nayla pun tersenyum.

"Aku tahu kau berbohong sudah melupakan Evan, semua tergambar jelas dari wajah mu dan saat aku menyebut nama Evan."Batin Nayla.

•••

Di rumah Evan.

Evan baru saja bersiap untuk berangkat bertemu Klain nya.

"Den Evan, di luar ada yang cari, kata nya sekertaris Den Evan."Ucap Bibi.

"Oh, iya Bi."Balas Evan.

"Van."Panggil Bu Sisil.

"ia ma."saut Evan.

"Nanti malam jangan lupa ya."Ucap Bu Sisil mengingatkan untuk menghadiri undangan ulang tahun pernikahan orang tua Kikan.

"Iya Ma."Balas Evan.

Evan dan Joan pun berangkat menuju ke restoran di tempat mereka janjian bertemu klain nya.

Evan tampak diam dan tak banyak bicara dan Joan pun tak tahu harus bicara apa.

Dering telefon Evan Berbunyi.

"Iya Hallo."

"Van, malam kamu pergi gak undangan nya Kikan?." Tanya Aldo.

"Kenapa emang nya?."

"Yah kalau pergi, kita sama - sama saja."Balas Aldo.

"Kamu di undang juga?."

"Iya dong, Kikan tu kasi undangan nya lansung ke aku, masak ia aku gak datang."Balas Aldo.

"Oh begitu, aku masih sibuk, belum tahu bisa atau endak, kamu pergi sendiri saja dulu."Balas Evan.

"Ya udah dech, tapi ingat ya, jangan cemburu kalau aku bisa dapatin hati Kikan."Goda Aldo.

Evan yang mendengar sejenak terdiam mendengar ucapan Aldo.

"Van."

"Iya."

"Melamun?."

"Enggak, aku sedang menyetir, sudah dulu ya."Ucap Evan.

"Eh Van, tunggu dulu." Saut Aldo,namun sambungan telefon sudah lebih dulu di putus oleh Evan.

"Hm, K-i-k-a-n." Batin Aldo tersenyum mengeja nama wanita itu.