SUAMI 500 JUTA

Elvano tidak bisa, lebih tepatnya belum iklhas jika sang asisten pribadi memiliki kekasih.

Ia belum mau berbagi perhatian Nayara dengan orang lain. Meskipun itu kekasihnya sekalipun.

Oleh sebab itu, Elvano pun memberikan banyak tugas pada Nayara. Gadis itu, biasanya hanya membantu memeriksa laporan yang diserahkan oleh Dewi. Namun, kali ini sang atasan memintanya ikut untuk melakukan pekerjaan.

Nayara di tugaskan untuk memeriksa e-Mail yang masuk pada akun milik Elvano. Memeriksa satu persatu, sebelum di baca oleh pria itu.

Elvano juga sering mengajak Nayara untuk lembur. Hanya sekedar menemani pria itu. Intinya, agar Nayara tidak pulang lebih awal atau pergi berkencan dengan pria lain.

Seperti siang ini, seharusnya Nayara libur kerja. Namun, Elvano memintanya untuk datang ke penthouse dan membuat makan siang.

“Bapak pergi dengan siapa?” Tanya Gilang pada Elvano.

Sore nanti, Elvano mendapatkan undangan menghadiri peresmian sebuah rumah sakit swasta, milik salah satu rekan bisnis Prawira Holding Company.

“Dengan Nara.” Ucap Elvano tanpa menoleh pada sang asisten.

Gilang menyunggingkan sudut bibirnya. “Ternyata, dia cantik juga ya, pak.” Ucap pria itu.

Kalimat itu membuat Elvano yang sedang fokus berlari di atas treadmill, pun menoleh ke arah Gilang yang sedang mengangkat barbel di kedua tangannya.

Kedua pria itu tengah berolahraga di ruang GYM yang tersedia di penthouse mewah itu.

“Jangan macam - macam kamu, Lang.” Ucap Elvano dengan tegas.

Pria itu tau betul bagaimana sepak terjang Gilang selama ini. Asistennya itu seorang Playboy kelas kakap.

“Kalau Nara mau? Saya bisa apa, pak?” Imbuh sang asisten lagi.

Elvano mendelik tajam mendengar ucapan Gilang. Ia pun menghentikan alat olahraga itu.

Apa mungkin, para asistennya sedang melakukan pendekatan? Bukankah waktu itu Nayara mengatakan kalau ia dan pria itu sudah mengenal lama?

“Saya tidak melarang kamu untuk memiliki banyak kekasih. Tetapi, jangan jadikan Nayara salah satunya. Dia gadis baik - baik.”

Gilang menelan ludahnya dengan kasar. Tatapan mata Elvano sungguh sangat menusuk ke dalam hati.

Sungguh Gilang hanya berniat untuk bergurau.

“Bukan begitu maksud saya, pak. Saya juga tidak ada niat untuk merayu Nayara. Dia sudah saya anggap adik sendiri.” Ucap pria tiga puluh tahun itu.

“Lalu? Apa maksud kamu mengatakan kalau Nara cantik juga?” Selidik Elvano.

Ia berdiri menjulang sembari bersedekap dada, di depan Gilang yang tengah duduk dengan kedua tangan memegang barbel.

Gilang meletakkan kedua beban di tangannya di atas lantai.

“Sebenarnya, saya curiga dengan anda, pak. Sejak Nara merubah penampilannya, bapak sering mengajak dia pergi berdua, bahkan lembur sampai tengah malam. Apa jangan - jangan.”

Gilang menutup mulutnya setelah melihat tatapan tajam Elvano.

“Jangan banyak berspekulasi kamu, Lang.”

“Kalau bukan karena suka, lalu untuk apa bapak menahan gadis itu?” Gilang memberanikan diri untuk berbicara.

Elvano terpaku. Ia berusaha mencerna pertanyaan Gilang.

Apa benar, jika dirinya menyukai Nayara? Tidak mungkin! Selama ini, Elvano melihat gadis itu seperti seorang pria. Mana mungkin ia bisa menyukainya?

Elvano menahan Nayara, karena tidak ingin gadis itu dekat dengan pria lain.

“Sebenarnya, saya menahan Nara karena dia mengatakan sedang dekat dengan seorang pria.” Ucap Elvano kemudian.

“Memangnya kenapa jika Nara dekat dengan seorang pria? Dia sudah dewasa, pak. Usia dua puluh delapan tahun itu, sedang matang - matangnya.” Ucap Gilang.

“Saya belum iklhas jika Nara membagi perhatiannya dengan pria lain, sekali pun itu kekasihnya.” Ucap Elvano dengan lantang.

Gilang mengulum bibirnya. “Itu artinya bapak cemburu. Cemburu itu tandanya cinta. Cinta itu —

“Jaga ucapan kamu, Lang. Saya tidak mungkin suka sama Nara. Saya cuma belum ikhlas dia memiliki kekasih. Jika dia punya pacar, otomatis waktunya akan terbagi. Akhir pekan seperti ini, dia akan meminta libur dan berkencan dengan kekasihnya. Dan saya tidak mau pekerjaan jadi terganggu.” Tegas Elvano lagi.

Pembicaraan kedua pria dewasa itu, di dengar dengan jelas oleh Nayara, yang sedang berdiri di ambang pintu sembari memegang nampan berisi minuman dingin.

“Jadi, dia menahan aku karena tidak mau aku memiliki kekasih? Dan menganggu pekerjaan?”

Nayara berdecak pelan. Dirinya mengira jika Elvano sudah tertarik padanya setelah ia merubah penampilan.

Ternyata alasannya karena tidak ingin dirinya memiliki kekasih. Yang benar saja?

.

.

.

Dua minggu sudah berlalu, dan Nayara belum bisa memikat hati Elvano. Ia mengira, sepekan terakhir ini pria itu sudah mulai tertarik padanya, karena sering mengajak kemana - mana hingga lembur. Ternyata tidak.

Entah bagaimana cara meluluhkan hati pria itu. Sampai Nayara memotong rambutnya pun, Elvano tidak tertarik.

Haruskah Nayara menyerah dan memilih mendekam di kantor polisi? Pasti tidak lama, karena Elvano akan membebaskan dirinya.

Tapi, citra dirinya pasti akan tercoreng dan orang tua, serta adiknya pasti akan merasa malu setelah itu.

Huh!

“Ada apa, Ra? Aku perhatikan, sejak tadi kamu lebih banyak murung. Kamu sakit?” Tanya Gilang saat mereka tengah berdua di dapur, sementara Elvano berada di kamar untuk membersihkan diri.

“Pak. Bagaimana caranya membuat seorang pria jatuh cinta? Maksud aku, apa yang membuat pak Gilang jatuh hati dengan kekasih - kekasih bapak?” Tanya gadis itu.

Siapa tau, Gilang bisa memberikan ide.

“Kamu mau memikat siapa? Pak Elvano?” Terka pria itu.

“Aish.. bukan.” Jawab Nayara cepat. Belum saatnya untuk memberitahu pria itu.

“Itu tidak penting, pak. Aku hanya ingin tau, apa yang membuat seorang pria tertarik pada wanita?” Imbuh gadis itu.

Gilang menghela nafas pelan. “Sebenarnya, aku tidak benar - benar jatuh cinta dengan mereka.”

Nayara menganga. “Lalu kenapa pak Gilang punya banyak kekasih?” Tanyanya pelan.

“Aku hanya main - main, Ra. Tidak ada yang serius. Tetapi, jika kamu bertanya, apa yang membuat pria jatuh hati pada seorang wanita, aku akan memberitahumu.” Ucap Gilang.

Pria itu pernah jatuh cinta sejatuh - jatuhnya, namun ia di kecewakan. Karena itu, saat ini dirinya hanya ingin bersenang - senang.

Nayara pun menyimak dengan seksama.

“Hal pertama yang seorang pria lihat, pasti wajah, penampilan, atau fisiknya.” Ucap pria itu.

“Jika penampilan dan fisik tidak bisa memikat? Apa artinya pria itu tidak tertarik dengan wanita?” Tanya Nayara.

Gilang menyunggingkan sudut bibirnya. “Tidak selalu soal fisik, Ra. Terkadang, ada pria yang jatuh cinta karena ketulusan atau kecantikan hati seorang wanita.”

“Ketulusan? Kecantikan hati?” Ulang Nayara.

“Iya, Ra. Contohnya aku. Dulu sebelum bertemu pak Elvano, aku pernah jatuh cinta dengan seorang gadis. Karena ketulusan hatinya yang mau menerima aku apa adanya. Hidup serba kekurangan, hampir di DO karena ikut tawuran. Tetapi, dia mau menemani aku saat masa terburuk dan hampir menyerah.” Pandangan Gilang menerawang jauh, mengingat kembali masa remajanya.

“Lalu kenapa berpisah?”

Pria itu mendesahkan nafas kasar. “Orang tuanya tidak mengijinkan kami bersama karena perbedaan status sosial.”

“Sama seperti pak Elvano dan Bu Hannah.” Celetuk Nayara.

“Awas nanti bapak mendengarnya. Dia tidak suka mengungkit masa lalu yang tidak penting.” Peringat Gilang.

Nayara mengangguk paham. Poin penting yang gadis itu harus garis bawahi adalah terkadang seorang pria jatuh cinta karena ketulusan dan kecantikan hati seorang wanita.

...****************...