Serangeline Fros, wanita berusia 45 tahun, dikenal di seluruh kota Darsen sebagai ketua geng Bloodfangs—geng paling ditakuti yang menguasai setengah wilayah kota. Di balik reputasinya yang kelam, Sera menyimpan mimpi lama yang tak pernah terwujud: menjadi seorang penyanyi. Namun takdir berkata lain, sejak muda ia dipaksa oleh kakeknya untuk meneruskan tahta keluarga sebagai pemimpin geng, menenggelamkan keinginannya di balik darah dan kekuasaan.
Hingga suatu malam, sebuah kecelakaan tragis merenggut nyawanya. Tapi kematian bukanlah akhir bagi Serangeline Fros. Ia terbangun kembali… di tubuh seorang wanita muda berusia 25 tahun—bertubuh gendut, pemalu, dan diremehkan semua orang, bahkan oleh suaminya sendiri.
Apakah Serangeline akan menemukan makna baru dari kehidupan keduanya, ataukah sisi gelapnya sebagai gangster akan kembali bangkit dan menghancurkan segalanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mila julia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 . Kecurigaan Aleric
HAPPY READING!!!
.
.
.
Sontak Kael berdiri panik saat Sera tiba-tiba menghentikan nyanyiannya, membuat suara asli Lyra terdengar begitu jelas menggema di seluruh area konser. Penonton yang awalnya bersemangat kini mulai saling menatap kebingungan. Sorotan kamera terus maju, mencari sumber kesalahan yang terjadi secara terang-terangan.
“Sera apa yang kamu lakukan?” Kael hampir berteriak, napasnya memburu.
Sera hanya tersenyum, tatapannya menembus ketenangan palsu Kael. “Aku hanya penasaran dengan suara artis papan atasmu itu.”
“Kamu sengaja melakukannya Sera?” Kael melangkah cepat, matanya memerah penuh kemarahan yang sulit dikendalikan.
“Hm, sepertinya.”
Jawaban ringan itu justru terasa seperti tamparan bagi harga diri Kael.
“Sera!” tangan Kael terangkat, melayang hendak menghantam wajah perempuan itu—
Namun Sera menahan pergerakannya. Ia memelintir pergelangan tangan Kael, refleks yang dulu begitu natural baginya. Ia hendak menghempaskan tubuh laki-laki itu ke lantai-
Namun tubuh Kael tidak sanggup ia hempaskan ke lantai tubuh bocah itu begitu lemah padahal saat tubuhnya ramping dengan usianya yang tidak muda ia mampu menghempaskan lawannya dengan mudah.
Kael mengambil kesempatan itu. Tubuhnya berputar cepat lalu mendorong Sera keras ke arah dinding.
Brak!
Tubuh Sera terhantam dan jatuh menghantam lantai dingin.
“Akhhh…” ia merintih. Pandangannya berputar. Cairan hangat mengalir dari pelipisnya, menuruni pipi pucatnya.
“Aku sudah berbaik hati kepadamu!” Kael menggeram. “Mengikuti semua permintaanmu! Bahkan aku habis-habisan membelikanmu apartemen mewah dan mempekerjakan chef serta para pelayan itu untukmu! Tapi ini balasannya? Kamu menghancurkan konser yang bernilai puluhan miliar ini, Sera!”
Matanya berkilat marah dan terluka sekaligus.
“Kamu memang tidak tahu diri Sera! Perubahanmu akan membawamu kembali ke jeratan ibu tirimu yang kejam itu! Aku menceraikanmu!” teriak Kael, suaranya pecah namun penuh kepastian.
Sera hanya bisa menatap samar dunia berputar, suaranya terkunci oleh rasa sakit yang menohok seluruh tubuhnya.
Sedangkan Lyra diam- diam menyelinap masuk kedalam ruangan rahasia itu menyaksikan Kael mengatakan cerai kepada Sera. Seketika tanpa sadar Lyra menampakkan deretan giginya begitu melihat semuanya, melupakan kondisinya yang bahkan karirnya sedang di ujung tanduk.
Plak!
Kael menampar pipi Sera hingga kepalanya terpelintir ke samping. Tubuh itu lunglai seketika. Saat itu juga pandangan Sera yang buram menghitam sepenuhnya. Ia kehilangan kesadaran diikuti kepergian langkah kaki dari keduanya.
Konser itu kacau total. Teriakan penonton menggema memenuhi stadion, penuh kebingungan dan kemarahan. Mereka mempertanyakan keadaan Sera, bertanya-tanya mengapa pertunjukan yang ditunggu-tunggu ini tiba-tiba terhenti.
Agar keadaan tidak semakin memburuk, Kael melangkah cepat ke tengah panggung. Sorotan lampu mengikuti langkahnya, sementara gemuruh penonton membuat dadanya semakin sesak.
“Maaf sekali kepada para penggemar Dewi Panggung, Lyra,” ucap Kael dengan suara lantang namun bergetar. “Saat ini keadaannya sangat memprihatinkan. Lyra baru saja dilarikan ke rumah sakit karena terjadi kerusakan pita suaranya. Saya harap para penggemar bisa memahami keadaan Dewi Panggung kita. Untuk para penggemar, saya sebagai CEO agency Lyra akan mengembalikan semua uang pembelian tiket.”
Kael membungkuk dalam-dalam, berusaha menunjukkan penyesalan yang mendalam meski sebenarnya hatinya tengah membara.
“Atas kekacauan dan ketidaknyamanan ini saya benar-benar minta maaf. Semoga cinta kalian semua tidak berkurang pada Dewi Panggung. Sekali lagi saya minta maaf.” Ia kemudian beranjak dari sana tanpa menunggu reaksi lagi.
Namun, reaksi itu datang juga kerumunan menjadi semakin gaduh. Para penggemar menolak menerima penjelasan singkat tersebut.
Mereka ingin penjelasan tentang Sera.
Tentang kapan mereka bisa mendengarnya bernyanyi lagi.
Karena yang mereka lihat dan dengar barusan bukanlah hal biasa.Karna banyak argumen negatif tentang Lyra yang di sampingkan oleh para sebagian pengemar yang tidak di terima oleh penggemar berat Lyra.
tengah kekacauan itu, Aleric berdiri terpaku. Kata-kata Kael terdengar seperti kebohongan yang terlalu cepat dijahit.
Ia tahu suara itu suara Lyra karena ia sendiri yang dulu membimbingnya. Tidak mungkin pita suara Lyra sekonyong-konyong rusak seperti itu.
Seiring waktu, penonton mulai membubarkan diri. Kru konser juga berkemas pergi. Gemerlap panggung perlahan berubah menjadi ruang kosong yang suram. Namun Aleric masih di sana mengawasi semuanya.
“Aku yakin apa yang dikatakan Kael tadi semuanya bohong,” gumamnya, mengepalkan tangan. “Itu ia lakukan untuk menyelamatkan karier Lyra dan agencynya. Aku tidak mungkin salah… suara tadi jelas suara Lyra saat ia berlatih denganku dulu.”
Ia memeriksa setiap sudut panggung belakang, tapi tak ada yang mencurigakan. Hingga…
Tok…
Tok… tok…
Aleric menoleh cepat. Suara itu datang dari sebuah pintu logam kecil yang dikunci gembok besar dari luar.
“Apa ada orang di dalam?” teriaknya sambil mengetuk lebih keras.
“Akh…”
Rintihan lemah menjawab.
Tanpa pikir panjang, Aleric mencari apa pun yang bisa digunakan untuk memecahkan gembok. Ia menemukan batu besar di area kru dan memukulkannya bertubi-tubi hingga gembok itu jebol.
Saat pintu terbuka, napasnya tercekat.
Sera tergeletak bersandar pada dinding, wajahnya penuh darah dan tubuhnya hampir tak bergerak.
“Perempuan itu… dia kan istrinya Kael…” desis Aleric, setengah tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
Ia buru-buru mencoba menyadarkannya. “Hei… kamu bisa mendengarku? Apa kamu masih kuat berjalan?”Tidak ada jawaban.
Dengan cepat Aleric mencari alat untuk bisa melepaskan kunci gembok tesebut . ia mengambil sebuah batu lalu memukulkannya pada gembok itu dengan keras hingga terbuka.
Aleric dengn cepat masuk kedalam ruangan tersebut dan menemukan Sera berada di sana bersadar ke dinding dengan aliran darah di pipinya.
"Perempuan itu diakan orang yang menyelamatkanku dan dia juga istri Kael. Apa yang dia lakukan di dalam sini?"ucap Aleric langsung membantunya.
Ia buru-buru mencoba menyadarkannya. “Hei… kamu bisa mendengarku? Apa kamu masih kuat berjalan?”
Tidak ada jawaban. Tubuh Sera sepenuhnya pasrah pada kepasrahan yang menyakitkan.
Aleric mencoba menggendongnya namun tubuh Sera terlalu berat dan ia tidak ingin membuatnya semakin terluka. Ia berlari kembali keluar dan menemukan sebuah hand truck milik kru.
Dengan susah payah, ia mengangkat tubuh Sera ke atas alat tersebut, kemudian mengikatnya demi keamanan. Napasnya terengah-engah tapi ia terus mendorong hand truck itu menuju mobilnya.
___
Di kediaman Kael…
Kael tengah menghambur-hamburkan seluruh barang-barang milik Sera keluar dari rumah. Tangannya gemetar karena marah, dadanya sesak oleh rasa dikhianati. Semua barang itu kini berserakan di halaman, menjadi tontonan malam yang kejam.
Lyra dan Mama Stevia menyaksikan semuanya, namun tak ada yang berani menghentikan Kael.
“Ini semua karena gajah itu,” ucap Lyra sambil menangis—air mata buaya yang ia kuasai sejak lama. “Kael sampai seperti ini karena perbuatan gilanya, Ma. Aku yakin semua orang sedang membicarakanku di media sosial, Ma… aku sangat malu… hiks… hiks…”
Mama Stevia memeluknya, seolah Lyra adalah korban yang patut dikasihani.
“Tenang, sayang. Kariermu tidak akan hancur selama Kael ada di sisimu. Lagi pula, di balik ini semua justru ada hal baik untuk kamu dan Kael, bukan?"
Lyra melepas pelukannya, "Maksud mama?. " ucapnya berpura - pura tidak mengerti.
“Dengan perginya gajah jelek itu, hubungan kamu dan Kael tidak akan ada halangan lagi. Apalagi Kael sudah mengucapkan kata cerai kepadanya kan? Dengan begitu kamu dan Kael bisa menikah, sayang.”
Mama Stevia mencubit dagu ramping Lyra dengan bangga.
Lyra tersenyuman lebarnya karna ucapan mama Stevia, karna sebelum mama Stevia mengatakannya ia sudah memikirkannya sejak tadi.
.
.
.
💐💐💐Bersambung💐💐💐
Ahjumma kamu baik - baik ajakan aaaa kamu masih beruntung Kael coba aja kamu bergelut dengan tubuh ahjumma yang sebenarnya kamu sudah mati lebih dulu sebelum kamu menyentuhnya. Kira- kira setelah ini apa yang bakal ahjumma lakukan yaa??.
Penasaran sama kelanjutannya???
Lanjut Next Bab ya guys😊
Lope lope jangan lupa ya❤❤
Terima kasih sudah membaca bab ini hingga akhir semuanya. jangan lupa tinggalkan jejak yaa, like👍🏿 komen😍 and subscribe ❤kalian sangat aku nantikan 🥰❤