NovelToon NovelToon
Transmigrasi Tanaya Zaman Purba

Transmigrasi Tanaya Zaman Purba

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi / Romansa Fantasi / Ruang Ajaib / Epik Petualangan / Roh Supernatural / Time Travel
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nyx Author

🔥"Tanaya — Jiwa dari Zaman Purba”

Tanaya, gadis modern yang hidup biasa-biasa saja, tiba-tiba terbangun di tubuh asing—berkulit gelap, gemuk, dan berasal dari zaman purba yang tak pernah ia kenal.

Dunia ini bukan tempat yang ramah.
Di sini, roh leluhur disembah, hukum suku ditegakkan dengan darah, dan perempuan hanya dianggap pelengkap.

Namun anehnya, semua orang memanggilnya Naya, gadis manja dari keluarga pemburu terkuat di lembah itu.

>“Apa... ini bukan mimpi buruk, kan? Siapa gue sebenarnya?”

Tanaya tak tahu kenapa jiwanya dipindahkan.

Mampukah ia bertahan dalam tubuh yang bukan miliknya, di antara kepercayaan kuno dan hukum suku yang mengikat?

Di dalam tubuh baru dan dunia yang liar,
ia harus belajar bertahan hidup, mengenali siapa musuh dan siapa yang akan melindunginya.

Sebab, di balik setiap legenda purba...
selalu ada jiwa asing yang ditarik oleh waktu untuk menuntaskan kisah yang belum selesai.

📚 Happy reading 📚

⚠️ DILARANG JIPLAK!! KARYA ASLI AUTHOR!!⚠️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nyx Author, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

|Keluarga Naya...

Pagi harinya…

Tanaya sudah sibuk bekerja bersama Yaren.

Mereka tengah berada di halaman gua, menanam kembali tanaman-tanaman obat yang Tanaya dapatkan kemarin—dibantu oleh Yaren. Tangannya dengan cekatan mengatur jarak tanam, sementara Yaren membantu menggali tanah dan menutup akarnya kembali.

Awalnya, Tanaya sangat ingin menanam wortel, tomat, sayuran, bahkan cabai. Ia benar-benar merindukan masakan pedasnya. Namun saat mencarinya kemarin, tanaman-tanaman itu sulit sekali ditemukan.

Kata ayahnya, jenis tanaman seperti itu biasanya hanya tumbuh di balik bukit. Mungkin besok ia akan pergi ke sana. Sekalian, ia juga ingin mencari tanaman pengganti nasi—seperti ubi atau sejenisnya.

Karena makan hanya dengan daging tanpa nasi membuatnya selalu merasa ada yang kurang nikmat. Ia pun berniat mencari lebih banyak tanaman yang bisa dijadikan bahan makanan.

“Nahh... begini terlihat lebih segar kalau dilihat dari luar, Kak,” ujar Tanaya sambil menepuk-nepuk tangannya menatap hasil tanamannya dengan puas.

Kini, halaman rumah mereka yang sebelumnya kosong dan gersang, sekarang tampak jauh lebih hidup, dipenuhi tanaman-tanaman hijau yang tertata rapi.

Yaren tersenyum kecil, lalu menyeka tanah yang mengotori pipi adiknya. “Ya… adik kakak memang pintar,” ucapnya, membuat Tanaya terkekeh pelan.

“Tapi kak, jika hanya tanaman saja itu tidak cukup. Akan lebih rapi lagi kalau di halaman ini ada pagarnya,” lanjut Tanaya dengan mata berbinar penuh ide.

“Pagar?” Yaren mengernyit ringan.“Maksudmu seperti gerbang?”

Tanaya langsung mengangguk antusias.“Iya, seperti itu! Tapi gerbang itu terlalu besar. Kita buat yang lebih kecil saja… seperti ini.”

Ia mengambil sebuah batu di dekatnya, lalu mulai menggambar di tanah. Bentuk balok panjang dengan ujung sedikit runcing mulai terlihat. Yaren yang memperhatikannya perlahan ikut memahami maksud adiknya—matanya ikut berbinar.

“Nah, seperti ini bagaimana?” Tanaya tersenyum cerah. “Kita masih punya sisa pohon Lera, kan? Kita buat melingkar di sekeliling rumah. Bagaimana kak?"

Ide itu membuat semangat Yaren langsung bangkit. Ia belum pernah memikirkan konsep seperti ini sebelumnya. Pagar sederhana itu bukan hanya akan memperindah halaman, tapi juga bisa menghalangi hewan-hewan kecil yang sering masuk ke dalam rumah.

Yaren menatap adiknya dengan kagum.

Semakin hari, ide-ide Tanaya terasa semakin luar biasa—tak pernah ia sangka, adiknya bisa memikirkan banyak hal yang bahkan tak pernah terlintas di benaknya.

Tak lama kemudian, Tanaya melihat ayahnya kembali dari arah hutan. Tharen datang sambil memanggul tiga batang bambu panjang yang berisi getah perekat di dalamnya.

“Ayah! Kau berhasil mendapatkannya!” seru Tanaya, matanya langsung berbinar.

Tharen mengangguk sambil tersenyum. Ia lalu meletakkan bambu-bambu itu di sisi gua dengan posisi berdiri. Pagi ini, ia memang berniat mewujudkan permintaan putrinya semalam—sebuah jendela kecil untuk kamar Tanaya. Bahkan, Tharen rela bangun sepagi ini demi itu. Apa pun permintaan putrinya, ia selalu berusaha mengabulkannya.

“Terima kasih, Ayah,” ujar Tanaya lembut, ia menghampirinya sambil menyerahkan segelas air.

Tharen menerima air itu, lalu mengusap kepala Tanaya penuh sayang.“Putriku memang sangat perhatian,”katanya hangat lalu meneguk nya tandas.

Pandangan Tharen kemudian beralih pada Yaren yang tengah mengangkat beberapa balok pohon Lera dan mulai mengerjakan sesuatu.

“Kalian sedang apa?” tanyanya heran.

Tanaya tersenyum manis.“Aku dan Kakak ingin membuat gerbang, Ayah,” ujarnya antusias.“Tapi yang kecil saja.”

Alis Tharen sedikit terangkat, jelas belum sepenuhnya mengerti. Melihat ekspresi ayahnya, Tanaya segera berjongkok, mengambil batu kecil, lalu mulai menggambar lagi dengan penuh semangat.

“Seperti ini, Ayah,” katanya sambil menunjuk gambar sederhana itu. “Nanti kita buat melingkari gua. Jadi lebih aman dan rapi. Bagaimana?”

Tharen terdiam sejenak, ia menatap gambar itu dengan seksama—lalu sudut bibirnya perlahan terangkat.

...>>>>...

Matahari telah naik tepat di tengah langit, cahayanya jatuh lurus ke tanah. Namun Yaren dan Tharen masih belum berhenti bekerja.

Di sisi gua, Tharen berdiri memperhatikan hasil jendela kamar Tanaya yang hampir selesai. Ukurannya tidak terlalu besar, namun tersusun rapi dari bilah-bilah kayu Lera yang kuat. Jarak antar kayu dibuat sekitar lima sentimeter—cukup untuk membiarkan udara dan cahaya masuk, namun tetap aman dari binatang buas.

Di bagian luar, jerami disusun menjorok ke atas jendela, membentuk semacam pelindung agar air hujan tidak mengalir masuk ke dalam gua. Sebuah ide sederhana, namun penuh perhitungan.

Dengan gerakan hati-hati, Tharen mengoleskan getah perekat di sepanjang pinggiran jendela. Lapisan terakhir itu ia ratakan perlahan, memastikan semuanya menempel kuat dan tidak mudah lepas.

Di sampingnya, Tanaya berdiri memandangi hasil kerja ayahnya dengan mata berbinar. Ada rasa kagum yang tulus di wajahnya. Jendela itu hampir sama persis dengan gambaran yang ia buat sebelumnya—bahkan lebih kokoh dari yang ia bayangkan.

Untuk sesaat, Tanaya merasa hangat di dadanya.

Ayahnya ini benar-benar mewujudkan impiannya dengan tangan sendiri. Ia jadi terharu karna di kehidupan sebelumnya tidak ada sosok ayah yang bisa melakukan ini padanya. Tapi ia bersyukur ia masih di kasih kesempatan merasakan ini meskipun di dunia yang berbeda.

“Selesai… bagaimana? Apa putriku menyukainya?”

Tharen menoleh dengan senyum tipis, sorot matanya dipenuhi harap yang jarang ia perlihatkan.

Tanaya tidak langsung menjawab.

Pandangannya justru turun, tertuju pada tangan besar ayahnya. Di sana tampak beberapa goresan kayu—bekas kerja keras yang belum sempat dihiraukan Tharen.

Tanaya menipiskan bibirnya, dadanya terasa hangat sekaligus sesak.

“Ayah… apa sakit?” tanyanya lirih.

Ia meraih tangan itu dengan kedua tangannya yang gemuk dan jauh lebih kecil, lalu meniupnya pelan, seolah hembusan napasnya mampu mengusir perih yang tersisa.

Tharen membeku.

Untuk sesaat, hembusan napas kecil itu mungkin tak lebih dari angin bagi orang lain, tapi baginya terasa seperti sesuatu yang menembus jauh ke dalam dadanya. Tangannya berhenti bergerak. Rahangnya menegang sesaat sebelum akhirnya mengendur perlahan.

Ia tidak pernah mengeluh soal luka. Tidak pernah peduli pada goresan atau perih. Sejak muda, tubuhnya sudah terbiasa menjadi perisai untuk suku, untuk istrinya, untuk anak-anaknya. Rasa sakit adalah hal yang seharusnya ditelan, bukan dibicarakan.

Namun kini… putrinya yang dulu tak pernah melakukan hal seperti ini, justru berdiri di hadapannya, memperhatikannya dengan penuh perhatian.

Tharen menunduk. Tatapannya jatuh pada tangan kecil yang kini menggenggam tangannya dengan hati-hati—seolah itu rapuh sekaligus berharga. Ia jadi teringat saat tangan itu dulu begitu mungil, tenggelam sepenuhnya dalam genggamannya. Tapi kini, tangan itu telah tumbuh, menggenggamnya kembali dengan ukuran yang tak lagi sama.

Dadanya yang merasakan itu menghangat sekaligus perih oleh rasa rindu yang tak asing. Matanya terasa panas, namun ia hanya mengedip pelan, menahan segala yang ingin muncul ke permukaan.

Ia menarik napasnya perlahan.

“Hey… kenapa putriku sekarang jadi mudah sekali menangis, hm?” suara Tharen terdengar terkekeh rendah, berusaha mencairkan suasana.“Apa Naya meragukan ayahnya yang besar dan kuat ini?”

Tangannya yang besar berbalik menutup tangan Tanaya. Genggamannya mantap, penuh kendali—seolah takut jika sedikit saja ceroboh, kehangatan di antara mereka akan pecah. Ia tak pernah membiarkan putrinya menanggung air mata sendirian, tak dulu, tak juga sekarang.

Tanaya tak menjawab. Matanya berkaca-kaca sambil mengeluarkan selembar daun hiri, lalu dengan hati-hati mengoleskannya pada luka gores di tangan ayahnya. Gerakannya lembut, penuh perhatian.

Tharen mengalihkan pandangannya ke arah jendela yang baru selesai dibuat, kini kamar putrinya tidak akan gelab lagi. Dadanya mengembang pelan—ia ingin mengalihkan perhatian Tanaya, agar putri kesayangannya itu tak terlalu memikirkan lukanya.

Namun sebelum Tharen sempat kembali bersuara, tiba tiba suara Yaren mendadak terdengar—membuat keduanya menoleh hampir bersamaan.

“Adik, Apa kau sudah selesai di sana?”

Yaren berdiri tak jauh dari mereka, ia menancapkan beberapa balok pagar yang sudah berdiri sempurna. Tangannya menahan satu balok yang tampak oleng.

“Bisa kau bantu kakak sebentar?”lanjutnya ringan.

Wajahnya jelas menunjukkan kesulitan, bahkan sama sekali tidak menghiraukan tatapan Tharen yang sudah menajamkan pandangannya padanya.

Tanaya yang melihat itu tersentak kecil, ia buru-buru berlari menghampiri kakaknya tanpa ragu. Pemandangan itu membuat Tharen mendelik kesal.

“Ah—maafkan aku, Kak! Ayo, aku tahan dari sini,” ujar Tanaya sigap, kedua tangannya langsung mencengkeram balok kayu itu.

Yaren tersenyum puas, lalu mulai memukulnya dengan palu baru mereka. Setiap hentakan terdengar mantap. Sesekali ia melirik ke arah Tharen dengan senyum smirk tipis—jelas sengaja.

“Hais… anak itu,”gumam Tharen kesal saat moment bersama putrinya di ganggu begitu saja.

“Apa sudah selesai?”

“Akh—!”

Tharen sedikit terlonjak ketika tiba-tiba kepala Sira muncul dari balik jendela. Sang istri tertawa kecil melihat wajah suaminya yang terkejut setengah mati.

Tharen menghela napas berat.“Istriku… kenapa kau muncul tiba-tiba dari sana? Kau hampir membuat jantungku copot.”

Sira menggeleng pelan sambil tersenyum.“Apa Naya-ku membuat ide luar biasa lagi?” tanyanya sambil mengintip keluar jendela, memandangi Tanaya dan Yaren yang sibuk bekerja.

“Ya, tentu saja,” jawab Tharen dengan dada membusung. “Putriku memang sangat pintar. Kepintarannya jelas menurun dariku.”

Sira memutar bola matanya, lalu terkekeh kecil.

“Kalau kalian sudah selesai, masuk ke dalam,”serunya.“Makanannya sudah siap!”

“Baik, Bu!”

Yaren dan Tanaya menjawab serempak.

“Eh—istriku! Kau mau ke mana?” Tharen panik saat melihat Sira menghilang dari jendela.“Tunggu akuuu.... Aku merindukanmu!”

...>>>To Be Continued......

1
Lala Kusumah
double up dong Thor, ceritanya tambah seruuuuu nih 🙏🙏👍👍
Yani
update lagi Thorr, semangat 💪🙏🙏
Musdalifa Ifa
rua lelaki kurang ajar ih dasar lelaki brengsek😤😤😤😠😠😠
Lala Kusumah
Naya hati-hati sama buaya darat 🙏🙏🙏
anna
❤❤👍🙏🙏
Andira Rahmawati
dasar laki2 munafik..naya harus lebih kuat..harus pandai bela diri..knp tadi naya tdk msk ke ruang rahasianya saja..
Yani
aku mau izin masuk grup dong Thorr, sdh aku klik tapi gak ada ya lanjutannya. apa belum di accept ya🥰🥰🙏
📚Nyxaleth🔮: Maaf kak... ceritanya error enggak bisa di masukin di grub. Aku udah up disini kok, bentar lagi muncul. kata-kata nya udah AQ perbaiki. makasih udah nunggu🙏❤️
total 1 replies
Yani
ayok lanjut Thorr crita nya
Angela
yah cuman 1 eps , kurang banyak thor kalau bisa 2 eps
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
lanjut kak
Angela
lanjut thor,aku suka ceritanya😍
RaMna Hanyonggun Isj
sedikit sekali update x sekali update x 50 ep kha
Lala Kusumah
Naya emang hebaaaaaatt baik hati dan tidak sombong 👍👍👍😍😍
Muhammad Nasir Pulu
lanjut thorr..baru kali ini dapat cerita yg menarik, bagus dan ini kali pertama selama baca novel baru ku tinggalkan jejak
Andira Rahmawati
lanjut..thor...
Musdalifa Ifa
wah bagus sekali Tanaya pengetahuan dunia modern bisa menjadi solusi untuk hidup lebih baik di dunia kuno
Lala Kusumah
makasih double updatenya ya 🙏🙏🙏
anna
🙏❤👍
Rena🐹
itu kan ada mobil kenapa kagak di pakee/Frown/

tapi klo di pake trs Tanaya selamat ya ceritanya ga bakal sesuai sihh
📚Nyxaleth🔮: /Curse/ Astaga kak, enggak ekspek bakal ada yang komen gini. tapi iya juga sih🤭🙏
total 1 replies
Astrid Fera
ayolah jangan lama"up nya thor,,smpai lmutan ni nngguin,,😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!