"Loh, Kok Bisa Kamu Suka Aku?"
Kalau ada penghargaan “Cewek Paling Ngejar Cowok di Sekolah”, semua orang sepakat,pialanya pasti buat Mayra.
Axel adalah cowok paling dingin di sekolah. Tatapannya kosong, sikapnya rapi, dan geraknya terlalu sempurna untuk sekadar remaja SMA.
Saat dunia modeling mempertemukan mereka di bawah sorotan kamera, chemistry yang tak seharusnya ada justru tertangkap jelas.
Mayra mengira Axel hanya sulit didekati.
Ia tidak tahu bahwa Axel adalah manusia ciptaan.
Di antara audisi, photoshoot, dan rahasia yang tak boleh terbongkar, satu pertanyaan mulai menghantui mereka berdua:
Jika perasaan tidak pernah diprogram…
loh, kok bisa kamu suka aku?
~Salam Hangat Dari Penulis🤍
ig:FahZa09
Tiktok: Catatan FahZa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Flash Back Nathan
Di kerajaan Evermere lama, Nathan dikenal sebagai Lord Reinvien, bangsawan termuda yang memimpin pasukan elit kerajaan. Malam itu, balai istana dipenuhi cahaya obor yang menari di antara pilar-pilar batu. Angin membawa aroma bunga malam yang mekar di taman kerajaan. Semua terlihat damai.
Reinvien berjalan melewati aula panjang, jubah hitamnya berkibar lembut di belakang. Para pelayan menunduk hormat saat ia lewat, namun tatapannya tetap lurus ke depan.
Di dadanya, terselip medali emas tanda jabatan. Kelopak matanya memendam ratusan beban yang tak pernah ia ceritakan.
“Yang Mulia,” seorang komandan membungkuk di depannya. “Pasukan penjaga gerbang barat tidak merespons.”
Reinvien berhenti. Mata tajamnya menegang sepersekian detik.“Pengkhianatan,” gumamnya lirih.
Ia bergegas menuju ruang takhta. Namun begitu pintu besar dibuka, seluruh darah di tubuhnya terasa membeku.Puluhan prajurit kerajaan telah rebah tak bernyawa. Obor-obor tumbang, tirai terbakar di ujungnya.
Dan di tengah kekacauan itu…
Sahabat yang paling ia percaya, Lord Bryn, berdiri sambil menghunus pedang berlumur darah.
Reinvien melangkah maju, jubahnya bergeser menimbulkan suara gesekan lembut.
“Bryn… kau?” suaranya rendah, seperti retakan kaca.
“Kau selalu dipuji. Kau pewaris tahta tanpa harus memohon,” Bryn berbisik dengan suara yang bergetar. “Aku ingin apa yang kau punya.”Pedang Bryn mengarah ke dadanya.
Reinvien mengencangkan rahang. Tanpa ragu, ia menarik pedangnya sendiri.Gerakan elegan yang sudah ia lakukan ratusan kali di medan perang.
“Kau masih bisa mundur, Bryn”
“Tidak lagi.” Jawab Bryn tanpa gentar.
Mereka bertarung.
Suara dentingan besi memenuhi ruang takhta. Percikan logam terpental di udara setiap kali pedang mereka bertemu. Reinvien bergerak cepat, tanpa gerakan sia-sia.Namun Bryn bertarung dengan kebencian.Dan kebencian selalu lebih haus darah.
Salah satu pukulan Bryn berhasil menembus pertahanan Reinvien dan menghujam tepat di sisi dadanya. Tubuhnya tersurut, lututnya goyah.Darah hangat mengalir dari antara jari-jarinya yang menekan luka itu.
Bryn menatapnya bukan dengan kemenangan, tapi dengan ketakutan.“Kau… seharusnya jatuh. Kau selalu membuatku merasa kecil…”
Reinvien tersenyum tipis, pahit, khas bangsawan yang tak pernah kehilangan martabat bahkan di ambang kematian.“Kerajaan akan runtuh di tanganmu.”
Dan sebelum ia bisa menahan, Bryn menusukkan pedang itu sekali lagi,lebih dalam.
Reinvien jatuh berlutut, pandangannya mulai buram. Pendar cahaya obor berubah jadi bintang-bintang kecil.
Di detik terakhir, ia teringat sesuatu… bukan tahta, bukan darah, tapi wajah seorang gadis masa kecil yang dulu pernah ia janjikan untuk lindungi.
“Aku berharap bisa bertemu lagi… entah kapan.”
Tubuhnya tumbang.Dunia menjadi gelap.
***
Malam ketika Reinvien (Nathan lama) tewas, kerajaan Evermere kacau. Api membakar tirai istana, dan para prajurit sibuk memadamkan pemberontakan. Di tengah kekacauan itu, seorang pria tua berkerudung hitam bergerak cepat seperti bayangan.
Dialah Farzio, ilmuwan kuno yang terkenal jenius… dan sama terkenalnya karena sifatnya yang tengil, licik, dan pecinta wanita. Ia pernah bertugas sebagai penasihat rahasia kerajaan, tapi karena banyak skandalnya, ia dibuang dari istana.
Tapi ada satu hal yang hanya ia tahu,Reinvien adalah kunci ramalan kuno.Sang bangsawan muda akan hidup dua kali.Namun untuk itu, jasadnya tidak boleh jatuh ke tangan Bryn
Farzio mendekati tubuh Reinvien yang tergeletak di lantai batu, darah mengalir seperti sungai kecil. Wajah Reinvien tetap anggun, bahkan dalam kematian.
“Ohh… calon Raja kita mati terlalu cepat,” gumam nya sambil mengusap dagu. “Sungguh sayang, padahal tampan. Keturunan wanita kerajaan pasti menangis.”
Ia tertawa kecil,tawa tengil yang sama sekali tidak cocok dengan suasana tragedi.
Ia mengangkat tubuh Reinvien dengan mantra cahaya, lalu membawanya ke ruang bawah tanah laboratorium kuno yang tersembunyi di balik tembok istana. Ruangan itu dipenuhi gulungan mantra, kristal biru menyala, dan alat-alat aneh dari besi.
“Baiklah, Nak. Kita akan menyelamatkan masa depanmu…”
Ia tersenyum nakal. “Dan mungkin aku akan ikut nimbrung, ya?”
Farzio mulai ritual kuno.
Lingkaran sihir biru menyala di lantai. Jasad Reinvien diletakkan di tengah, sementara Farzio berdiri di sisi lain, menempelkan tangan di atas dada Reinvien.
“Ritual reinkarnasi bukan hal baru…”Ia terkekeh. “Tapi menyatukan dua jiwa? Ahh, ini baru petualangan.”
Cahaya biru membesar. Angin menderu. Rambut panjang Reinvien dan janggut Farzio terangkat karena pusaran energi.
Farzio mengambil napas panjang.
“Aku, Farzio dari Menara Keabadian,menautkan jiwaku dengan jiwa Reinvien Evermere!”
Cahaya meledak.
Tubuh Reinvien terangkat, dan seberkas cahaya emas keluar dari dadanya,jiwanya. Di sisi lain, cahaya merah menyala dari tubuh Farzio.Jiwa licik, tengil, dan genit yang selalu menciptakan masalah.
Dua warna cahaya itu bertemu di udara.
Reinvien yang tenang, setia, elegan.Bersatu dengan
Farzio yang nakal, percaya diri, playboy tingkat dewa.
Keduanya berputar seperti dua komet yang berbenturan.Suara bergema di seluruh ruangan.
BRAAKKK!
Cahaya menghantam tubuh Reinvien… dan hilang.
Farzio tersungkur, napas terakhirnya keluar dengan bisikan kecil,
“Ahh… akhirnya aku bisa hidup tampan…tapi supaya aku tetap tampan dan berenergi,aku butuh energi manusia.Aku butuh sentuhan manusia.Ah...itu menarik sekali,dengan wajah tampanku ini aku akan mudah menyentuh manusia. Apalagi wanita,pasti tergila-gila padaku.Sentuhanku pasti akan membuat mereka jatuh dalam perangkap ku".
Seringai di bibirnya muncul begitu saja.
"Baiklah aku akan tidur dulu,sampai waktunya tiba."
Kemudian dunia menjadi gelap.
***
Ratusan tahun kemudian...
Ruang bawah tanah itu sunyi, hanya ditemani dengungan mesin dan lampu neon yang berkedip lemah. Tabung kaca besar berdiri di tengah ruangan, dipenuhi cairan biru yang memancarkan cahaya lembut.
Profesor Elric , ilmuwan jenius namun kesepian, mengusap embun di permukaan tabung itu. Rambutnya berantakan, wajahnya kelelahan setelah berbulan-bulan meneliti tubuh misterius yang ia temukan terkubur bersama simbol-simbol kuno.
“Tubuh ini… tidak menua,” gumamnya hampir seperti doa.
“Seolah menunggu seseorang membangunkannya.”
Ia menekan tombol di panel.
Cairan biru di dalam tabung mulai surut.Lampu-lampu menyala terang.Monitor menunjukkan gelombang energi yang naik drastis.
Tiba-tiba...
Retakan muncul di kaca.
Kemudian satu retakan lagi.
Sampai akhirnya
"CRAACK!!" tabung itu pecah.
Cairan biru meluap membasahi lantai laboratorium.
Dan dari dalamnya… seseorang terjatuh perlahan.
Tubuh itu kuat, tegap, wajahnya tampan tetapi ketika matanya terbuka,ada kedalaman yang gelap… sinar nakal… aura percaya diri yang liar.
Ravien mengangkat wajahnya, menghirup udara seakan paru-parunya baru diaktifkan untuk pertama kali dalam ratusan tahun.
Profesor Elric terpaku. “K-kau… hidup?”
Pria itu menatap profesor dengan tatapan tajam bangsawan, lalu tiba-tiba senyum miring muncu.
“Sepertinya… iya.” Suaranya rendah dan indah, tapi nada tengil menyelusup di ujungnya.
“Walaupun aku tidak begitu ingat siapa yang membangunkan siapa.”
Ia mencoba berdiri. Sendi-sendinya berbunyi halus namun kuat, seperti mesin lama yang kembali aktif.
Profesor Elric meraih bahunya.
“Tenang. Kau sudah lama tertidur. Sangat… lama.”
Ravien memiringkan kepala, matanya menyapu ruangan seperti binatang yang baru menyadari kandangnya telah berubah.
“Berapa lama?”
“Sekitar… mungkin lebih dari tujuh ratus tahun.”
Ravien tidak terkejut.Senyum itu justru makin lebar, penuh karakter yang mencintai hal-hal liar.
“Tidak heran dunia ini bau logam.”
Profesor Elric terdiam.
“Siapa namamu?” tanya profesor.
Ravien menatap kosong beberapa detik.
Ada ribuan suara memanggil namanya…
Ravien… Ravien…
Dan di sela-selanya, suara tertawa pelan.
“Kau bisa memanggilku apa saja.”
Profesor menghela napas kecil, seolah mengambil keputusan besar.
“Kalau begitu… mulai hari ini, kau adalah anakku.”
Ia menepuk bahunya dengan lembut.
“Nama barumu adalah Nathan.”
Ravien,atau siapapun ia sekarang mengedipkan mata.
Lalu sebuah ekspresi aneh, seperti kehangatan yang belum pernah ia rasakan di kehidupan lamanya, muncul sekejap.
“Nama yang bagus,” gumamnya.
“Mungkin… ini awal yang menarik.”
Ia berdiri sepenuhnya.Tubuh bangsawan.
Aura ilmuwan playboy.Dan jiwa yang terpecah antara masa lalu dan masa kini.Nathan menatap tangan barunya.Ia mengepalkannya perlahan, merasakan kekuatan yang tersimpan ratusan tahun.
“Baik, Ayah,” katanya dengan suara santai namun berbahaya.“Ajari aku… dunia baru ini.”
Profesor tidak sadar.Ia baru saja membangkitkan sesuatu yang jauh lebih besar dari manusia.
Jiwa Reinvien yang kini membawa sifat Farzio lahir kembali sebagai Nathan, remaja modern yang tampan,
percaya diri,mulutnya suka nyolot,playboy secara natural,dan hampir tidak bisa diatur siapa pun.
Kebalikan total dari Reinvien yang dulu kalem, lembut, dan penuh martabat bangsawan.Kehidupan lama Reinvien hanyalah bayangan samar.Tapi sifat tengil dan genit Farzio melekat paling kuat.